Kala gemerlut hati semakin menumpuk dan melarikan diri bukan pilihan yang tepat.
Itulah yang tengah Gia Answara hadapi. Berpikir melarikan diri adalah solusi, namun nyatanya tak akan pernah menjadi solusi terbaik untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon _NM_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
XX
Keysha membuka matanya perlahan, mengerjap menyesuaikan cahaya lampu kamar rawat inap. Keysha menatap atap ruang rawat inap ini dengan pandangan kosong.
Dirinya sendiri disini?
Tak apa, Keysha yang menginginkan itu. Sebelum ini Keysha memang baru saja mengalami kehilangan kesadaran saat tadi berada diperkumpulan bakti sosial. Dan saat ini Keysha baru terbangun dari pingsannya. Sendiri, tanpa ingin siapapun menemani. Keysha hanya tak ingin orang lain merasa khawatir dengan keadaannya, terlebih suaminya. Keysha tahu, pria itu tengah sibuk mengurus kehidupan plot twistnya, tentu banyak hal yang harus pria itu lakukan, dan Keysha tak ingin menjadi alasan kesibukan kesekian untuk pria itu.
Tolong jangan katakan Keysha bodoh. Cinta Keysha-lah yang terlewat besar untuk suaminya itu.
Air mata Keysha menitik tak tertahan. Meski Keysha tak ingin membuat keluarganya khawatir, nyatanya dia masih merasa kesepian dalam laranya. Menanggung kelemahannya seorang diri, memperjuangkan hidup untuk dirinya dan anaknya nyatanya tak semudah itu. Tentu rasa sepi merasuk pada hatinya tanpa bisa wanita itu cegah.
Keysha mengangkat tangannya perlahan, merasa terlalu lemah hanya sekedar mengangkat tangan. Menatap tangan itu dengan pandangan kosong, banyak pikirannya yang melayang buana.
Keysha ingin dicintai, dilimpahi kasih. Memang Keysha tak menuntut banyak, tapi bukan kah harap seperti itu normal dimiliki setiap individu? Keysha capek, Keysha lelah, terkadang ingin mengeluh, tapi selalu saja banyak hal yang membuatnya tak dapat mengeluh. Bagi orang lain hidupnya tampak sempurna, padahal didalamnya penuh kerapuhan insan. Tampak lembut diluar, namun kasar akan bekas luka didalamnya.
Keysha ingin berhenti, ingin memperjuangkan haknya. Tapi bagaimana? Ketika kesetiaan menjeratnya erat. Sebenarnya untuk apa Keysha berjuang sekeras ini? Untuk apa?
~|~
Keysha memasuki rumahnya dengan langkah perlahan. Baru saja hendak ke kamar tetapi matanya menangkap keberadaan suaminya dan anak-anaknya. Tapi tunggu, mereka tak tampak seperti Ara dan Kara. Meski Keysha bukan orang tua dari anak-anak itu, Keysha sangat mengetahui sangat baik tentang anak-anak yang telah ia rawat selama ini. Jika mereka bukanlah Ara dan Kara, berarti mereka adalah Shila dan Bara?
" Key, Shila dan Bara nginep disini dulu yah? Kamu gak papa kan? " Tanya Jordan setelah Keysha menyalimi tangannya.
Wanita itu mengangguk, mengiyakan.
Shila dan Bara iku menyalimi mama tirinya itu.
" Yuk masuk, didalem ada Ara dan Kara. " Ucap Keysha dengan senyuman hangatnya.
Hari berjalan begitu cepat, penghuni rumah telah lengkap mengisi kursi yang berada di meja makan. Ara dan Kara yang sedari awal tak mengetahui keberadaan saudara kembar mereka pun terkejut mendapati kedua kembarannya berada dimeja makan yang sama dengan mereka.
Ah, mereka benar-benar memiliki kembaran yah?
" Ara, Kara.. Ini Shila dan Bara. Kembaran kalian berdua. " Ucap Jordan dengan senyum senangnya.
Akhirnya keluarganya lengkap, meski tak benar-benar lengkap. Semoga setelah ini kehidupannya kian membaik seiring berjalannya waktu.
Keysha menggenggam tangan Ara dan Kara erat.
" Kalian pasti kaget yah? Gak papa, pelan-pelan aja kenalannya. Nanti juga bakalan lebih kenal. Bagaimanapun mereka saudara kalian, jadi coba yuk buat mengenal saudara kalian sendiri. Pasti sulit, tapi perlahan mama yakin kalian bisa. " Ucap Keysha menenangkan anak-anaknya itu, ia tahu pasti anak-anaknya merasa sedikit tak nyaman dengan keadaan saat ini.
Ara dan Kara tak menyahut, lebih memilih menatap piring yang akan mereka gunakan nanti, merasa semakin tak minat untuk makan.
Sama halnya dengan Shila dan Bara, perasaan tak enak bergejolak dalam hati mereka. Apa kehadiran mereka benar-benar tak diharapkan? Shila melirik ke arah Bara, saling menukar pandang dengan kembarannya itu. Lalu kembali menunduk dalam.
" Yuk dimakan, mau makan apa Shila Bara? Biar mama ambilin. " Ucap Keysha mengusap lembut pucuk kepala Bara.
Bara melirik itu sekilas, merasa tak nyaman dengan usapan itu. " Tolong jangan sentuh saya. " Lirih Bara.
Keysha yang mendengar itu pun cepat-cepat menarik tangannya dari Bara. Ah, Keysha salah yah? Raut mendung mulai muncul diwajah anak itu.
Melihat hal itu, Ara membanting sendoknya keras.
" Berani-beraninya Lo gituin mama gue! " Ara menunjuk Bara dengan garpunya, menatap anak itu penuh amarah.
" Guys, apa ini berantem-berantem. Udah kita makan dulu, yuk. " Ucap Jordan menengahi.
Ara menatap Yandanya kesal.
" Dia, Yanda. Masa ngelakuin hal kayak gitu ke mama, dia gak sopan tahu. " Ucap Ara mengadu.
" Tapi kan Bara gak ngelakuin apa-apa, pantes dong Bara cuma merasa risih disentuh-sentuh kayak gitu. " Saut Shila merasa kesal.
Ara menoleh ke arah Shila dengan pandangan permusuhan. " Apanya yang pantes, itu gak sopan tahu ke orangtua. Apa kalian gak pernah diajarin adab sama ibu kalian? " Saut Ara.
Mendengar hal itu, Jordan menggeram rendah ditempatnya. " Ara! "
Seolah tak mendengar peringatan Yandanya, mereka masih melanjutkan perdebatan.
" Loh, harusnya kalian yang gak punya adab. Masa kayak gini kalian melakukan tamu kalian. Apa sebelumnya mama kalian gak pernah ngajarin? Oh iya, mama kalian kan cuma perebut, mana mungkin bisa mengajari adab yang baik. Beda sama bunda kita yang baik hati. " Cerocos Shila.
Semua orang menatap ke arah Shila dengan pandangan terkejut. Dibalik meja Bara menarik baju Shila, berharap kembarannya itu berhenti berbicara.
Ara hendak beranjak menggapai Shila dari baik meja yang langsung dicegah oleh Jordan. " Wah kurang ajar Lo yah, udah diperlakuin baik-baik saja mama masih ngomong kayak gitu. "
" Lagian kamu duluan yang ngehina bunda duluan. Apa kalian lupa mereka bunda kalian juga? Apa sudah terlalu dicuci pikiran kalian, sampai-sampai rasa hormat kalian pada bunda hilang. " Ucap Shila dengan mata yang sudah memerah.
" Shila, diam! " Seru Jordan pelan, masih dengan memeluk tubuh Ara erat. Ara menatap tajam kembarannya itu dengan air mata yang berlinangan tanpa isakan.
" Apa? Bener kan? Bunda dirumah nangis-nangis pengen ketemu kalian, kalian malah dengan jahatnya gak mau ketemu bunda. Apa dimata kalian bunda gak pernah ada? Kenapa sekarang kalian malah lebih membela Tante, padahal kalau tanpa keberadaan Tante kita semua masih kumpul-kumpul kayak dulu. " Ucap Shila panjang lebar.
Mendengar itu, lara semakin menghujam hati Keysha.
" Sudah-sudah, kalian makan dulu. Pasti kalian laper. Mama ke kamar dulu yah, keknya mama gak enak badan. " Ucap Keysha menengahi, lalu beranjak pergi dari sana.
" Key.. " Lirih Jordan menatap kepergian sang istri.
Ara yang masih berada didekapan sang ayah pun mulai bergumam lirih menatap kembarannya. " Anjing Lo. "
Shila tak menyahut. Entahlah batinnya tak enak sekarang. Tapi semua perkataannya benar kan? Kalau seandainya gak ada Tante cantiknya itu, pasti mamanya masih berada disini.
" Sudah kalian makan dulu. " Tengahi Jordan.
Anak-anaknya pun mulai melanjutkan acara makan yang sempat tertunda tadi, dengan keheningan yang semakin larut tercipta.
Note : Author sengaja double update sebagai permintamaafan author yang udah gak update beberapa hari ini sekaligus sebagai hadiah hari raya idul adha
author ucapin selamat hari raya idul adha buat kalian yang merayakan yah
Lup u all