NovelToon NovelToon
Istri Bayangan

Istri Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Seroja 86

Nindya adalah wanita empatik dan gigih yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Kehidupannya yang sederhana berubah ketika ia bertemu Andrew, pria karismatik, mapan, dan penuh rahasia. Dari luar, Andrew tampak sempurna, namun di balik pesonanya tersimpan kebohongan dan janji palsu yang bertahan bertahun-tahun.

Selama lima tahun pernikahan, Nindya percaya ia adalah satu-satunya dalam hidup Andrew, hingga kenyataan pahit terungkap. Andrew tetap terhubung dengan Michelle, wanita yang telah hadir lebih dulu dalam hidupnya, serta anak mereka yang lahir sebelum Andrew bertemu Nindya.

Terjebak dalam kebohongan dan manipulasi Andrew, Nindya harus menghadapi keputusan tersulit dalam hidupnya: menerima kenyataan atau melepaskan cinta yang selama ini dianggap nyata. “Istri Bayangan” adalah kisah nyata tentang pengkhianatan, cinta, dan keberanian untuk bangkit dari kepalsuan yang terselubung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seroja 86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Beberapa hari belakangan, Nindya merasa Andrew berbeda. Bukan berubah drastis, tapi ada hal-hal kecil yang tak bisa ia abaikan.

Biasanya Andrew akan menyapanya dengan penuh percaya diri, bahkan kadang terlalu santai. Tapi kini, ada momen-momen ketika tatapan Andrew kosong,

Seperti sedang memikirkan sesuatu yang jauh. Saat rapat, ia sering terdiam lebih lama sebelum memberi keputusan. Bahkan saat mereka sempat makan siang berdua, Andrew lebih banyak menunduk, sibuk mengaduk sendok, alih-alih menatapnya seperti dulu.

Nindya mencoba bertanya langsung.

“Kamu baik-baik saja?” tanyanya di sebuah kafe kecil dekat kantor.

Andrew tersenyum samar, lalu menjawab,

“Aku baik baik saja kenapa kamu bertanya begitu?.”

Jawaban itu jelas bukan yang ia harapkan. Nindya tahu, Andrew bukan tipe pria yang sulit bicara. Ia selalu bisa dengan mudah menceritakan ambisinya, frustrasinya, bahkan masa lalunya.

Tapi kali ini berbeda—Andrew seperti menyimpan sesuatu rapat-rapat.

Sepulang dari kafe, Nindya berjalan menuju ruangannya , masih mengulang-ulang percakapan singkat itu. Apa yang sebenarnya ia sembunyikan? Sebagai perempuan, intuisi Nindya kuat. Ia tahu Andrew menimbang sesuatu yang besar.

Namun di sisi lain, ada hal lain yang juga membuatnya tersadar jika meneruskan hubungan ini ada perbedaan keyakinan diantara mereka.

Malam itu, saat Nindya menidurkan Yudith, ia menatap wajah putrinya yang damai. Dalam hati ia berbisik,

“Ternyata hubungan ini terlalu rumit, apa aku sebaiknya mundur?."

Terbersit dalam pikirannya untuk menghubungi Nia bertemu sahabat lamanya saat kuliah dulu.

"Assalamualaikum."Ucap Nindya membuka percakapan.

"Waalaikummussalam apa kabar Nind?,tumben telfon." Jawab Nia dengan nada ramah.

"Baik ...Nia besok ada waktu?, meet up yuk di tempat biasa.

"InsyaAllah ya Nind, besok aku kabari."

Keesokan harinya akhirnya mereka bertemu di tempat yamg sudah di sepakati di sebuah mall yang sering mereka kunjungi sejak masa kuliah. Nia seperti biasa, peka dengan perubahan raut wajah Nindya.

“Kamu tumben pingin ketemu biasanya diajak ketemu susahnya melebihi Ibu negara." Canda Nia sambil menyeruput cappuccino.

Nindya tersenyum tersipu

“Biasa kerjaan tidak bisa diajak kompromi , aku pingin curhat Nia.”

Nia menaruh cangkirnya, menatap serius.

“ Pasti tentang Andrew?."Tebak Nia

Nindya mengangguk.

“Aku bingung, di satu sisi, aku merasa ia benar-benar tulus tapi di sisi lain… ada tembok besar yang tidak bisa kuabaikan.”

“Keyakinan?” Lagi lagi Nia menebak dengan tepat.

Nindya menarik napas panjang.

“Ya. Aku tidak mungkin melepaskan apa yang selama ini kupegang.tapi aku juga takut kehilangan dia..”

Nia menggenggam tangan sahabatnya.

“Nind ..kamu harus berprinsip, jangan sampai cinta membutakan logikamu, Naudzubillah jangan sampai kamu lakukan hal itu ya Nind.” Nasehat Nia sambil menatap serius kearah Nindya.

Kata-kata itu membuat mata Nindya tersentak. Ia menunduk, menahan air mata.

“Aku tidak senaif itu Nia, aku bisa mengorbankan yang lain tapi tidak dengan hal itu dan anakku.” Sahut Nindya.

Nia menghela napas, lalu tersenyum tipis. “Alhamdulillah .. ya sebaiknya kamu diskusi dengan Andrew tentang hal ini bagaimana baiknya, Insha Allah ada jalan.” lanjut Nia lagi.

Nindya mengangguk pelan. Ia tahu Nia benar , hatinya terasa adem setelah berbincang dengan sahabatnya, yang sejak dulu memang sangat kuat agamanya tapi tidak sedikitpun terkesan menggurui.

Sementara disisi lain itu saat di kantor Andrew duduk gelisah di ruangannya.Ia tahu bahwa cinta butuh pengorbanan dan ia sedang memulainya.

Andrew tahu, itu bukan hal sepele.

Dengan sedikit ragu, Andrew kembali mendatangi Johan, rekannya Johan sedang merapikan beberapa berkas ketika Andrew mengetuk pintu ruang kerjanya.

“Hey, Johan, kamu sibuk?” tanya Andrew dengan nada hati-hati.

“Sedikit sih, Drew ada apa?” jawab Johan sambil tersenyum ramah.

Andrew menarik napas panjang.

“Aku… mau diskusi soal kemarin tapi tolong, simpan ini hanya di antara kita.”

Johan mengerutkan dahi, penasaran.

“Yang kemarin?.”Johan mengerutkan dahinya mencoba mengingat ingat apa isi pembicaraannya dengan Andrew kemarin.

Tidak lama kemudian Johan tersenyum, sepertinya ia sudah mengingat.

" Oouh tentu."

Andrew menatapnya serius.

“Aku ingin tahu lebih banyak tentang keyakinanmu aku ingin belajar serius.”

Johan hampir tersedak mendengar itu.

“Drew..kamu serius? tapi kenapa?come on what happen? .”Tanya Johan sedikit bingung dengan ucapan Andrew.

Andrew menggaruk tengkuknya, tampak bingung harus bagaimana menjelaskan pada Johan.

“Kamu tahu kalau aku ,sedang mendekati Nindya.?”

Johan terdiam sejenak, matanya menatap Andrew dengan campuran kaget.

“Whaaat's?!... ini karena Nindya?, ini gak benar Drew kalau kamu ingin belajar hal itu karena seseorang.” Tegur Johan dengan nada serius

“Tidak boleh ya” potong Andrew, agak cemas.

“Drew, ini bukan sesuatu yang bisa kamu anggap ringan.tentang Keyakinan tidak boleh main main."

" Bukan hanya di keyakinanku, di keyakinan apapun kalau kamu masuk hanya karena cinta, itu tidak akan bertahan lama. Kamu harus benar-benar yakin dari hatimu sendiri.” Tegas Johan.

Andrew menunduk, ia merasa tertampar dengan ucapan Johan merenung. Ia tahu Johan benar tapi di dalam hatinya, ia juga tahu kalau cinta yang ia rasakan pada Nindya bukan sesuatu yang main-main.

“Aku paham, Johan,” jawab Andrew lirih.

“Aku hanya… ingin menjembatani perbedaan yang ada diantara kami.”

Johan menepuk bahu Andrew.

“Tetap saja ini tidak murni dari hatimu, terlalu subjektif, coba kamu berfikir lagi tentang hal ini.”Nasehat Johan sambil menepuk bahu Andrew

Andrew tersenyum tipis, untuk pertama kalinya merasa sedikit lebih ringan. Tapi di dalam hati kecilnya, ia juga sadar—jalan yang ia pilih ini tidak akan mudah.

“Aku paham, Johan,” jawab Andrew lirih.

“Aku akan pikirkan, thank's.”

Johan mengangguk dan kembali menepuk bahu Andrew.

“Ya pikirkan masak masak tentang niatmu ini, jangan terburu buru, kalau kamu sudah mantap nanti kita bicara lagi.”

Andrew mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

Nindya masih mengingat jelas obrolannya dengan sahabat dekatnya semalam. Kata-kata sang sahabat terngiang di kepalanya,

Kalimat sederhana itu membuatnya gelisah sekaligus waspada. Selama ini Andrew memang penuh perhatian, namun hatinya tetap menyisakan tanda tanya.

Namun satu hal yang pasti ia logikanya tidak boleh terbutakan oleh cinta

Pagi itu kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Ruangan meeting di lantai dua dipenuhi staf yang lalu lalang, membawa berkas dan laptop.

Nindya sibuk dengan persiapan laporan, berusaha menenggelamkan diri dalam tumpukan pekerjaan agar tidak terlalu memikirkan keresahannya sendiri. Namun, di saat itulah Andrew mendekatinya.

“Pagi, Nindya” suaranya terdengar tenang tapi dalam, berbeda dari biasanya. Ada sesuatu di wajahnya—seolah ia menimbang sesuatu yang berat.

“Pagi, Pak,” jawab Nindya singkat sambil tetap menatap layar. Ia tidak ingin terlalu larut dalam perasaan, apalagi di lingkungan kerja.

Andrew menarik kursi di seberang meja, lalu duduk tanpa banyak bicara. Hanya ada jeda panjang sebelum akhirnya ia membuka suara.

“Nindya, aku boleh bertanya sesuatu… tapi aku harap kamu menjawab dengan jujur, tanpa harus merasa terpaksa.”

Nada bicaranya membuat Nindya menoleh. Ia jarang melihat Andrew seformal itu, bahkan nyaris ragu-ragu.

“Silakan,” katanya hati-hati.

Andrew menarik napas panjang.

"Apa kamu tahu ada perbedaan yang menjadi tembok besar dalam hubungan ini?.”

1
Uthie
Andrew niiii belum berterus terang dan Jujur apa adanya soal mualaf nya dia sama Ustadz nya 😤
Uthie
Hmmmm.... tapi bagaimana dengan ujian ke depan dari keluarga, dan juga wanita yg telah di hamilinya untuk kali ke dua itu?!??? 🤨
Uthie
semoga bukan janji dan tipuan sementara untuk Nindya 👍🏻
Uthie: Yaaa... Sad Ending yaa 😢
total 2 replies
partini
ini kisah nyata thor
partini: wow nyesek sekali
total 3 replies
Uthie
harus berani ambil langkah 👍🏻
Uthie
Awal mampir langsung Sukkkaaa Ceritanya 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Uthie
apakah Andrew sudah memiliki Istri?!???
Uthie: 😲😲😦😦😦
total 2 replies
Uthie
Seruuuu sekali ceritanya Thor 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏🙏
total 1 replies
sukensri hardiati
mundur aja Nin...
sukensri hardiati
nindya....tagih dokumennya
Seroja86: terimaksih atas kunjungan dan dukungannyanya ... 😍😍
total 1 replies
sukensri hardiati
baru kepikiran...sehari2 yudith sama siapa yaa....
Seroja86: di titip ceritanaya kk
total 1 replies
sukensri hardiati
masak menyerah hanya karena secangkir kopi tiap pagi...
sukensri hardiati
betul nindya...jangan bodoh
sukensri hardiati
mampir
Seroja86: terimaksih sudah mampir🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!