NovelToon NovelToon
KEMBALINYA JENDERAL PERANG

KEMBALINYA JENDERAL PERANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Dikelilingi wanita cantik / Percintaan Konglomerat / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Rebirth For Love
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Update setiap hari!

Leon Vargas, jenderal perang berusia 25 tahun, berdiri di medan tempur dengan tangan berlumur darah dan tatapan tanpa ampun. Lima belas tahun ia bertarung demi negara, hingga ingatan kelam tentang keluarganya yang dihancurkan kembali terkuak. Kini, ia pulang bukan untuk bernostalgia—melainkan untuk menuntut, merebut, dan menghancurkan siapa pun yang pernah merampas kejayaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8 Pesta di bar

Puluhan anak buah Jack meraung serempak, mereka melompat maju membawa rantai, tongkat, dan pisau. Namun Leon tidak bergeming. Ekspresinya tetap sama—dingin, tenang, tanpa sedikit pun keraguan.

Sret!

Pria pertama yang menyerang dengan pisau ditangkap pergelangannya. Sekejap kemudian—

KRUK!—tulang tangannya patah, pisau terlepas, dan tendangan Leon menghantam ulu hatinya, membuatnya terlempar tiga meter ke belakang.

BRAK!

Tongkat baseball menghantam dari samping, tapi Leon menunduk, lututnya menghajar tulang kering si penyerang. Suara tulang retak terdengar jelas. Jeritan pria itu menelan malam sebelum ia ambruk ke tanah.

Rantai berdesing, melayang ke arah leher Leon. Dengan gerakan sekilas, ia meraih rantai itu, menarik pemiliknya ke depan, lalu—

BUGH!!—sikutnya menghantam rahang si penyerang, membuat gigi-giginya hancur dan berserakan di tanah.

Satu per satu dari mereka tumbang. Ada yang terpelintir tangannya, ada yang punggungnya dihantam keras hingga tergeletak tak sadarkan diri.

Leon bergerak bagaikan mesin pembunuh dingin—efisien, cepat, tanpa ampun.

Tak butuh lebih dari satu menit untuk menghabisi anak buah Jack yang berjumlah sekitar dua puluhan orang. Garka, dan semua orang di pihaknya terdiam tak percaya melihat kemampuan Leon yang mengerikan.

Udara dipenuhi erangan dan jeritan kesakitan. Tubuh-tubuh tergeletak berserakan di tanah, tulang patah, wajah berdarah, tak ada satu pun yang masih berdiri tegak.

Hanya Jack yang tersisa.

Kakinya goyah, tubuhnya bergetar. Tatapan Leon menusuknya tajam bagaikan pedang dingin. Ia berjalan mendekat perlahan, suara sepatunya di atas tanah berpasir terdengar lebih mencekam daripada teriakan perang barusan.

Jack mundur selangkah, darah masih menetes dari hidungnya. “K-Kau… sialan kau… sebenarnya siapa kau…?”

Leon berhenti tepat di depannya, menatap lurus tanpa perubahan ekspresi yang berlebihan. Suaranya datar, namun setiap katanya terasa seperti belati yang menusuk dada.

“Pergi. Sampaikan pada bosmu… kalau dia berani menyentuh tempat ini lagi…” Leon mencondongkan tubuhnya sedikit, tatapannya makin tajam. “…aku sendiri yang akan datang menghancurkan tempatnya.”

Keheningan pekat menyelimuti udara. Jack menggertakkan giginya, namun tatapannya penuh ketakutan. Ia tahu, tidak ada satupun dari anak buahnya yang bisa bangun lagi untuk melindunginya.

Leon berbalik, kembali berdiri di sisi Garka dan Lira, seolah apa yang baru saja terjadi hanyalah hal kecil. Jas hitamnya hanya berdebu sedikit, wajahnya tetap tanpa emosi.

Di belakangnya, Jack masih terpaku dengan tubuh gemetar, sebelum akhirnya ia mundur tergesa, menyeret langkah di antara anak buahnya yang bergelimpangan.

....

“Jadi begitu ceritanya…” suara Garka berat, terdengar lirih di antara kepulan asap rokok yang menggantung di dalam bar.

Leon duduk tenang di kursi kayu tua, segelas kopi hitam di hadapannya masih mengepul tipis. Cahaya lampu kuning keemasan memantul di wajahnya yang tetap tanpa ekspresi, meski kisah yang baru saja ia ceritakan sarat akan luka lama.

Leon telah menceritakan semua masa lalunya yang kelam kecuali bergabung dengan kemiliteran dan menjadi seorang Jenderal Perang. Ia juga menceritakan tujuannya untuk mendapatkan kembali tempat ini. Tempat dimana dia dan keluarga kecilnya menjalani hari sebagai keluarga normal.

Keheningan singkat melingkupi ruangan. Hanya suara denting gelas yang terdengar.

Garka menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Aku mengerti maksudmu, Leon. Jika aku diberi kesempatan, aku juga ingin mengambil kembali rumahku yang digusur dulu… Jadi aku paham betul perasaanmu.”

Ia meletakkan gelasnya dengan berat hati. “Tapi… maafkan aku. Tempat ini sudah kujalani, kuperjuangkan selama sepuluh tahun. Aku tidak bisa menjualnya kepada siapa pun, bahkan kepada orang yang telah menyelamatkan nyawaku.”

Leon menatapnya beberapa detik. Tatapannya tidak menekan, tidak pula marah. Hanya datar, seolah ia sudah menduga jawaban itu sejak awal.

“Aku mengerti,” ucapnya akhirnya. “Kalau begitu… aku akan mengurungkan niatku.”

Lira menoleh cepat, kaget dengan ketegasan Leon yang menerima penolakan begitu saja. Namun Garka malah menunduk dalam, sebelum mengangkat wajahnya dengan senyum getir.

“Tapi Leon…” katanya pelan, “kau boleh tinggal di tempat ini semaumu. Lagipula tempat ini bukan milikku seorang."

Garka bangkit dan menatap seisi bar penuh dengan anak buahnya dengan mata berkaca-kaca.

"Lagipula tempat ini bukan milikku seorang. Ini adalah rumah bagi semua orang, rumah bagi orang-orang yang tertindas seperti kita." Ucapan Garka membuat seluruh bawahannya terharu, mereka semua adalah orang yang dipungut, diberi makan, pakaian, dan tempat tinggal oleh Garka.

"Aku bangga padamu, Bos!"

"Kau adalah panutanku!"

"Jack brengsek, meninggalkan bos sebaik ini untuk menjilat seperti anjing!"

Leon terdiam. Ekspresinya tetap sama, tapi ada kilatan kecil yang sulit ditebak di matanya.

“Dan…” Garka menambahkan, menepuk bahu Leon dengan tulus, “aku juga minta maaf karena sudah merendahkanmu sebelumnya. Aku kira kau cuma… orang kaya dengan sikap semena-mena karena uang. Ternyata aku salah besar.”

"Kalau begitu. Terima kasih banyak..." ucap Leon. Entah sudah berapa tahun lamanya ia tidak mengucapkan rasa terimakasihnya dengan tulus.

Brak!!

Garka menepuk meja bar dengan telapak tangannya yang besar. Suara keras itu membuat semua orang mengalihkan perhatian mereka pada Garka.

Ia bangkit berdiri, dadanya membusung, lalu tertawa lepas. “Hahaha! Sudahlah, malam ini kita rayakan kemenangan kita sekaligus penyambutan Leon! Keluarkan semua beer yang ada di gudang! Kita berpesta sampai pagi!”

Sorak sorai meledak di seluruh ruangan. Anak buah Garka langsung berlarian ke belakang bar, membawa peti-peti kayu penuh botol beer, beberapa bahkan sudah menenteng gelas besar di tangannya.

“Bos memang luar biasa!”

“Kalau bukan karena Leon, kita semua pasti habis!”

“Woy, tuangkan untukku juga!”

Garka sendiri, dengan tubuh besarnya dan kepala yang masih setengah diperban tampak paling bersemangat. Senyumnya lebar, wajahnya bersinar penuh gairah hidup. Tangannya meraih sebotol besar bir, lalu dengan mudahnya ia membuka tutupnya menggunakan gigi.

“Untuk kita semua!” teriaknya lantang, botol terangkat tinggi ke udara.

“UNTUK KITA SEMUA!” sahut para bawahannya serentak, memenuhi udara bar dengan semangat yang menular.

Di tengah keramaian itu, Lira duduk dengan cangkir teh herbal di tangannya. Meski hanya meminum teh, ia ikut tertawa lepas melihat suasana yang begitu hangat. “Hahaha… kalian ini...” katanya sambil menahan perut.

Leon duduk agak menyamping, membiarkan sorak sorai itu mengalir di sekitarnya. Garka tiba-tiba merangkulnya dengan satu tangan besar, seolah Leon sudah menjadi bagian keluarga inmereka sejak lama.

“Hahaha! Kau ini ternyata tidak buruk juga, Leon! Kau harus minum malam ini, jangan hanya diam saja!” serunya sambil menepuk bahu Leon begitu keras hingga kursinya berguncang.

Untuk pertama kalinya, Leon terkekeh kecil. Suara tawanya ringan, hanya sebatas hembusan, tapi cukup membuat Lira yang memperhatikannya dari jauh menahan senyum tipis.

Di balik tatapannya yang tenang, jauh di dalam dirinya, Leon larut dalam kenangan lama. Sorak tawa, gelas-gelas yang saling beradu, dan aroma alkohol memenuhi udara—semuanya mengingatkannya pada masa mudanya.

Saat ia masih seorang tentara pelatihan yang kehilangan ingatan, bersama rekan-rekan yang kini telah gugur. Malam-malam mereka dulu dihabiskan dengan minum seadanya, bercanda konyol meski tubuh penuh luka setelah misi.

Rekan-rekan itu sudah lama pergi, tapi bayangan wajah mereka masih jelas di ingatannya. Gelak tawa mereka seakan menyatu dengan pesta malam ini, membuat Leon sejenak merasa… tidak lagi sendirian.

Ia meraih gelas bir yang disodorkan Garka, menatapnya sebentar, lalu mengangkatnya pelan. “Untuk mereka yang tidak bisa minum bersama kita lagi…” gumamnya nyaris tak terdengar.

Gelas itu ia tenggak habis. Rasanya pahit, tapi hangat.

Pesta pun berlanjut. Musik dimainkan oleh salah satu anak buah yang pandai gitar, meja penuh dengan botol kosong, dan gelak tawa tak henti menggema.

Di sudut hati Leon yang beku, malam itu berhasil menyalakan sedikit kehangatan lama yang hampir ia lupakan.

1
Kustri
☕ngopi sik thor, bn cepet UP, 🤭
Kustri
hahaaa.... segitu penasaran ama leon ampe dateng ke club, kau lewat evelyn, ada angeline
Kustri
ya pilih berlian'a bos... wkwkwkkk
sangtaipan
sebal sekali, di gantung pas lagi penasaran😄
Hendra Saja
sampai saat ini menarik....MC nya Badas...
Hendra Saja
semangat up Thor.......makin seru
Rudik Irawan
sangat menarik
Kustri
☕semangat UP😍
Cha Sumuk
mantap mc cowok nya ga kaleng2 bnr..
Caveine: makasih kak🥰🥰
total 1 replies
Kustri
kutemani thor☕☕☕untukmu💪
Caveine: makasih bang 🥰🥰
total 1 replies
Kustri
wajib dibaca!!!
Kustri
waduuuh jgn biarkan wanitamu dipermalukan , leon
ayooo muncullah!!!
Kustri
weee... leon curi start
gmn malu'a klu tau angeline anak si komandan🤭😄
Kustri
angeline anak komandan?
Kustri
tambah semangat 💪
Kustri
woii tanggung jwb kau, leon🤭
Kustri
apa edward kakak leon
Kustri
latihlah anak" buah garka spy lbh tangguh
Kustri
uuh.... kalimat"mu, keren
sangtaipan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!