Elara Andini Dirgantara.
Tidak ada yang tidak mengenal dirinya dikalangan geng motor, karena ia merupakan ketua geng motor Ladybugs. Salah satu geng motor yang paling disegani di Bandung. Namun dalam misi untuk mencari siapa orang yang telah menodai saudara kembarnya—Elana, ia merubah tampilannya menjadi sosok Elana. Gadis manis, feminim dan bertutur kata lembut.
Lalu, akankah penyelidikannya tentang kasus yang menimpa kembarannya ini berjalan mulus atau penuh rintangan? Dan siapakah dalang sebenarnya dibalik kehancuran hidup seorang Elana Andini Dirgantara ini? Ikuti kisah selengkapnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selang beberapa lama setelah Juna dan Darel masuk ke dalam ruangan, keduanya kembali keluar dengan dahi Juna yang diperban, dan kaki Darel yang juga diikat perban. Elara sampai bangkit dari duduknya saat melihat keadaan Juna dan Darel, sebab tadi Elara tidak melihat mereka terluka, tapi kenapa sekarang terlihat ada perban di tubuh mereka. Belum saja pertanyaan di benak Elara terjawab, Kenzie melepas jaket yang dikenakannya dan terlihat darah segar yang membasahi lengan bajunya. Bahkan kini, setelah melihat luka di lengan Kenzie, Elara baru menyadari bahwa ada beberapa luka lebam di wajah Kenzie, memang lukanya sedikit samar, dan mungkin itu sebabnya Elara tidak melihatnya tadi.
"Kau kenapa?" tanya Elara.
Gina keluar dari ruangan dengan membawa kotak P3K di tangannya dan lekas membantu mengobati luka di lengan Kenzie. Setelah selesai diobati, Gina kembali ke ruangan untuk menaruh kotak obat yang tadi ia bawa.
"Ken, ini..." Elara mengusap permukaan lengan Kenzie yang dibalut perban.
"Ada yang menyerang kami di jalan tadi." ucap Kenzie.
"Menyerang kalian?"
"Hm, kami bertiga kalah jumlah dan akhirnya kalah."
Darel ikut duduk bersama kenzie dan Elara. Ia lantas melirik Elara. "Lan, apa kau bisa keluar sebentar?"
"Tidak, biarkan dia di sini," cegah Kenzie.
"Tapi, Ken—"
"Percayalah padaku."
Meski sedikit keberatan dengan keberadaan Elana di tengah-tengah mereka, tetapi mau tidak mau mereka menurut saja.
"Geng Atlantis sudah berani dengan terang-terangan mengibarkan bendera perang dengan kita. Kita tidak bisa tinggal diam untuk itu." ucap Darel membuka percakapan.
"Aku setuju. Apapun yang terjadi, kita harus membalas mereka." timpal Juna.
"Tidak, jangan gegabah. Bahkan kita tidak betul-betul bisa menjamin bahwa penyerang tadi adalah anggota Atlantis." ucap Kenzie.
"Apalagi yang tidak yakin? Jaket yang mereka kenakan sudah cukup menjadi bukti."
"Iya Ken, yang Darel katakan benar. Kami tahu kau masih memiliki ikatan saudara dengan Langit, tapi apapun alasannya, Gengnya sudah lebih dulu menyerang kita, itu artinya kita harus membalas mereka. Lagipula, kau bilang kalian berdua sedang ada kesalahpahaman saat ini, bisa saja dia berniat membalasmu dengan penyerangan ini."
Elara diam seakan tak tahu, tapi hatinya mulai mempertanyakan apakah benar bahwa Langit telah menyerang Kenzie.
"Mmm Ken, aku akan pulang." pamit Elara.
"Biar aku antar."
"Tidak tidak, kau terluka, biar aku pulang sendiri saja. Lagipula ini belum terlalu malam, aku yakin akan aman."
"Kau yakin?"
Elara mengangguk dengan mantap. "Iya, aku yakin."
"Baiklah, kalau ada apa-apa segera hubungi aku."
Elara keluar dari markas Ganstar dan lekas tancap gas menuju markas Atlantis. Kali ini ia harus memastikan sendiri semuanya. Benarkah Langit telah menyerang Kenzie karena kesalahpahaman kemarin.
Beberapa menit berkendara, Elara akhirnya tiba di markas Atlantis. Beruntung para anak-anak Atlantis ada yang mengenalnya hingga ia dipersilahkan untuk langsung masuk.
"Langit, aku—" Ucapan Elara terhenti saat ia melihat wajah Langit yang lebam di beberapa bagian dan sedang diobati. "Kau kenapa?" tanyanya, tetapi Langit tidak menjawab.
"Langit diserang Geng Ganstar." jawab Jojo.
"Apa? Tidak mungkin. Kenzie, Darel dan Juna barusaja diserang, dan mereka yakin kalau yang menyerang mereka itu adalah Geng Atlantis."
"Apa?" Langit langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Elara. "Mereka juga diserang?"
"Iya, mereka bertiga terluka cukup parah karena kalah jumlah dari penyerang yang mereka yakini anggota Geng Atlantis."
Langit menatap Jojo dan Sam. "Bisa tinggalkan kami sendiri?" pinta Langit.
Jojo dan Sam mengangguk dan langsung keluar tanpa penolakan. Setelah keduanya keluar, Elara duduk di kursi yang tepat berhadapan dengan Langit.
"Tadi aku sengaja menjebak Kenzie agar dia membawaku ke markas Ganstar, karena aku yakin aku akan mendapat petunjuk dari markas mereka. Saat sampai di sana aku baru tahu kalau mereka sedang terluka, dan menurut mereka yang menyerang mereka adalah Atlantis."
"Kenapa mereka bisa menuduh Atlantis?"
"Karena jaket yang dikenakan penyerang."
Kedua mata Langit menyipit mendengar penjelasan Elara. Kenapa kejadiannya hampir sama persis? Tadi, yang menyerang dirinya juga menggunakan jaket Ganstar, tetapi Langit sama sekali tidak mengenali bentuk tubuh pelaku, padahal Langit hampir mengenal semua anggota Geng Ganstar.
"Setelah melihat keadaanmu sekarang, aku rasa ada yang aneh di sini. Sepertinya ada yang berniat mengadu domba kalian." ucap Elara.
"Ya, aku sependapat denganmu."
...•••***•••...
"Lan, saatnya minum obat."
Zakia membawakan bubur untuk Elana dan menyuapinya. Setelah makan bubur, Zakia mengeluarkan obat-obatan yang ia bawa, lalu membantu Elana untuk memakannya.
"Makan sudah, minum obat juga sudah, sekarang saatnya tidur. Kau harus tidur agar besok kita bisa mulai psikoterapi lagi. Aku akan terus membantumu agar kau bisa sembuh seperti semula, Lan."
Zakia membantu merebahkan Elana, lalu menyelimutinya. Setelah itu, Zakia keluar dari ruang rawat Elana agar Elana bisa istirahat dengan nyaman.
...•••***•••...
Motor Elara melaju membelah jalanan menuju taman yang telah dijadikan tempat janjian untuknya dan Langit. Beberapa menit berlalu, akhirnya Elara tiba di tempat yang ia tuju. Ia memarkirkan motornya, kemudian melangkah memasuki taman dengan kotak bekal di tangannya. Saat melihat Langit sudah duduk di kursi taman yang berada di bawah pohon, Elara segera mendekat.
"Kenapa ingin menemuiku?" tanya Langit tanpa menatap Elara.
Langit masih cukup kecewa karena saat itu melihat keintiman Kenzie dan Elara. Ditambah sampai hari ini 'pun Elara belum menjelaskan apapun padanya.
Elara duduk di samping Langit, lalu menaruh kotak bekal yang tadi ia bawa di tengah mereka. Elara terlihat cukup canggung dan beberapa kali melihat ke depan. Ia sebenarnya ingin menjelaskan apa yang terjadi dengannya dan Kenzie saat itu, tapi ia bingung harus memulainya dari mana.
"Mmm mengenai aku dan Kenzie waktu itu, sebenarnya kau hanya salah paham. Saat itu aku hanya terpeleset dan Kenzie mencoba menahanku, tapi karena lantainya terlalu licin, akhirnya kami jatuh bersamaan." jelas Elara akhirnya.
"Aku tidak bertanya."
"Tapi kau mendiamkanku selama beberapa hari kemarin. Kenapa?"
"Kau masih tanya kenapa?" Langit menatap Elara lekat-lekat. "El dengar, aku sudah mengatakan bahwa aku tidak suka melihat laki-laki manapun mendekatimu."
"Tapi kau 'pun tahu kalau aku mendekati Kenzie dengan tujuan tertentu."
"Aku tetap tidak suka."
Elara menghela napas kasar. "Baiklah, maaf." ucapnya akhirnya.
Langit masih dalam mode diamnya. Sejujurnya ia ingin mendiamkan Elara lagi, tapi ia tahu tujuan Elara mendekati Kenzie memang atas dasar kasus yang sedang mereka selidiki. Akhirnya Langit memejamkan kedua matanya dan mencoba untuk memaklumi tindakan Elara yang terkesan terlalu mengejar Kenzie.
"Baiklah, aku memaafkanmu."
"Benarkah?" Elara menyunggingkan senyumnya mendengar jawaban Langit.
"Tapi dengan satu syarat," Langit menatap bekal makanan yang tadi Elara bawa. "Suapi aku."
...----------------...
Beberapa bab lagi mulai terbongkar kok, so stay tune ya.
semakin di bikin penasaran sama authornya .,...🤣🤣
pinisirin kelanjutannya.....💪
masih belum ada titik terang siapa yg memperkosa elana...