NovelToon NovelToon
Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Penguasa Sekte Chaos: Dari Abu Menuju Takhta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Sistem / Iblis / Kelahiran kembali menjadi kuat / Fantasi Isekai
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: febri_yeee

nre: Fantasi, Aksi, Sekte-Building, Antihero, Overpowered

Sinopsis:

Di benua Elvaria, kehormatan dan kesetiaan adalah dua mata uang paling berharga. Namun, bagi Kael Arvane, seorang jenderal muda yang pernah menyelamatkan kerajaannya dari kehancuran, keduanya hanyalah ilusi yang bisa dibakar oleh kekuasaan.

Dikhianati oleh rajanya sendiri dan difitnah sebagai pengkhianat, Kael diburu, disiksa, lalu dilempar ke lembah kematian yang dikenal sebagai "Jurang Sunyi"—tempat para monster, penjahat, dan kutukan abadi bermuara. Tapi justru di tempat itulah "Sistem Chaos Sovereign" bangkit dari sisa jiwanya yang penuh dendam.

Dengan sistem itu, Kael mampu menciptakan sekte dari nol: Sekte Chaos, sekte tanpa aturan moral, tanpa dogma suci—hanya kekuatan, kebebasan, dan ambisi pribadi. Ia mulai merekrut orang-orang yang dibuang oleh dunia: budak, pembunuh, monster setengah manusia, penyihir terkutuk, bahkan mantan bangsawan pengkhianat.

Dari mereka, ia membentuk Dua Belas Pilar Chaos

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febri_yeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Pilar Ketigabelas dan Hukum Darah

Dataran Kosmos mulai kehilangan stabilitas. Pijakan terasa seperti awan padat, dan udara dipenuhi gemuruh halus suara-suara tak kasatmata. Setelah melewati Gerbang Kodeks Pertama, Sekte Chaos tidak lagi menjadi bayangan pemberontak yang bergerak di kegelapan.

Kini mereka adalah ancaman nyata.

Kael berjalan di depan, mantel hitam panjangnya berkibar dalam keheningan. Pilar-pilarnya berjalan mengikuti, namun satu sosok asing telah bergabung di antara mereka. Ia tak dikenalkan, tak diperintah, tapi berjalan seolah memiliki tempat yang pantas.

Sosok bertudung itu berhenti di sisi Kael, lalu menatapnya dari balik kain merah lusuh yang menutupi wajahnya.

"Aku bukan datang untuk bergabung," katanya. Suaranya serak, seperti api yang dibakar terlalu lama. "Aku datang untuk mengingatkan... kau telah membuka jalan yang tak bisa ditutup kembali."

Kael berhenti. Pilar lain bersiaga.

Namun lelaki itu tidak gentar. Ia menatap langsung ke mata Kael. Lalu, tanpa aba-aba, ia menyingkap tudungnya.

Wajah penuh luka, terbakar seperti disayat hukum realitas. Di dahinya, terdapat simbol terbalik dari Perjanjian Kekacauan: Mata Terbuka yang Menangis.

Zareth terbelalak. “Itu simbol para Penyesal... mereka yang gagal menahan kekacauan.”

Namun lelaki itu tersenyum tipis. “Aku tidak gagal. Aku... memilih menyerah sebelum gila. Tapi kau—kau berjalan terus.”

Kael bertanya, “Lalu mengapa kau masih hidup?”

“Karena aku yang akan menjadi Pilar Ketigabelas.”

Para pilar saling menatap. Pilar selama ini hanya dua belas. Keseimbangan, pembagian kekuatan, bahkan struktur sekte bergantung pada angka sakral itu. Tapi lelaki ini tak berbicara seolah memohon.

Ia menyatakan.

Kael menatapnya lekat. “Siapa namamu?”

“Aresh. Dulu aku pendeta, sekarang aku kutukan.”

Kael mengangkat tangan, mengaktifkan segel kekacauan di dadanya. Segel itu menyala, menilai keberadaan Aresh.

Namun anehnya, api segel itu tidak membakar Aresh.

Justru... melingkar, mengitari tubuh lelaki itu, seperti menyambut kembali bagian yang hilang.

Zareth mencengkeram dadanya. “Tidak mungkin... dia bagian dari kekacauan pertama!”

Aresh menunduk. “Aku yang dulu menggali mantra yang membuka celah pertama di langit. Tapi aku lari. Takut. Dan dunia dibentuk ulang tanpa aku.”

Kael mendekat, hanya satu langkah dari Aresh. “Kalau kau sungguh pilar ketigabelas... maka kau tahu bahwa kau harus memberi sumpah darah.”

Aresh mengangguk, lalu menggigit ibu jarinya sendiri.

Darahnya tidak merah, tapi perak bercahaya.

Ia menulis di udara: satu kalimat kuno yang hanya dimengerti oleh pemegang kekacauan.

“Jika aku berkhianat, biarlah realitasku hancur.”

Tinta darah mengalir membentuk tanda ke-13 di angkasa. Pilar lain terdiam.

Velra berkata pelan, “Apa yang kau rencanakan, Kael...”

Kael hanya menjawab, “Menambah catur. Langit punya lebih dari dua belas bintang. Kita juga bisa.”

Dan sejak saat itu, Aresh menjadi Pilar Ketigabelas. Sumpah darahnya ditelan langit, dan tanda barunya bercahaya bersama dua belas yang lain.

---

Hari itu juga, tanah mulai bergetar.

Dari arah timur, muncul aliran sungai merah yang menyusuri dataran Kosmos. Sungai itu tak pernah ada sebelumnya. Di dalamnya, arwah-arwah berteriak dalam diam.

Arwin, Pilar Ketujuh, segera mendeteksi energi anomali dari arah sungai.

“Itu bukan tempat alami. Itu... ujian kedua.”

Kael memerintahkan ekspedisi langsung ke arah sungai. Sekte Chaos kini telah berjumlah lebih dari lima ribu murid, ratusan di antaranya telah diberkahi perjanjian minor. Mereka bergerak cepat, membentuk barisan maju.

Namun yang mereka temukan bukan sekadar sungai.

Di tengahnya, berdiri gerbang berduri. Hitam seperti besi, tinggi setara menara. Di atas gerbang itu tertulis satu kata dalam bahasa dunia lama:

HUKUM DARAH.

Zareth mengerutkan kening. “Ini... lebih tua dari Penjaga Langit. Ini... buatan Leluhur Pertama.”

Velra tertawa pendek. “Lalu ayo hancurkan.”

Namun saat ia menembakkan bola api ke arah gerbang, serangan itu menghilang begitu saja—diserap ke dalam struktur.

Dari belakang gerbang, suara gemuruh terdengar. Bukan suara makhluk.

Suara detak jantung.

Aresh melangkah maju. “Gerbang ini tidak terbuka karena kekuatan. Hanya darah pemimpin sejati yang bisa membukanya.”

Kael tanpa ragu menusukkan jarinya ke dadanya sendiri. Menyentuh langsung pusat segel kekacauan.

Darahnya menetes ke tanah.

Gerbang itu berguncang, lalu membuka perlahan.

Kabut merah menyembur keluar, dan dari dalamnya muncul puluhan sosok berjubah putih—tanpa wajah, tanpa bentuk pasti. Mereka membawa buku, dan pena tajam dari tulang.

Aresh berbisik. “Mereka... para Penulis Hukum. Makhluk yang menulis takdir makhluk hidup.”

Salah satu dari mereka melayang ke Kael, lalu membuka bukunya.

“Apa hukum yang ingin kau ubah?”

Kael menjawab, “Bahwa mereka yang dianggap berdosa... tetap bisa memiliki hak memilih.”

Para penulis berhenti sejenak. Lalu pena mereka bergerak.

Satu hukum dunia berubah.

Langit terguncang. Di kejauhan, para Penjaga Langit pasti merasakannya.

Zareth menggigil. “Kita baru saja... mengganti bagian dari realitas.”

Dan sungai darah mulai mengering.

Gerbang tertutup kembali.

Namun di dahi Kael kini ada bekas luka, seperti goresan pena.

Satu hukum telah dia ubah.

Dan harga dari perubahan itu... belum ia ketahui.

---

Di Netherion, perubahan terjadi dengan cepat. Murid-murid yang sebelumnya terkutuk kini memiliki kekuatan. Para pelanggar hukum lama mulai mengembangkan kemampuan baru. Dunia lama mulai runtuh pelan-pelan.

Namun dengan perubahan, datang pula pemburu.

Di tempat gelap yang jauh dari mata awam, Penjaga Langit Kedua membuka matanya.

Ia berbisik,

“Pengacau telah menyentuh hukum darah. Kirimkan avatar. Bakar dunia mereka hingga tak bersisa.”

Dan malam itu, bintang-bintang jatuh satu per satu...

Namun tidak seperti harapan.

Kali ini... mereka membawa kemarahan para dewa.

---

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!