Novel kali ini mengisahkan tentang seorang pangeran yang dibuang oleh ayahnya, karena menganggap anaknya yang lahir itu adalah sebuah kutukan dari langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikri Sa'ati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KPYT 020. Dua Perasaan Aneh Bertemu
"Saya rasa itu cuma prasangka baik bibi saja," kata Zhao Jinlong seakan tidak menggubris pertanyaan Bibi Ningyan, "tanpa tahu ada maksud lain dari tindakan tersebut...."
"Atau mungkin bibi tahu, hanya saja bibi berusaha menutupinya karena suatu keadaan...."
Bibi Ningyan cuma terdiam mendengar ucapan Zhao Jinlong yang lugas itu tanpa segera menanggapinya. Atau sepertinya tidak ingin menanggapinya. Kedua matanya menatap anak laki-laki itu dengan sorot mata seperti takut dan khawatir.
Setelah itu perlahan dia menundukkan kepala, tak sanggup lagi menatap Zhao Jinlong yang seperti tahu apa yang dia sembunyikan selama ini.
"Apa maksud ucapanmu, Zhao Jinlong?" tanya Putri Zhang Jiang Ying bernada datar dalam rasa tidak mengertinya. "Kamu membuat takut Bibi Ningyan."
"Kenapa kamu bicara begitu pada Bibi Ningyan, Zhao Jinlong?" kata Yang Xiu Xiang bernada marah. "Kamu seperti mencurigainya...."
"Mungkin kita tangguhkan dulu pembahasan ini, Bibi," kata Zhao Jinlong seolah tidak menggubris ucapan Putri Zhang Jiang Ying dan Yang Xiu Xiang. "kalau bibi berkenan untuk membicarakannya...."
"Saya hendak fokus menyembuhkan penyakit Putri Zhang Jiang... Ying."
Setelah itu Zhao Jinlong kembali beralih menatap Putri Zhang Jiang Ying yang seperti masih memikirkan ucapan anak laki-laki itu yang sama sekali belum bisa dia mengerti.
"Saya hendak memeriksa terlebih dahulu keadaan Anda, Tuan Putri," kata Zhao Jinlong meminta izin. "Apakah Anda berkenan?"
"Apakah kamu yakin penyakit yang aku derita ini bisa disembuhkan?" tanya Putri Zhang Jiang Ying dalam keraguan. "Dalam artian... bukan kutukan?"
Tuan putri dingin itu masih ragu, apakah penyakit yang dia derita itu adalah penyakit kutukan atau cuma penyakit biasa?
Tambah ragu lagi, kalau misalkan penyakit yang dia derita cuma penyakit biasa, akan tetapi penyakit ini tergolong penyakit aneh, apakah Zhao Jinlong bisa menyembuhkannya?
Mengingat, Zhao Jinlong masihlah seorang bocah, tentu belum punya banyak pengalaman dalam dunia pengobatan. Itulah asumsi yang bermain di dalam pikiran Putri Zhang Jiang Ying.
Sedangkan Zhao Jinlong amat tahu kalau tuan putri dingin itu masih ragu akan kehebatannya dalam dunia pengobatan. Maka dia berkata pada sang putri seolah mengajukan tantangan.
"Begini saja, Tuan Putri. Biarkan saya mengobati terlebih dahulu penyakit Tuan Putri. Kalau tidak sembuh, berarti penyakit Tuan Putri memang karena kutukan. Tapi kalau sembuh, itu artinya penyakit Tuan Putri cuma penyakit biasa. Lebih tepatnya penyakit yang diakibatkan oleh racun...."
Putri Zhang Jiang Ying tidak lantas menanggapi ucapan Zhao Jinlong itu. Dia masih diam sambil menatap serius pada Zhao Jinlong. Ekspresi wajahnya yang datar dan dingin seperti tengah memikirkan akan ucapan Zhao Jinlong.
Yang Xiu Xiang, entah dia paham ucapan Zhao Jinlong atau tidak, tampak dia juga diam saja. Tapi sepasang matanya juga masih menatap pada anak laki-laki itu.
Sedangkan Bibi Ningyan sedikit banyak memahami akan ucapan Zhao Jinlong yang seperti mengajukan tantangan.
Jika tabib kecil itu mengatakan hal demikian, artinya dia sepertinya yakin kalau penyakit Putri Zhang Jiang Ying cuma penyakit yang diakibatkan oleh racun. Lebih jauh dari itu Tabib Zhao bisa menyembuhkan penyakit tersebut.
Maka....
"Tuan Putri, biarkan Tabib Zhao memeriksa keadaan penyakitmu dulu!" pinta Bibi Ningyang akhirnya menganjurkan. "Semoga apa yang dia duga adalah benar, penyakit yang kamu derita bisa dia sembuhkan."
"Benar, Ying Jie jie, biar Zhao Jinlong memeriksamu dulu," kata Yang Xiu Xiang mendukung anjuran Bibi Ningyan. "Kamu mau 'kan?"
"Baiklah," kata Putri Zhang Jiang Ying akhirnya memutuskan setelah berpikir beberapa saat.
★☆★☆
Zhao Jinlong saat ini sudah duduk di kursi kayu di dekat pinggir tempat tidur Putri Zhang Jiang Ying sebelah kiri, tak jauh dari kepala tempat tidur. Cukup dekat dengan posisi tuan putri dingin yang duduk bersandar di kepala tempat tidur.
"Sebelum saya memulai mengobati Anda, saya akan menerangkan dulu sedikit tentang kutukan atau penyakit kutukan itu apa," kata Zhao Jinlong membuka suara saat suasana terjebak dalam kebisuan beberapa saat lamanya.
"Kutukan atau penyakit kutukan itu, jika tertimpa pada seseorang, melalui beberapa jalur," lanjut Zhao Jinlong menerangkan. "Di antaranya, kutukan itu menimpanya langsung dari Yang Maha Kuasa, tanpa perantara, disebabkan karena dosa dan kenistaan yang dia lakukan."
"Bisa juga melalui perantaraan orang lain yang mendoakan dirinya terkena kutukan, lalu Yang Maha Kuasa menjawab doa orang tersebut, sehingga dia terkena kutukan dari Sang Penguasa Langit melalui jalur orang yang mengutuknya."
"Atau bisa juga dia terkena kutukan dari Yang Maha Kuasa karena menanggung dosa orang lain. Pada kasus ini biasanya kebanyakan karena menanggung dosa orang tuanya. Entah ayahnya atau ibunya atau kedua-duanya...."
"Dan ingat, kutukan itu tidak ada obatnya," kata Zhao Jinlong selanjutnya. "Dia bisa hilang jika Yang Maha Kuasa telah mencabutnya."
"Bisa dipahami sampai di sini, Tuan Putri?" kata Zhao Jinlong setelah memaparkan tentang definisi kutukan.
"Iya...," sahut Zhang Jiang Ying singkat, entah dia paham atau tidak. Karena ekspresi wajahnya tetap datar saja.
Tapi satu hal yang dia tangkap dalam penjelasan Zhao Jinlong tadi bahwa kutukan yang menimpa dirinya --kalau memang benar kutukan --, adalah kategori ketiga. Dia mendapat kutukan karena menanggung dosa ibunya, sang permaisuri.
Itu tuduhan yang sudah beredar di lingkungan istana kekaisaran Kerajaan Bai-san.
Sama halnya juga dengan Yang Xiu Xiang dan Bibi Ningyan yang benar-benar paham akan penjelasan Tabib Zhao tadi, mereka satu pemikiran dengan Putri Zhang Jiang Ying.
"Dari penjelasan saya tadi, Anda tentu sudah bisa memikirkan...," kata Zhao Jinlong lagi, "kalau Anda termasuk dalam kategori yang mana sehingga orang-orang menuduh Anda terkena kutukan."
"Tapi entah kenapa, firasat saya mengatakan kalau keadaan yang menimpa Anda termasuk dalam kategori yang ke tiga, Tuan Putri."
Kalem dan tenang Zhao Jinlong dalam berkata. Tapi ucapannya itu sukses membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut bukan main. Lantas mereka menatap anak laki-laki itu dengan sorot mata tidak percaya.
Siapa sebenarnya Tabib Zhao ini? Kenapa dia bisa tahu tentang hal ihwal penyakit kutukan yang menimpa Putri Zhang Jiang Ying, nyaris persis.
"Kenapa kamu bisa tahu, Zhao Jinlong?" tanya Putri Zhang Jiang Ying dalam rasa terkejutnya.
"Bukan mengetahui, Tuan Putri," kata Zhao Jinlong seakan meralat ucapan sang putri dingin, "tapi cuma firasat."
"Kamu bilang cuma firasat," kata Putri Zhang Jiang Ying menanggapi, "tapi firasatmu nyaris tepat. Aku memang terkena kutukan lantaran dosa bundaku...."
Saat mengatakan kalimat terakhirnya, nada suara Putri Zhang Jiang Ying bagai menggeram marah sekaligus mengandung kesedihan yang mendalam.
"Tuan Putri, Anda jangan dulu memikirkan hal itu," kata Zhao Jinlong jelas mengerti kesedihan yang menimpa sang putri dingin. "Sekarang, fokus dulu dengan penyembuhan terhadap penyakit Anda."
"Saya hendak melakukan pemeriksaan terhadap keadaan Anda, Tuan Putri," kata Zhao Jinlong selanjutnya. "Apa Tuan Putri sudah siap?"
Putri Zhang Jiang Ying hanya mengangguk dalam menjawab pertanyaan Zhao Jinlong. Sementara hatinya sebenarnya masih ragu, apakah penyakit yang menimpa dirinya bisa disembuhkan oleh bocah tabib itu?
Tapi, kalau tidak dicoba, mana bisa dia tahu?
★☆★☆
Senja semakin menua. Keadaan alam di seantero lautan luas itu semakin meremang. Pertanda sebentar lagi malam akan segera tiba.
Sementara itu masih di kamar Putri Zhang Jiang Ying....
Zhao Jinlong yang telah naik di atas tempat tidur kini tengah sibuk memeriksa keadaan Putri Zhang Jiang Ying. Barusan tadi dia selesai memeriksa denyut nadi sang putri dingin yang berdenyut aneh dan juga lemah.
Sekarang dia tengah memeriksa telapak tangan dan lengan Putri Zhang Jiang Ying. Atau lebih tepatnya mengamati keadaan kulit pada bagian tubuh sang putri tersebut.
Kulit telapak tangan dan lengan Putri Zhang Jiang Ying berwarna putih aneh, amat pucat bagai tak teraliri darah.
Begitu juga saat Zhao Jinlong memeriksa kaki sang putri kecil, juga berwarna putih aneh, amat pucat bagai tak mengalir darah di situ.
Tidak lupa Zhao Jinlong memeriksa setiap kuku dari masing-masing kedua tangan dan kaki sang putri dingin. Di mana semua kuku tersebut juga berwarna putih aneh.
Tapi di pinggir sisi dalam setiap kuku jari tangan dan kaki Putri Zhang Jiang Ying tampak membentuk garis tipis mengikuti alur lekukan jari sisi bagian dalam berwarna ungu pudar. Garis tipis itu nyaris tak terlihat kalau tidak diperhatikan betul.
Sementara Putri Zhang Jiang Ying tidak mencoba menghambat selama Zhao Jinlong melakukan pemeriksaan hingga sampai di situ.
Karena tadi sebelum melakukan pemeriksaan, Zhao Jinlong memberitahukan bagian-bagian tubuh Putri Zhang Jiang Ying yang akan diperiksa.
Sedangkan Zhao Jinlong, berada cukup dekat dengan sang putri seperti ini, sebenarnya perasaan aneh dalam dirinya yang semenjak tadi muncul semakin menjadi-jadi.
Degup jantungnya sebenarnya berdetak begitu menggebu-gebu. Akan tetapi dia masih dapat mengendalikan diri dan perasaannya, sehingga sama sekali tak tampak dari luar. Zhao Jinlong masih bisa memperlihatkan ketenangan jiwanya.
Dia bisa menduga kalau perasaan aneh yang muncul saat berdekatan dengan Zhang Jiang Ying seperti ini adalah suatu perasaan seseorang terhadap saudara kandung.
Zhao Jinlong kini hampir yakin bahwa Putri Zhang Jiang Ying adalah saudara kandungnya. Tinggal memastikan dugaan itu dengan bertanya kepada Bibi Ningyan. Dia yakin pelayan berwajah cukup cantik itu mengetahui apa yang akan dia tanyakan.
Sementara Putri Zhang Jiang Ying juga merasakan suatu perasaan aneh saat berdekatan dengan Tabib Zhao ini. Perasaan aneh semacam apa, dia belum bisa mengetahui.
Sebenarnya pula jantungnya seakan ingin berdetak amat kencang bersama perasaan aneh itu muncul. Tapi karena jantungnya berdetak amat lemah, jadi tidak bisa ikut berpacu bersama gemuruh perasaan anehnya itu.
Tak lama kemudian, setelah memeriksa keadaan kulit kedua tangan dan kaki Putri Zhang Jiang Ying, Zhao Jinlong beralih memeriksa keadaan seputar wajah sang putri dingin.
Sama dengan keadaan tangan dan kaki, wajah Putri Zhang Jiang Ying juga amat putih pucat bagai kain kafan. Sedangkan kedua bibir gadis kecil itu berwarna ungu pudar. Tapi sisi pinggir bibirnya berwarna ungu gelap yang membentuk garis tipis.
Selanjutnya Zhao Jinlong memeriksa kedua mata Putri Zhang Jiang Ying. Ketika dia mendekatkan wajahnya ke depan wajah sang putri dingin, dia makin jelas melihat sisi pinggir kelopak mata sang putri juga berwarna aneh, sama dengan warna garis pinggir bibir gadis kecil itu.
Kornea mata Putri Zhang Jiang Ying berwarna putih aneh, bukan putih biasa. Saat lebih diteliti lagi putih mata itu tampak berwarna ungu samar-samar. Di pinggir iris matanya yang membentuk lingkaran garis tipis berwarna ungu pudar.
Sedangkan Putri Zhang Jiang Ying, berada amat dekat wajahnya dengan wajah Zhao Jinlong, perasaan aneh yang dirasakannya semakin menjadi-jadi. Tatapan bola matanya tak berkedip menatap wajah tampan di depannya.
Dan, entah apa yang tengah dipikirkan oleh gadis kecil itu, telapak tangan kanannya bergerak perlahan seakan tanpa sadar, terangkat naik hendak menyentuh wajah tampan yang masih tergolong imut di dekatnya itu.
Perbuatannya itu jelas dilihat oleh Yang Xiu Xiang dan tiga orang pelayan. Tapi Yang Xiu Xiang yang cepat bereaksi dengan berseru, menegur perbuatan Putri Zhang Jiang Ying itu.
"Ying Jie jie, apa yang hendak kamu lakukan?"
Namun Putri Zhang Jiang Ying bersikap seolah tidak mendengar teguran sahabatnya itu. Telapak tangan kanannya terus saja bergerak hendak menyentuh wajah Zhao Jinlong.
Akan tetapi belum juga telapak tangannya yang putih bagai kain kafan itu menyentuh pipi kiri Zhao Jinlong, telapak tangan kiri bocah sakti itu telah menangkap telapak tangan itu.
"Sudah selesai, Tuan Putri."
★☆★☆★