NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Membenci Mu- Kadang Juga Tidak

Keesokan paginya, Anna sudah tiba di kantor lebih awal. Ia menyiapkan dokumen untuk rapat cabang selatan seperti yang diminta Jonathan semalam. Setiap map sudah diberi label, setiap data sudah ia ringkas rapi.

Saat Jonathan memasuki ruangannya, Anna berdiri di depan pintu dengan sopan. “Selamat pagi, Mr. Jonathan. Semua berkas sudah siap.”

Jonathan hanya mengangguk, matanya singgah sebentar pada Anna. Biasanya, ia akan mengomentari hal kecil—entah sekadar menanyakan sarapan atau memberi catatan ringan—tapi kali ini tidak ada celah. Anna hanya menaruh map di meja lalu melangkah mundur.

“Terima kasih,” ucap Jonathan akhirnya.

“Ya, Mr. Jonathan.” Suara Anna datar, lalu ia segera kembali ke mejanya.

Rapat di cabang selatan selesai menjelang siang. Presentasi berjalan lancar, Jonathan tampil percaya diri dengan argumennya, sementara Anna mendukung dengan data-data yang sudah ia siapkan.

Begitu rapat berakhir, salah satu pimpinan cabang berdiri sambil tersenyum ramah.

“Mr. Jonathan, Nona Anna, mari kita makan siang bersama dulu. Kami sudah menyiapkan jamuan.”

Anna sempat menoleh sekilas ke arah Jonathan. Seolah menyiratkan sesuatu. Bahwa dia sebaiknya tidak ikut di acara ini.

Jonathan menatap balik, seakan membaca keraguannya. “Kita ikut, Anna,” ucapnya tenang namun tegas.

“Baik, Mr. Jonathan,” Jawab Anna tanpa membantah.

 

Makan Siang Bersama

Restoran yang dipilih klien cukup mewah, dengan dinding kaca yang menampilkan panorama kanal Amsterdam. Meja panjang sudah tertata dengan rapi. Anna duduk di sisi Jonathan, namun tetap menjaga jarak secukupnya, tidak ada pembicaraan, Anna hanya memberikan senyum pada setiap tamu yang ada.

Percakapan di meja makan berlangsung hangat, sebagian besar membahas proyek, strategi, dan rencana kerja sama berikutnya. Sesekali klien melontarkan candaan ringan, membuat suasana tidak terlalu kaku.

“Tim Anda benar-benar solid, Mr. Jonathan. Nona Anna sangat detail, kami terkesan dengan cara ia menyiapkan data,” Ucap salah satu klien.

Anna menunduk sopan. “Terima kasih, itu memang bagian dari tugas saya.”

Jonathan menoleh singkat ke arahnya. “Ia memang selalu bisa diandalkan,” katanya, nadanya terdengar wajar di depan orang lain, meski bagi Anna, kalimat itu terasa sedikit lebih berat dari sekadar pujian biasa.

Anna hanya tersenyum kecil lalu kembali fokus pada makanannya, tidak menanggapi lebih jauh.

 

Makan siang usai, Anna dan Jonathan kembali menuju Amstel Core Group

Dalam perjalanan kembali ke kantor, mobil terasa sunyi. Sopir di depan sibuk dengan kemudi, sementara Jonathan menatap keluar jendela, seolah merenungkan sesuatu.

Anna duduk di sampingnya dengan map di pangkuan, menyibukkan diri membaca catatan. Ia tidak berusaha membuka percakapan.

Jonathan akhirnya berkata, suaranya datar, “Kau cukup baik tadi.”

“Terima kasih, Mr. Jonathan. Sudah tugas saya untuk membantu Anda,” Jawab Anna cepat, lalu kembali menunduk.

"Anna apa kita perlu bicara setelah ini?." Tanya Jonathan

"Jika itu masalah pekerjaan. Saya siap..." Anna menjawab, menyirat kan ia tidak ingin membahas hal di luar pekerjaan.

"Baiklah."

Ada jeda singkat. Jonathan seperti ingin menambahkan sesuatu, tapi ia hanya menghela napas tipis.

 

Setelah kembali ke kantor, Anna langsung mengetik laporan hasil rapat dan menaruhnya di meja Jonathan. Ia lalu kembali ke ruangannya tanpa menunggu komentar.

Jonathan menemukan laporan itu sudah rapi tertata tanpa di minta olehnya. Ia menyandarkan tubuh di kursinya, menatap map itu lama, lalu menoleh ke arah pintu yang tertutup rapat—pintu yang memisahkannya dari Anna.

Ada rasa asing yang tidak bisa ia jelaskan. Anna masih ada di sekitarnya, tapi terasa semakin jauh.

 

Malam Hari

Di rumah, Anna makan malam bersama keluarganya seperti biasa. Setelah itu, ia masuk ke kamar, mengganti pakaian, lalu duduk di tepi ranjang. Ponselnya kembali bergetar.

Daniel:

“Hari ini pasti melelahkan, Nona Anna. Kalau kau butuh teman bicara, aku siap mendengar.”

Anna menatap layar itu lama, lalu tersenyum tipis. Jemarinya mengetik balasan singkat.

Anna:

“Terima kasih, Daniel. Tapi aku baik-baik saja. Selamat malam.”

Ia meletakkan ponsel di meja, merebahkan tubuh, dan memejamkan mata. Pikirannya sempat melayang kembali pada tatapan Jonathan di meja makan siang tadi—pujian singkat yang tidak ia tahu apakah tulus atau hanya formalitas.

"Aku tidak tahu apakah ucapan itu benar, atau kau selalu melakukannya pada siapapun. Kadang aku membenci mu, kadang juga tidak ! ." Suara hati Anna berbicara.

Namun ia menguatkan dirinya: jarak itu harus tetap ada.

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!