Awalnya Daniel tidak ingin dijodohkan dengan Hannah wanita pilihan ibunya. Karena, dia sangat mencintai Shofia, kekasih sekaligus tunangannya. Daniel merasa kesal karena Isabella menuduh Shofia berselingkuh dengan klien bisnisnya. Sehingga, dia menolak permintaan ibunya, akan tetapi, saat keduanya bertemu Daniel berubah pikiran dan mau menikahi gadis itu. Sebab, Hannah adalah penolongnya pada saat dia kecelakaan dua tahun yang lalu. Meskipun dia telah memiliki seorang tunangan, tapi dia bertekad untuk menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPJ-18
"Bisa jadi itu dikarenakan kondisi peradangan atau infeksi yang dapat menyebabkan pendarahan. Tapi jangan khawatir, sekarang kan sudah tidak keluar lagi."
"Oh begitu ya Ma, duh aku panik sekali. Tapi, mengapa Kak Daniel yang mengidam?" Hannah bertanya sembari mengerutkan keningnya.
"Yaitu karena mungkin saja Daniel mengalami kecemasan, sehingga seperti ini. Tapi bisa juga akibat sumpah serapah Daniel yang mungkin, dia ingin kamu tidak merasakan sakit dan kelelahan akibat kehamilan dan itu terwujud!" kata Isabella sambil mengangkat kedua tangannya.
"Apakah itu benar, Kak?" tanya Hannah polos.
"Tentu saja, istriku. Kapan hari aku dikabari Benny. Ada seorang karyawanku, dia bolak-balik ke wastafel toilet. Lalu aku memanggilnya, dia bilang dia sedang hamil. Dan dia berkata kehamilannya itu sungguh membuatnya tersiksa. Entah mengapa dari sana aku memikirkan kamu, aku dalam hati berucap. Ya Tuhan, biarkan aku saja yang mengidam, istriku jangan kasihan dia."
"Ahhh Kakak baik sekali, aku mencintaimu!" Hannah memeluk pinggang suaminya yang saat ini masih berbaring di ranjang. Jelas saja, itu hanya akting, Hannah tidak benar-benar berniat mengatakan itu. Sebab, itu terkait kontrak pernikahannya bersama Daniel.
"Ekhem, aku juga!" jawab Daniel sedikit ragu.
"Eliza, lihatlah kedua anak kita telah menikah. Aku harap, kau tenang di sana!" ujar Isabella memperhatikan keduanya sambil tersenyum bahagia.
"Baiklah anak-anak, Mama pulang dulu ya. Kasihan Papa kalian, dia pasti sudah menunggu Mama untuk sarapan."
"Baik Ma, Hannah antar ya!" ujar Hannah menawarkan diri.
"Tidak usah Sayang, jaga suamimu saja. Mama kan belum pikun hahaha!" kata Isabella sambil tertawa anggun.
Sementara itu Daniel hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah ibu tercintanya tersebut, "Mama ini benar-benar ya, bercanda terus!" katanya.
"Lah memang kenyataannya begitu, Mama ini belum pikun ya. Sayang lihat suamimu mengejek Mama!" rengek Isabella pada sang menantu.
Hannah hanya tertawa, kemudian memukul lengan Daniel pelan,'Jangan begitu Kak, hormati Mama!' ujarnya sambil berpura-pura marah.
Hannah mengantar Ibu mertuanya hingga depan pintu kamar, sambil menggandeng lengan sang mertua. Sementara itu Daniel memperhatikan mereka,"Istriku ini sangat anggun, bahkan terkadang kalau sedang makan seperti putri kerajaan. Anggun dan juga tidak terburu-buru, seperti sudah di latih. Lihat saja cara jalannya, begitu sama dengan Mama. Padahal dia baru belajar satu ah... hampir dua minggu ini. Ketika makan bersama Mama dan Papa saat kami pertama kali menikah juga dia seperti sudah terbiasa. Apa sebenarnya dia memang anak bangsawan? Aku harus mencari tahu tentangnya," batinnya.
Hannah kembali, ia menuju ranjang milik suaminya,"Kak Daniel, kok melamun sih?" tanyanya sambil melambaikan tangannya pada wajah Daniel.
"Ah, itu sayang Kakak mau menghubungi Benny. Tolong bantu aku berjalan ke kamar kita!"
Hannah menganggukkan kepalanya,"Oke, mari ku bantu!"
Hannah dengan sabar membantu Daniel untuk berdiri, pria itu kemudian sudah benar-benar memeluk pinggangnya, membuat Hannah menggelengkan kepalanya,"Kakak salah tangannya bukan begitu, Kakak rangkul pundakku. Nah begini, ayo kita berangkat."
Daniel tersenyum tipis melihat tingkah konyol istrinya tersebut, entah mengapa Hannah ini benar-benar gadis yang sangat unik menurutnya.
"Sudah sampai, Kakak berbaring dulu ya. Aku buatkan bubur negara Esia ya, bubur ini cocok untuk dimakan sebelum minum obat!"
"Hah memangnya bubur apa? Biasanya bubur untuk sarapan, outmeal dicampur susu kan?"
"Bukan Kak, ini terbuat dari nasi, nanti Kakak harus mencobanya. Pokoknya Kakak harus minum obat, jangan sampai tidak, oke?"
Daniel terkekeh mendengar ocehan istrinya tersebut, "Kamu ini lucu sekali sih. Jadi seperti memiliki istri sungguhan,"celetuknya.
Raut wajah Hannah seketika berubah, ia lupa memang seharusnya tidak boleh berlebihan dalam berbicara,"Hannah ingatlah, kamu hanyalah istri kontraknya saja. Kok terbawa suasana seperti ini sih?" batinnya. Hannah sebisa mungkin tetap menunjukkan senyum manisnya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Padahal jelas sekali hati dan pikirannya sedang bergulat, ia mencoba berpikir jernih, agar Daniel tidak mencurigainya.
"Sayang, jangan khawatir aku akan melakukan tugasku sebagai istri dengan baik. Aku akan mengingatnya, kalau aku hanyalah istri sementara,"ujarnya sambil berlalu pergi.
Sementara itu Daniel memperhatikan punggung sang istri yang kian menjauh, bahkan kini pintu otomatis pun sudah tertutup, "Ya Tuhan, aku harus bagaimana. Hannah adalah penyelamatku, seharusnya aku mengatakannya, kalau aku menyayanginya. Tapi entah mengapa bibir ini kelu, aku tak bisa mengatakan kebenarannya,"batinnya.
Pria itu menatap langit-langit kamarnya, ia melipat kedua tangannya di dada. Sebab, dirinya saat ini sedang bersandar di kepala kasur, sampai nada dering ponselnya yang berbunyi menyadarkannya kembali. Akhirnya Daniel dengan susah payah mengambil ponselnya di nakas.
Seseorang di sebrang sana:"Hallo Tuan Muda, saya sudah memeriksanya. Nona..., Ah maksud saya Nyonya Hannah beliau adalah....!"
Jadi, Benny menjelaskan bahwa sesungguhnya Hannah adalah putri dari Elizabeth Louise, seorang wanita bangsawan yang parasnya terkenal cantik, dan sangat berwibawa. Ibunya ternyata tidak berbohong, kalau sebenarnya Hannah memang satu golongan dengan keluarganya. Usut punya usut, harta ibu Hannah dan juga Kakek Hannah di bawa lari oleh Ayah Hannah pergi. Sehingga, membuat Louise Anderson berpindah dari kota ke desa, atau biasa disebut rulasi. Kini, Daniel mengerti, mengapa Hannah mau menerimanya dan tak melawan saat kesuciannya di renggut paksa olehnya. Sebab, istrinya itu memiliki tanggungan. Kakek Hannah di kampung adalah penyemangat untuk hidup Hannah, mungkin itulah yang menyebabkan Hannah diam saja saat dil*c*hkan olehnya.
Daniel:"Baiklah Benny, terima kasih atas semua informasi yang telah kamu berikan."
Benny:"Sudah menjadi tugas saya seperti itu, terima kasih kembali!"
Daniel mematikan sambungannya, sementara itu di tempat lain. Benny sedang mengomel tidak jelas, ia memarahi atasannya tersebut,"Serius ini tidak mau memberikan reward,"ujarnya sambil memukul layar ponselnya.
Tidak lama kemudian sebuah notifikasi muncul. Terima Uang 10.000.000 et dari Daniel William.
Benny melompat kegirangan, "Yes, akhirnya! Sayang...! Sayang...!" panggilnya kepada sang kekasih.
"Iya Kak, ada apa?"
"Kamu mau belanja apa, ayo aku berikan?"
Kekasihnya menggelengkan kepalanya, "Uangnya simpan saja, untuk resepsi pernikahan kita. Aku sudah banyak membeli barang kok, kali ini kita tabung uangnya. Jangan biarkan hawa nafsu menyerang diri, belanja seperlunya saja!"
"Kok tumben kamu bijaksana sekali?" tanya Benny sambil mengerutkan keningnya.
Alina menatap wajah kekasihnya, ia duduk di pangkuannya, "Semenjak aku melihat Nyonya Muda William, entah mengapa aku tiba-tiba menyukainya. Bukan jatuh cinta, bukan. Aku suka dia itu karena kesederhanaannya. Ia berbeda jauh denganku, padahal ia dulunya putri bangsawan. Tapi dunia tak adil, sehingga membuatnya harus hidup menderita."
"Kamu salah, Nyonya Muda sekarang telah memiliki Tuan Muda, beliau sangat mencintai istrinya. Tapi, Sayang Tuan bilang ia masih bimbang. Sebab, Sofia yang membuatnya jatuh cinta, dan menemani langkahnya."
"Hah kenapa Tuan Muda bodoh sekali sih? Duh kalau aku jadi dia tidak akan mungkin aku tetap mempertahankan wanita yang sudah selingkuh!"
"Sejak kapan kamu begitu penasaran seperti itu?"
Bersambung...