“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”
Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.
Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.
Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.
“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.
Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.
KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Hukuman
Diana mengambil gelang itu dan memakainya. Dia akan mencobanya nanti saat kembali ke istana.
“Kami belum menanyakan namamu, siapa namamu?” tanya wanita paruh baya itu.
“Namaku adalah Diana Eldenhart,” ucap Diana.
Semua orang yang berada di sana merasa terkejut. Mereka kira hanya bangsawan biasa, siapa sangka kalau itu adalah putri mahkota.
“Salam yang mulia.” Semua orang memberi salam kepada Diana.
“Maaf atas kelancangan kami sebelumnya,” ucap wanita paruh baya itu.
“Tidak masalah, jangan dipikirkan.”
Semua orang masih tidak menyangka kalau yang berada di depan mereka adalah Putri Diana. Tapi itu sangat berbeda dari rumor yang beredar. Mereka hanya mengetahui putri dari Duke Eldenhart adalah wanita yang pengecut dan pemalu, tidak bisa diandalkan.
“Aku akan meninggalkan koki di sini selama proses pengembangan desa dan juga penjaga akan berjaga di desa ini.”
“Terima kasih banyak yang mulia.” Semua orang mengucapkan terima kasih kepada Diana.
Melihat semua ini, Diana sangat senang karena bisa membantu. Menerima ucapan terima kasih secara langsung tidaklah buruk. Dulu dia hanya membantu di balik layar dan yang mendapat pujian adalah bangsawan lain yang dia perintahkan untuk membantu masyarakat.
“Aku akan melaporkan ini kepada Raja dan kembali dalam tiga hari setelah batu kapur itu benar–benar kering,” ucap Diana.
Diana akhirnya berpamitan dengan penduduk desa.
“Yang mulia!” Arel berlari mengejar Diana.
“Ada apa?” tanya Diana.
Arel mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. “Ini adalah kalung buatanku,” ucapnya dengan malu. Dia melihat nenek memberikan gelang, jadi dia juga ingin memberikan sesuatu.
Diana mengambil kalung itu. “Ini terbuat dari apa?” tanya Diana. Ini sangat indah.
“Aku suka mengukir batu yang ada di desa dan membuatnya menjadi perhiasan,” ucap Arel. Dia sering mencari batu yang di dalamnya seperti kaca dan membuat perhiasan untuk ibunya sebagai hobi. Ibunya sama sekali tidak memiliki perhiasan, jadi dia membuatkannya.
“I-ini tidak memiliki kekuatan khusus seperti gelang itu,” ucap Arel.
Diana melihat kalung indah itu. Meskipun ini bukan berlian tapi itu cukup untuk membuat orang terpana.
Arel... Arel? Aku baru ingat! Bukankah itu pemilik toko perhiasan yang terkenal dalam novel itu? Meskipun usianya masih muda, tetapi Arel mampu membuat pijakannya sendiri di ibukota berkat Selena. Oleh karena itu Selena selalu mendapatkan perhiasan langka dari seniman Arel.
Selena datang tujuh tahun kemudian, berarti saat itu umur Arel sudah tujuh belas? Atau enam belas tahun?
Diana menatap Arel. Apa dia tidak sengaja mengambil berlian milik Selena?
Diana segera memeluk Arel. “Terima kasih banyak,” ucap Diana.
“Aku akan kembali dalam tiga hari, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan setelah kita selesai dengan batu kapur,” ucap Diana.
Arel sangat senang dengan reaksi Diana. Bukankah kalungnya sangat disukai?
“Baik yang mulia.”
“Saya harap perjalanan anda berjalan dengan lancar,” ucap Arel sambil memberi hormat.
Diana melambaikan tangannya. “Jangan lupa berikan Fey obat yang aku berikan,” ucap Diana.
“Ya.” Arel melambaikan tangannya dengan semangat sampai kereta kuda Diana tidak terlihat lagi.
“Arel.” Seseorang memanggil Arel.
Arel melihat ke belakang. Itu adalah penduduk desa yang memanggilnya.
“Ini untukmu sebagai permintaan maaf kami.” Mereka mengeluarkan sesuatu.
Batu nisan? Mata Arel langsung berkaca–kaca. Dia hanya mampu memberi ibunya kayu untuk ukiran nama di kuburannya.
“Terima kasih banyak.” Air mata mengalir dari mata Arel.
Penduduk desa merasa bersalah karena terhasut dengan omongan orang yang menusuk mereka dari belakang.
“Ayo kita taruh ini.” Penduduk desa mengajak Arel ke kuburan ibunya untuk dibersihkan dan dirapikan lalu dipasangkan batu nisan.
Hari ini adalah hari terbaik bagi Arel setelah kematian ibunya.
Kereta berjalan dengan lancar hingga tiba di istana.
Hari sudah mulai gelap, ini perjalanan yang cukup melelahkan bagi Diana.
Turun dari kereta Diana segera membersihkan dirinya.
“Akhirnya aku bisa beristirahat,” ucap Diana sambil berendam dalam air hangat.
“Yang mulia … ada surat dari kediaman Lorin,” ucap Olim.
“Letakkan di meja … nanti akan aku baca setelah ini.”
Olim meletakkan surat itu di meja Diana.
Setelah setengah jam berendam, Diana keluar dari kamar mandi menggunakan piamanya.
Duduk dan mengambil surat yang ada di meja.
“Hah … sudah kuduga.” Diana membaca surat itu dengan senyum di wajahnya.
Aku sangat menyukai teh yang dibuat oleh tuan putri. Aku ingin bertanya apakah kita bisa melakukan bisnis bersama?
Salam hangat
Iner Lorin.
Diana segera menyuruh Olim untuk mengambil tinta dan kertas untuk membalas surat dari nona Lorin.
“Aku akan mengundangnya besok sore untuk datang ke gedung istanaku,” ucap Diana sambil membalas surat.
“Kirim surat ini ke kediaman Lorin,” ucap Diana.
Diana berbaring terlentang di kasurnya dan tertidur dengan pulas.
Keesokan paginya Diana bersiap untuk sarapan bersama yang mulia Raja.
Sarapan bersama Raja sangat jarang, itu ditentukan oleh Raja sendiri kapan dia mau sarapan bersama.
Hari ini Diana menggunakan gaun biru yang sangat indah dengan rok yang berlapis seperti kelopak bunga dihiasi dengan permata kecil yang ditaburkan di bagian rok dan rambut Diana dibiarkan terurai indah dengan jepit bunga berwarna biru yang dijepitkan di dekat telinga kiri.
Tiba di ruang makan.
“Selamat pagi yang mulia.” Diana memberi hormat.
“Duduklah.”
“Terima kasih yang mulia.” Diana duduk di kursi yang sudah disiapkan.
Mereka berdua mulai sarapan.
“Bagaimana dengan desa itu?” tanya yang mulia Raja.
“Aku sudah membaca apa yang terjadi di sana,” lanjutnya. Saat masih di desa Diana mengirim surat dan memberitahu apa yang terjadi di sana.
“Saya akan mencoba memperbaiki desa itu perlahan,” ucap Diana.
“Untuk Marques … karena tidak ada bukti yang cukup maka kita tidak bisa begitu saja menghukumnya.”
“Aku akan terus menyuruh orang untuk mencari bukti.”
“Saya akan mencoba untuk membantu,” ucap Diana. Karena orang tidak bisa dihukum begitu saja, membunuh rakyat biasa bagi bangsawan itu adalah hal biasa dan tidak bisa dikenakan hukuman. Jika saja Raja masih hidup saat itu, mungkin dia tidak akan langsung dibunuh oleh putra mahkota.
Dia akan mengubah hukum yang ada di kerajaan ini sehingga bangsawan tidak sembarangan membunuh rakyat biasa.
Diana menggenggam erat sendok dan garpu yang dia pegang.
Raja melihatnya dan terus melanjutkan menyantap sarapannya. Kesehatannya akhir–akhir semakin baik dan nafsu makannya meningkat semenjak Diana memberikan teh dengan aroma bunga kepadanya. Apa itu memiliki efek untuk menyembuhkan?
“Teh yang kau berikan, darimana kau mendapatkannya?” tanya Raja.
Diana bergidik. “Em itu … aku meraciknya sendiri,” ucap Diana.
“Meraciknya? Apa itu adalah bahan khusus?” tanya Raja.
“Bahan khusus? Aku hanya menambahkan sedikit bunga yang bisa dikonsumsi untuk mengambil aroma bunganya,” jawab Diana.
Tidak ada bahan khusus? “Begitu … aku sangat menyukainya,” ucap Raja.
“Kalau begitu aku akan terus meraciknya,” ucap Diana.
Di kediaman Lerky.
PLAK.
“Apa kalian tidak bisa bekerja dengan benar?!!”
Saat ini Marques sangat kesal karena rencananya terus gagal.
“Suamiku … tenanglah.”
“Aku akan memberi putri kecil itu pelajaran.”
jangan lengah jangan lelah