NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Terpaksa Menikah Dengan Pria Cacat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alizar

"Aku tidak mau dijodohkan! Bukankah kalian semua tau kalau aku sudah memiliki kekasih? " "Kami semua tau nak, tapi tidak bisakah kamu menolong papa sekali ini saja, ? " "Tidak! Yang menjadi anak dirumah ini bukan hanya aku saja, masih ada Melodi di rumah ini, kenapa bukan dia saja yang kalian jodohkan! "

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Arkan menghela napas berat, jelas terlihat frustrasinya. "Aku minta maaf, Mel. Aku benar-benar lupa," ujarnya sambil menepuk jidatnya sendiri. Melody menghembuskan napas, matanya menatap Arkan dengan campuran kekecewaan dan sedikit rasa sakit.

"Masak sih, Mas lupa? Padahal baru kemarin aku minta tolong Kak Fajar untuk membelikan pembalut," katanya, suaranya sedikit bergetar. Arkan mendekat, mencoba meraih tangan Melody, namun dia menariknya kembali.

"Maafkan aku, ya. Aku janji, mulai sekarang aku akan lebih perhatian," Arkan berusaha menenangkan dengan nada suaranya yang lembut, berharap Melody bisa mengerti. Melody hanya mengangguk pelan,

***

Suasana rumah Dea dan Tony dipenuhi dengan cahaya lampu dan dekorasi yang meriah, menandakan perayaan ulang tahun pernikahan mereka. Di tengah ruangan, Dea dan Tony berdiri berdampingan, tangan mereka saling menggenggam erat. Anak-anak mereka, Arkan dan Arhan, berdiri di samping dengan senyuman lebar.

Dea mengenakan gaun malam berwarna perak yang elegan, sementara Tony tampak gagah dalam setelan jas hitam. Musik lembut mengalun, membawa suasana romantis yang menyelimuti ruangan. Tony mengambil mikrofon, matanya berkaca-kaca saat dia mulai berbicara, "Terima kasih kepada semua yang telah datang malam ini. Menikah dengan Dea adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya."

Dea tersenyum, matanya juga berkaca-kaca. Dia menatap Tony dengan penuh cinta, sebelum menyela, "Dan saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa kamu, Tony. Terima kasih telah menjadi suami, sahabat, dan ayah yang luar biasa untuk anak-anak kita."

Arkan dan Arhan kemudian maju, masing-masing membawa sebuah kotak hadiah kecil. "Selamat ulang tahun pernikahan, Mama dan Papa," ucap Arkan, sambil memberikan kotaknya.

Arhan mengikutinya, memberikan kotak hadiahnya juga.Dea dan Tony membuka hadiah tersebut bersama-sama. Di dalam kotak Arkan, terdapat sebuah album foto yang berisi kenangan mereka sepanjang tahun ini.

Kotak Arhan berisi dua tiket pesawat ke Bali, tempat mereka berbulan madu dulu. Air mata kebahagiaan mengalir di pipi Dea dan Tony, terharu dengan kejutan dari anak-anak mereka.

Malam itu berlanjut dengan tawa, dansa, dan cerita dari masa lalu yang dibagikan oleh teman dan keluarga. Semua orang merayakan cinta yang telah bertahan melalui suka dan duka, menghormati ikatan yang telah dibangun Dea dan Tony selama seperempat abad.

Suasana pesta yang semula riang tiba-tiba berubah tegang saat Arkan, dengan bantuan kursi rodanya, mendekati podium. Lampu sorot menyinari wajahnya yang serius sementara semua mata tertuju padanya. Di layar besar di belakangnya, mulai diputar serangkaian video dan foto yang memperlihatkan Arhan, saudara kembarnya, terlibat dalam berbagai tindak kejahatan. Suara gemuruh kebingungan dan bisikan terdengar di antara tamu yang hadir.

Arkan memulai pembicaraannya dengan suara yang bergetar, "Hari ini, saya harus mengungkap kebenaran yang pahit. Ini adalah Arhan, saudara kandung saya, yang telah merencanakan kecelakaan yang membuat saya lumpuh." Mata Arhan melebar, wajahnya pucat pasi, dia mencoba berbicara namun suaranya tercekat.

Melody, yang berdiri di samping Arkan, memegang tangannya erat-erat, memberikan dukungan. Orang tua mereka, Dea dan Tony, tampak terpukul, tangan mereka saling menggenggam mencoba mencerna kenyataan yang baru saja terungkap. Di sudut ruangan, Maudy, kakak Melody, menutup mulutnya dengan tangan, syok tak percaya.

Layar terus menunjukkan bukti tak terbantahkan, detil kejahatan Arhan yang kini tak bisa lagi dia pungkiri. Arhan berusaha berbicara, mencari pembelaan, namun setiap kata yang keluar hanya semakin menenggelamkan dirinya. Arkan, dengan mata yang berair, menatapnya, "Apa yang telah kamu lakukan, Arhan? Apa tidak cukup kita berbagi segalanya sebagai saudara kembar?"

Tamu undangan yang lain mulai bergumam, sebagian menunjukkan simpati kepada Arkan, sementara yang lain terlihat marah dan kecewa kepada Arhan. Pesta yang semula penuh tawa dan keceriaan, kini berakhir dengan airmata dan rasa pahit pengkhianatan.

Arkan terpaku di tempatnya, matanya terbelalak memandang Arhan yang berdiri di depan semua tamu dengan wajah yang tertunduk lesu. Ruangan yang penuh dengan dekorasi megah dan cahaya lampu yang hangat tiba-tiba terasa dingin dan suram. Suasana pesta yang semula riuh dengan tawa dan canda, kini berubah menjadi bisu dan tegang.

Seorang tamu yang lebih tua menghela napas berat, kekecewaan jelas tergambar di wajahnya saat ia menatap Arhan, "Bagaimana bisa kau melakukan ini, Nak?" ucapnya dengan nada yang berat. Tamu lainnya, seorang wanita paruh baya, mendekati Arkan dan meletakkan tangan lembutnya di bahu Arkan. "Sabar ya, Arkan. Kamu tidak sendirian," bisiknya penuh empati.

Arhan, dengan segala keberanian yang tersisa, mengangkat wajahnya. Matanya menatap nyalang pada semua tamu yang tengah memperhatikannya, "wah ternyata semua kejahatan yang selama ini kulakukan sudah terbongkar. Ternyata hanya mampu bertahan lima tahun saja, ya. " Suaranya terdengar remeh, tidak ada penyesalan. Dia mencoba mencari pandangan yang mengampuni dari wajah-wajah yang memandangnya, tapi yang ia temui hanyalah tatapan kecewa dan marah.

Arkan, yang semula duduk di kursi roda miliknya, perlahan bangkit dan berjalan mendekati Arhan. Semua yang melihat itu mematung, termasuk Arhan sendiri. Hanya Dea, Tony dan juga Melody lah yang tidak terkejut sama sekali. Arkan kini langkah kakinya terhuyung-huyung mendekati Arhan. "Kau tega melakukan itu semua, agar kau menjadi anak satu satunya,dan mendapatkan seluruh kekayaan milik papa bukan? " tanyanya, suaranya serak oleh emosi yang bercampur aduk. Dia mencoba menahan air matanya, tapi satu per satu tetes air mata itu jatuh juga, membasahi pipinya.

Tamu-tamu yang lain mulai berbisik satu sama lain, suasana menjadi semakin hening. Hanya suara isakan Arkan dan bisikan lembut para tamu yang mencoba menenangkan yang terdengar di ruangan itu. Pesta yang seharusnya menjadi kenangan indah, kini menjadi luka yang mendalam di hati setiap yang hadir.

"Sial! Sejak kapan dia bisa berdiri tegap seperti itu. " Batin Arhan syok. Namun karena sudah kepalang tanggung dengan bukti yang sudah ditampilkan. Membuat Arhan mengenyahkan pikiran yang menurut nya tidak penting itu.

Arkan langsung merubah raut wajahnya menjadi datar.

Arkan berdiri dengan mantap di tengah ruangan, lengkap dengan jas yang rapi menggantikan kursi roda yang selama ini menjadi temannya. Semua mata tertuju padanya, terkejut melihatnya berdiri begitu tegak. Senyum simpul merekah di wajahnya saat matanya menangkap pandangan Arhan yang tercengang tak percaya. Suara riuh tamu undangan bergema, namun Arkan hanya fokus pada satu orang.

"Tidak pernahkah kamu bertanya-tanya, Arhan, bagaimana aku bisa berdiri di sini hari ini?" ucap Arkan dengan nada tenang namun penuh arti. Dia melangkah perlahan mendekati Arhan, setiap langkahnya seolah menimbang rasa sakit yang telah ditanggungnya selama ini.

Arhan menelan ludah, kebingungan dan ketakutan terpancar jelas di wajahnya. "Arkan, apa... apa maksudmu?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Arkan tersenyum tipis melihat Arhan yang cepat sekali merubah raut wajahnya. Kemana tadi wajah yang sombong dan angkuh itu? Dan sekarang malah tergantikan dengan raut yang pura pura bodoh.

"Ini saatnya, saat yang telah kutunggu selama lima tahun," lanjut Arkan, mengabaikan pertanyaan Arhan. Dia mengeluarkan selembar dokumen dari saku dalam jasnya dan mengibaskannya ke udara sebelum memegangnya dengan erat. "Bukti... semua bukti kejahatanmu yang telah kusimpan. Malam ini, semua orang akan tahu siapa kamu sebenarnya, Arhan."

Tamu-tamu yang hadir mulai berbisik-bisik, suasana tegang segera menyelimuti ruangan tersebut. Arkan memandang sekeliling, tatapan tajamnya menyapu wajah-wajah yang menatapnya dengan keheranan.

"Kamu merancang kecelakaan itu, Arhan. Kecelakaan yang seharusnya merenggut nyawaku, namun aku selamat. Dan hari ini, di hadapan semua orang yang kita kenal, aku berdiri di sini sebagai saksi hidup dari kekejamanmu," ujar Arkan dengan suara yang keras dan jelas, memastikan setiap kata yang diucapkannya menancap di hati setiap orang yang mendengarnya.

Arhan mundur selangkah, kepalanya menunduk, tidak mampu menatap mata orang-orang yang kini memandangnya dengan rasa jijik dan pengkhianatan. Arkan, dengan langkah mantap, menyerahkan dokumen itu ke tangan ayahnya, Dea, yang berdiri dengan ekspresi campur aduk di wajahnya.

"Malam ini, keadilan akan hadir, Arhan," tutup Arkan, suaranya menggema di ruangan tersebut, mengakhiri keheningan yang menyesakkan.

"Selain berniat untuk membunuh adikmu, ternyata kau juga selama ini melakukan pekerjaan haram, Arhan! " Suara Tony bergema kembali membuat semua orang terkejut

Belum sempat untuk menjawab segala pertanyaan yang tertuju padanya. Pihak kepolisian sudah lebih dulu tiba dan meringkus kedua tangannya. Kini Arhan sadar dan otaknya mulai bekerja. "Argh! Sialan! Lepaskan aku. Awas kalian semua! aku akan membalas semuanya! " Teriak Arhan meronta kemudian hilang setelah dibawa pergi oleh pihak kepolisian.

"Kenapa Arhan dibawa begitu saja pa. Kita belum mendengarkan semua kejelasan dari Arhan, " Ucap Dea

"Kejelasan apa lagi ma? Bukankah dari semua bukti ini sudah lebih cukup? Arhan melakukan ini semua hanya karena iri dan merasa terancam karena kehadiran Arkan. Arhan hanya ingin memiliki semua harta yang kita miliki ini seorang diri. Arhan hanya ingin menjadi pewaris tunggal ma, "jelas Tony membuat Dea Terdiam

1
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!