Siti tak bisa mencegah sahabatnya berbuat tak senonoh bersama kekasihnya di sebuah pemandian air panas Gunung Keramat.
Kejadian memalukan itu mengundang kemurkaan para penunggu gunung. Masyarakat setempat sejak dulu percaya ada sejenis siluman ular pertapa di tempat itu, yang mana jika menggeliat bangun longsor tercipta, jika membuka mulutnya maka mata air deras membuat banjir bandang melanda desa-desa di bawahnya.
Malam itu Siti yang nekad menyusul temannya ke pemandian air panas mengalami kerasukan. Rohnya ditukar oleh Siluman ular pertapa itu, Roh Siti ada di alam jin, dan tubuh Siti dalam kendali Saraswati Sang Siluman berkelana di alam manusia, berpura-pura menjadi mahasiswi pada umumnya.
Di alam manusia, Saras dikejar-kejar oleh Mekel dan Jordan, wakil presiden BEM dan Presiden BEM itu sendiri. Sedangkan di alam jin, Siti malah membuat seorang Pangeran harimau bernama Bhre Rakha jatuh hati.
Bhre Rakha mau membantu Siti mendapatkan kembali tubuhnya, asal mau menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Lions, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Gue Mens ?
Siti menampakkan wajah terkejut melihat sikap Rakha yang begitu marah, prajurit itu juga kaget, awal berangkat ia menduga bahwa Pangeran Rakha akan bahagia karena pekerjaan cepat selesai, gak taunya gebrak meja.
Rakha langsung menoleh melihat ekspresi ketakutan di wajah Siti yang ia cintai, "emmm… maksudnya, apa-apaan ? Kerja kok secepat itu ? Ngerjainnya nggak asal-asalan kan ? Aku kan maunya kurungan yang terbaik, yang kuat dan tak bisa dirusak lagi," katanya meralat.
Prajurit itu mengelus dada dan senang mendengar pertanyaan itu, "Empu Mangkusegoro yang baru pulang dari ekspedisi membawa pasukan jin perewangan sewu yang berhasil beliau bebaskan dari alam manusia, mereka mengerjakan semuanya secara cepat, orang 1000 candi saja bisa dibangun semalam, Bhre," jawabnya.
"Anjiir lah," batin Pangeran Rakha yang masih ingin berlama-lama dengan Siti.
"Baik, aku akan cek kerjaan Empu Mangkusegoro setelah sarapan," jawab Rakha sembari menghirup nafas dalam-dalam.
"Aku ikut ya, Bang," kata Siti semangat.
"Dibonceng naik kuda ya, aku butuh cepat soalnya," kata Rakha menaruh sendok baru ke mangkuk buburnya Siti.
"Iya," jawabnya.
'Ketoplak ketoplak ketoplak,' dengan kuda putih yang perkasa keduanya berboncengan menuju ke bukit. Sepanjang jalan Siti jaga jarak dengan Pangeran Rakha, tapi Rakha membelokkan kudanya melewati jalan yang tak biasa, yang terjal dan medannya sulit.
"Aduh Bang, napa nggak lewat jalan yang biasanya aja sih ? Ini jalan becek berbatu, gue takut jatoh," omel anak Jakarta ini.
"Bukan Abang yang mau lewat sini, kudanya sendiri yang belok ke sini," jawab Rakha.
'Hihihi,' kuda pun meringkik kena fitnah, padahal tadi taki kekangnya ditarik-tarik dipaksa belok.
Rakha menarik salah satu tangan Siti di pinggangnya, menyabukkan ke perutnya yang terlilit stagen, "pegangan yang erat," bisiknya.
'Plak,' Siti menepok punggung lebar itu, "bisa aja Abang nyari kesempatan."
"Apa salahnya sih ? Klo gak mau Abang turunin di sini nih, yang mau ikut kan kamu sendiri," kata Rakha.
Sebenarnya Siti suka, ia memang mencintai Rakha juga, tapi hatinya masih pasang tembok pemisah, ia kubur semua harapan cintanya untuk bersatu dengan Rakha, ia ingin kembali hidup normal.
Siti mulai memeluk punggung itu, menyandarkan kepalanya di sana, dadanya melekat rapat, Rakha juga menggenggam kedua tangan Siti di perutnya, "gue sayang sama elu, Bang, cuman kita nggak akan pernah bersatu, kita ditakdirkan berpisah."
"Aku tahu, apa salahnya kita habiskan waktu yang tersisa mesra-mesraan bersama begini ? Ya kan ?" jawab Rakha sembari melambatkan kudanya agar lebih lama dipeluk di jalan. Muehehe.
"Semakin deket kita, semakin sakit rasanya ntar pas pisah," ucap Siti.
Rakha menatap jalan setapak nun jauh di sana, "aku akan menanggung rasa sakit itu."
Sesampainya di atas bukit, Empu Mangkusegoro menyambut dengan senyuman, ia duduk-duduk nyantai minum kopi dan makan jemblem, sedang pasukan perewangannya bekerja keras di bawah sana. Pasukan perewangan itu terdiri dari jin rupa-rupa bentuk dan jenisnya. Rakha melongok ke bawah dari atas bukit, kini sudah 65% jadi.
"Empu, kenapa tidak bilang kalau kau menyuruh mereka ? Mereka statusnya masih ilegal di kerajaan ini, belum punya KTPJ (kartu tanda penduduk jin)," ucap Rakha protes kepada pria tua berjenggot putih itu.
"Maafkan saya, Pangeran," kata si Empu berdiri dari kursinya.
"Panggil saja aku Bhre, sekarang statusku penguasa daerah Jawa bagian Timur," kata Rakha.
"Bhre, saya baru membebaskan mereka sebulan yang lalu, saya latih di gunung Keramat, kerajaan mereka kalah perang dan mereka diperbudak bangsa manusia dulunya, ketika saya berkelana saya menemukan, saya membunuh dukun itu dan membawanya ke sini, saya jamin mereka pintar dan patuh, usia mereka sudah ribuan tahun, mereka sangat berharga," jawabnya menjelaskan.
"Tetap saja, aku tak yakin akan pekerjaan mereka, coba lihat saja kurungan ini.. kurang estetik, warnanya hitam seperti penjara, ular itu pasti akan bosan dan kabur lagi, cat dengan warna pink, warna perempuan, dan ubah bentuknya lebih kreatif, hiasi dengan bunga-bunga dari besi dan kaca," kata Rakha mengatur.
"Oh baiklah, Bhre, akan saya laksanakan, saya juga akan daftarkan mereka di kantor kependudukan segera setelah pekerjaan beres," jawab Empu Mangkusegoro angguk-angguk.
"Kurungan ini keliatannya kuat dari segi bahan, kok sebelumnya masih bisa dirusak ya, Empu ?" tanya Siti ikut nimbrung.
"Itu karena ada ritual yang dilakukan bangsa manusia yang membuat mantra kurungan ini hilang, ritual itu membutuhkan tetesan darah perawan tepat di bawah pancaran cahaya bulan sabit, karena letak kekuatan ini ada pada mantra kami, bukan hanya pada besinya," jawabnya.
"Temen saya ngelakuin 'itu' sama cowoknya di pemandian air panas Gunung Kramat, apa mungkin itu penyebabnya ?" tanya Siti lagi.
"Bisa jadi, kemaksiyatan yang manusia lakukan juga akan membuat jin bertambah kuat, kekuatan Saraswati ada pada kemarahan dan emosinya, semakin melihat keburukan, semakin berkobar-kobar kemarahannya, hingga pada batas tertentu emosinya meledak, menghancurkan penghalang apapun yang mengurungnya," jawab sang Empu mengelus-elus janggutnya sendiri.
"Siti, ayo pulang ! Semakin panas di sini, nanti kau gosong," ajak Rakha.
"He em," jawab Siti setuju, hari ini memang cerah setelah hujan semalam.
"Empu, saya pulang dulu," kata Pangeran Rakha pamitan, ia cium tangan pria tua itu. Memang kedudukan Rakha lebih tinggi, tapi ia menghormati orang tua.
"Kau tampak tidak senang, Bhre ? Ada apa sebenarnya ? Kalau kau mau aku bisa hentikan proyek pembangunan sangkar ini," bisik Empu Mangku di telinga anak raja jin ini.
"Bukannya aku tak suka, gadis manusia ini… dia sangat kucintai, Empu," bisik Rakha memelas menatap mata pria tua itu.
"Owalaaaah, tapi kau tahu kan resiko terparah jika Saraswati kelamaan di alam manusia ?" bisiknya.
"Iya," jawab Rakha.
Empu Mangku menepuk-nepuk punggung Rakha dan berbisik kembali, "kudengar gosip dari utusan kerajaan saat belanja bahan besi di Ibukota, Raja berniat menjodohkanmu dengan 2 anak Raja Jin lainnya, semoga mereka berdua bisa menggantikan gadis ini."
Rakha pucat mendengarnya. Bagaimana bisa berita sepenting ini tak ia dengar ? Tidak ada pasukan atau intel kerajaan yang mau kasih gosip ke telinganya selama ini.
Siti sudah menunggu di dekat kuda. Rakha pun berjalan mendekat, wajahnya benar-benar kusut sekarang. "Ada apa, Bang ?" tanya Siti.
"Gak papa," jawab Rakha mulai naik ke atas punggung hewan perkasa itu.
***
Malam pun tiba, di atas ranjangnya malam ini Siti kembali mengalami mimpi yang aneh, mimpi seperti hari kemarin dimana ia dalam posisi seakan-akan sudah menikah dengan seorang makhluk berbulu.
"Uuhhh honeymoon ? Babe !" ucap gadis itu ngelindur sambil belingsetan di atas ranjang.
Dalam mimpi Babe sudah ada di dermaga, "selamat berbulan madu, anak Babe, jaga stamina ye, brojoling cucu yang lucu buat Babe," pesannya.
"Lha ! Emang aye udah nikah Be ?" ucap Siti bingung.
"Ya udahlah, udah seminggu yang lalu, ntu lakik lu udah nunggu noh di atas kapal, jangan berantem ye sama die," ujar Babe.
Siti melihat senyuman Babe sangat aneh, ia jadi ragu ini benar-benar Babenya atau bukan. Dengan mengenakan dress putih dan topi bundar berhias bunga, Siti mulai naik ke kapal pesiar mewah itu.
"Gue udah nikah sama suami kaya ? Bulan madunye aje di kapal begini, kayak Titanic aje," gumam Siti mencari.
Para ABK (anak buah kapal) mengarahkan Siti ke kamarnya. Kapal mulai melaju, gadis itu melihat lumba-lumba berenang mengiring kapal itu, ia bergidik ngeri, dulu ia suka lumba-lumba, bahkan beli boneka dolphin, setelah tahu bahwa lumba-lumba adalah makhluk nafsuan ia tak begitu suka lagi.
Kini tibalah Siti di ruangan, pintunya bagus, saat kru kapal membukakan untuknya, seorang pria mengenakan kemeja putih dan celana kain hitam berdiri di sana memandangi lautan lewat jendela bundar.
"Abang suami saye ?" tanya Siti ragu-ragu.
"Kok masih nanyaeak sih, Sayang ? Taruh tasmu di kamar dan pergi mandi ya ! Setelah itu istirahatlah biar gak capek," jawab pria itu.
"Dari suaranya kayak kenal, tapi siapa ya ? Kok gue nggak inget klo udah nikah ? Main langsung honeymoon aja kayak filem," batin Siti.
Meski merasa aneh Siti menurut saja, ia taruh tasnya di kamar. Ruangan di kapal ini luas sekali dan mewah bak kamar hotel. Kasurnya saja empuk dan bersih. Di setiap meja terhidang makanan enak. Siti mencomot donat dan membawanya ke kamar mandi. Ia berendam di bathub sambil makan donat.
Tiba-tiba pria yang wajahnya bersinar hingga tak dikenali itu masuk hanya mengenakan handuk kimono. "Aaahhh ! Gue belom selesai mandinya," jerit Siti kaget.
Saat handuk kimono dibuka, bulu belang yang tampak. Siti langsung ingat mimpinya kemarin, "ini… orang ini… aaaahhh !"
Pria berbulu itu nyebur masuk ke bathub juga, donat yang tinggal segigit pun terlempar. Pria itu sangat memaksa, brutal sekali, Siti tak pandai melawan. Tanpa pemanasan langsung tancap gas. Andai ini mobil bakal cepet modyar kalau diginiiin.
"Aawwwww Aaah aaaaaahhhhh !!!"
Lagi-lagi mahasiswi yang terjebak di alam jin ini terbangun histeris. Suara kokok ayam jago terdengar tak lama kemudian. Keringat deras mengucur.
"Mimpi kayak gitu lagi, hosh hosh hosh hosh," gumamnya.
Saat hendak turun dari ranjang, Siti merasakan sesuatu mengalir di pahanya. Ia menaikkan jariknya lagi dan mengecek. 'Deg !' Warnanya merah.
"Darah ?! Gue mens ?" gumam gadis itu menonton jari-jemarinya sendiri yang baru mengusap bagian privatenya.
***
Sementara itu subuh-subuh sekali hp Saras berdering nyaring, "halo ?" jawabnya setengah ngantuk.
"Sayang, kamu bawa mobilku ?" tanya Jordan di seberang sana.
"Katanya mobil udah dikasihkan ke aku," jawab Saras.
"Iya, Sayang, tapi ya… harusnya izin dulu kalau mau pake, biar aku nggak khawatir ya. Nanti aku ke sana, kepalaku sakit banget, rahang nyeri, aku nggak sadar apa aja yang terjadi semalem, aku mabok berat," katanya di seberang telepon.
"Makanya jangan minum arak, bodoh !" ucap Saras sebelum menutup telponnya.
Yuli terbangun mendengar makian itu, kemudian ia melihat Saras turun dari kasurnya melewati tangga ranjang susun ini. "Mau mandi, Sit ?" tanyanya.
"Iya," jawab Saras mengambil handuk dan gayungnya.
Yuli ingat betapa anehnya Siti yang bisa melayang semalam. Ia langsung melek meski badannya hanya bisa beristirahat 2 jam saja. Yuli ikut ambil gayung dan handuk kemudian berjalan ke kamar mandi. Anak kost memang harus mandi subuh-subuh begini menghindari antre, memang dinginnya luar binasa di jam segitu, abis mandi langsung oles minyak kayu putih ke perut biar nggak masuk angin.
'Byur byur byur byur,' suara Saras mandi di sebelah terdengar.
Yuli yang sudah curiga jika temannya menyembunyikan sesuatu darinya mencoba mengintip dengan menaiki bak cuci baju. Bagian tembok pemisah antar kamar mandi atasnya memang bolong gitu buat cantolan baju.
"Siti… apa benar kamu Siti ? Atau kamu dedemit air panas yang nyamar jadi temenku selama ini ?" batin Yuli.
Saat diintip, tampak di sana Saras sedang ganti baju. Yuli pandangi kakinya, masih napak di ubin, ia pun merunduk lagi dan berpikir, "biasa aja tuh."
'Gubrak !' Sial, bak cuci baju yang Yuli naiki jebol.
"Eh ! Yuli ! Kamu kenapa itu ?" pekik Saras di sebelah.
"Aduuuh, gak papa, Sit, duduk-duduk aja di bak cuci baju, eh baknya gampang rusak," jawab Yuli bangun susah payah.
"Lagian kamu ini, udah gedhe masih dudukin bak cuci baju," komentar Saras sebelum keluar dari kamar mandi.
Pagi ini Jordan benar-benar datang menjemput naik ojek, salah satu pipinya memerah agak bengkak karena kena gaplok semalam. "Hai Sayang, eh lucu nggak sih, kata anak-anak semalem kamu nampar aku, haha," kata Presiden BEM ini.
"Hehe, kamu percaya ?" tanya balik Saras sebelum menyerahkan kunci mobil.
"Ya enggak lah, nggak mungkin ayangku bebebku yang cantik ini tega kayak gitu, iya kan ?" jawab Jordan sembari mentoel-toel dagu Saras.
Saras mengusap dagunya ill feel, "mungkin aja kalau kamu mabok lagi kapan-kapan," jawabnya.
Yuli dan Saras pun masuk ke dalam mobil. Kemudian Jordan melaju ke area kost-kost san laki-laki. "Kita mau kemana, Jor ?" tanya Yuli.
"Jemput Mekel dulu, kasian mobilnya masih di bengkel," jawab Jordan.
Saras terdiam mendengarnya. Sesampainya di kosan laki-laki tempat Mekel tinggal, Saras tak bisa untuk tidak mengingat isi surat yang ia baca semalam, andai tak ia pungud surat itu, mungkin selamanya ia tak akan tahu ada lelaki yang begitu tulus mencintainya.
Mekel pun naik di kursi penumpang depan, "hei Preeen makasih ya," sapanya.
Saras yang duduk di kursi penumpang belakang beradu tatap sejenak dengan lelaki berkemeja kotak-kotak itu. Senyum pagi di wajah Mekel pudar.
"Ayo masuk, Pren," ajak Jordan.
"Iya," jawab Mekel duduk dan memalingkan pandangan ke jendela, menyembunyikan wajah sakit hatinya, wajah kekecewaannya.
Saras memperhatikan terus wajah itu dari samping, "ternyata dia setampan itu, kenapa baru kusadari sekarang ? Wajahnya manis sekali," batinnya.
Semua berubah sejak Saras membaca surat cinta Mekel. Dulu ia melihat Mekel biasa saja dan rada aneh, sekarang menjadi begitu indah spesial bak indomie goreng pake telor ceplok tambah keju leleh. Di dunia ini ada yang jauh lebih dahsyat membuat jatuh cinta daripada mantra, namanya surat cinta.
Jordan menurunkan Saras dan Yuli di Fakultas IPS kemudian melanjutkan ke Fakultas IPA bersama Mekel, "nanti aku jemput, Sayang, I LOVE YOU, muah muaah," cium jauh lebay si Jordan dari kaca mobil.
Saras diam saja tak menjawabnya, malah cemberut karena ia tahu Mekel pasti sangat menderita jika ia dan Jordan tampak terlalu mesra.
"Mekel ngamuk parah sama kamu, Sit," ucap Yuli yang juga memperhatikan wajah Mekel.
"Sudah pasti," jawab Saras sedih.
Di kelas teman-teman Jordan dan Mekel heboh, "Jor, gua sama anak-anak tuh liat sendiri lu ditempeleng sama Siti, sampe melayang nabrak lampu sampe pecah, gilak tuh cewek, putusin aja !" ujar Hadi kesal.
"Gaes, Siti tuh perempuan kalem, mana mungkin bisa kayak gitu, ngarang kalian," kata Jordan tak percaya.
"Ya ampun Jooor Jor, lu kenapa jadi bego begini sih ? Dikasih makan apa aja sama Siti ? Banyak saksinya, itu cewek pasti alumni pemain WWE Smackdown, Jor, gue yakin itu, klo gak percaya kita periksa CCTV club semalam," ujar Hadi terus meyakinkan.
sama jin mau... sama nonis mau... udah lah .. Siti nggak ngasih kesempatan buat ku ngejelasin. dah ... pulang lah... dari pada sakit hati... orang yang kamu anggap teman juga nikung tuh...
si bunga kampus kan suka sama Jordan, kenapa nggak diungkap kebenarannya ya... aneh...
dgn berkbeka jualan mas dari raka kan lumayan tuh smpe anak siti mgkin 3th apa 5 th gtu
aku ikut bersedih atas Mekel...
biar pun nggak bisa ngelawan ortu tapi tetep Mekel yang terbaik...
Siti Nggak jujur, suatu saat pasti ketahuan juga kalo itu bukan anak Jordan.
emang ortu Jordan ngijinin Jordan log in ya... sanksi gw...
btw kak apa nanti anaknya berwujud atau gaib ya?