Judul buku "Menikahi Calon Suami Kakakku".
Nesya dipaksa menjadi pengantin pengganti bagi sang kakak yang diam-diam telah mengandung benih dari pria lain. Demi menjaga nama baik keluarganya, Nesya bersedia mengalah.
Namun ternyata kehamilan sang kakak, Narra, ada campur tangan dari calon suaminya sendiri, Evan, berdasarkan dendam pribadi terhadap Narra.
Selain berhasil merancang kehamilan Narra dengan pria lain, Evan kini mengatur rencana untuk merusak hidup Nesya setelah resmi menikahinya.
Kesalahan apa yang pernah Narra lakukan kepada Evan?
Bagaimanakah nasib Nesya nantinya?
Baca terus sampai habis ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tanpa terasa, Nesya dan Farrel masih berbincang hingga menjelang waktu makan malam. Mendapatkan tanggapan baik dari Nesya membuat Farrel betah berlama-lama berada disana, malah semakin semangat saja.
“Kak Farrel, bisa kah menolongku agar bisa keluar dari sini?” Pinta Nesya, setelah memikirkannya sejak tadi.
“Maksudmu keluar dari menara itu?” Tanya Farrel namun Nesya segera menggeleng.
“Tidak, keluar dari villa ini. Aku harus segera pergi, karena..” Ucapan Nesya menggantung namun Farrel paham apa yang sedang ingin dia bicarakan.
“Karena Narra yang seharusnya berada di posisimu, bukan?” Potong Farrel.
Nesya terkejut karena Farrel mengetahui hal itu. “Apakah kakak juga sudah tahu bahwa aku bukanlah Kak Narra?”
Farrel pun tersenyum lantas menganggukkan kepalanya. “Kamu pasti ingin mengetahui tentang apa alasan Evan sampai berniat menikahi mantan kekasih kakaknya yang baru saja meninggal dunia. Kedua orang tuanya yang tak setuju pun harus di tentang olehnya.”
Nesya terdiam sekaligus terkejut. “Kak Narra adalah mantan kekasih dari kakaknya Evan? Aku baru mengetahuinya, Kak Narra tidak pernah bercerita. Maksudku aku dan ibu mengira kalau Evan adalah lelaki yang sama dengan kekasih Kak Narra yang dulu.”
Kali ini Farrel lah yang terkejut sampai mulutnya terbuka. “Erwin meninggal sejak sepuluh bulan yang lalu, dia meninggal dalam keadaan yang tidak wajar dan ketika itu Narra bersamanya.”
Dari penjelasan Farrel itu Nesya sudah bisa menangkap bahwa kakaknya telah di curigai. “Kakakku tidak mungkin membunnuhh kekasihnya,” sanggah Nesya membela sang kakak.
“Tapi dia tega menukarmu di hari pernikahan demi menutupi kehamilannya,” sahut Farrel dengan cepat.
Nesya menunduk sejenak, menatap ke arah jari-jari tangannya yang saling bertaut. Raut wajahnya terlihat jelas ada guratan kecewa terhadap kakaknya, terlebih lagi apa yang telah Evan lakukan pada dirinya membuat Nesya merasakan kesedihan yang berlipat ganda.
“Aku hanya ingin pergi dari sini,” cicit Nesya dengan nada pelan.
“Aku mengerti inginmu, tapi Nesya, kamu adalah istri sah dari Evan. Dan sebenarnya bukan rencana Evan juga untuk menikahimu, ini murni karena rencana Narra sendiri dan meskipun mengaku pada Evan di hari itu, maka pernikahan tetap akan di laksanakan demi nama baik keluarga tapi yang jelas Evan tidak akan mau menikahi Narra dalam keadaan hamil anak orang lain,” jawab Farrel, meskipun ada rasa tak rela melihat Nesya jatuh ke tangan orang lain bukannya dirinya.
Nesya ingat sesuatu, tentang perkataan Evan yang memang menyebutkan namanya di hari pernikahan kala itu.
“Aku ingin tahu kenapa Evan bisa menyebut namaku ketika mengucap janji pernikahan, bukannya seharusnya nama Kak Narra?”
Sambil tersenyum tegar, Farrel pun menjawab. “Evan telah mengetahui semuanya, mulai dari aktivitas Narra hingga kehamilannya. Bahkan Evan juga tahu siapa ayah dari janin yang ada di perut Narra.”
Nesya memekik pelan tak menyangka akan hal itu, mendadak dia merasa prihatin pada Evan. “Pantas saja dia begitu membenci keluargaku, siapapun pasti akan kecewa pada apa yang sudah Kak Narra lakukan. Berkhianat dengan lelaki lain di saat seseorang sudah melamarnya.”
“Satu hal yang ingin aku beritahu padamu, bahwa Evan sama sekali tidak mencintai Narra. Dia hanya mendekati Narra demi mencari tahu siapa pelaku di balik kematian Erwin,” terang Farrel lagi.
“Apakah dia di bunnuhh?” Nesya bertanya dengan nada bergetar, melihat adegan pembunuhan di film saja sudah membuatnya merinding apalagi jika itu benar terjadi di dunia nyata.
Dengan nada sedih Farrel mengiyakan pertanyaan Nesya. “Dia di bunnuhh secara brutal, dan ketika tubuhnya di temukan, saat itu Narra berada di sampingnya dalam keadaan pingsan. Pihak kepolisian sudah melakukan interogasi, tapi Narra mengaku tak ingat apapun. Evan yang terus mencurigai Narra lalu membuat keputusan untuk mendekatinya namun karena sibuk bekerja Evan tak punya banyak waktu untuk membuat Narra mengaku, sehingga menikahinya adalah satu-satunya cara yang tepat.”
Mendengar keterangan dari Farrel itu Nesya menjadi tegang dan bertanya-tanya di dalam hati apakah kakaknya sungguh terlibat dalam kematian Erwin? Namun tetap saja, dirinya tidak seharusnya berada diposisi dan diperlakukan seperti itu oleh Evan.
Tiba-tiba saja Nesya menyentuh tangan Farrel yang berada di atas meja. “Kak, tolong bantu aku pergi dari sini. Pernikahan ini tidak benar, aku tidak ada hubungan apapun dengan apa yang Kak Narra perbuat, itu pun jika memang benar dia berbuat hal yang mengerikan seperti itu. Jika aku pulang mungkin aku bisa menanyai Kak Narra dan kalian bisa mendapatkan informasi yang kalian cari selama ini.”
Di sentuh tangannya oleh sang gadis pujaan seperti itu tentu saja Farrel jadi berdebar-debar, akan tetapi kenyataannya sangat sulit untuk mengabulkan permintaan dari Nesya tersebut.
“Untuk membuatmu keluar dari villa ini, maaf aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab saat ini kamu adalah istri Evan yang sah, Nesya.”
“Kalau begitu bantu aku agar dia mau menceraikan aku, Kak!” Nesya nampak putus asa sampai mendesak Farrel.
Farrel yang melihat wajah frustasi Nesya pun menjadi prihatin. “A–aku akan coba, tetapi semua itu tergantung keinginan Evan sendiri. Sekarang sebaiknya kamu kembali ke dalam menara, karena waktu makan malam sudah tiba dan aku harus kembali mengunci pintunya,” ucap Farrel dengan perasaan tak enak.
Nesya langsung lemas, dan kembali merasa putus asa. “Tidak usah mengantarkanku, aku bisa sendiri. Tak perlu juga mengunci pintunya, aku tak akan kemana-mana karena percuma saja aku berusaha pergi dari sini.”
Setelah berkata seperti itu Nesya pun beranjak dari tempat duduknya, membuat Farrel terpaku menatap punggungnya yang semakin menjauh berjalan seorang diri ke arah pintu menara.
“Maafkan aku, Nesya,” gumam Farrel yang sedih karena tak bisa mengabulkan permintaan dari gadis pujaannya tersebut.
Setelah memastikan gadis itu benar-benar masuk ke dalam menara tersebut barulah Farrel bergerak untuk kembali ke dalam villa. Karena dirinya habis menemui Nesya yang tinggal di menara bagian belakang villa itu, Farrel pun harus masuk dengan melewati area dapur.
Di saat yang bersamaan Evan juga baru tiba untuk melaksanakan makan malam di ruang makan sehingga keduanya pun saling bertemu, namun Farrel tak berniat untuk makan malam disana sehingga dirinya langsung berpamitan dengan Evan.
Akan tetapi ketika tubuh keduanya akan berpapasan, ucapan yang di lontarkan oleh Evan membuat Farrel menghentikan langkahnya.
“Apa kah kamu menyukainya?”
Farrel terkejut namun hanya sebentar, tadi di saat dia menemui Nesya, Farrel yakin kalau Evan pasti mengawasi dirinya. “Dia tidak ada hubungannya dengan kematian Kak Erwin, dia juga tidak bersalah sampai harus menjadi istrimu.”
Evan menggaruk hidung mancungnya dengan ibu jari tangannya, sedikit tersenyum miring menanggapi jawaban Farrel. “Jawabanmu melenceng dari pertanyaanku, aku ulangi, apakah kamu menyukai istriku?” Dia menekankan kata istriku, dan saat berbicara ia juga tidak melihat kearah Farrel.
Farrel menggerakkan lehernya kearah Evan lalu menjawab dengan pertanyaan. “Lalu kenapa jika aku memang menyukainya? Aku sudah mengenalnya jauh sebelum kamu menikahinya.”
“Cih, lalu kenapa sebelum pernikahan itu terjadi kamu tak berusaha mencegahnya?” Nada bicara Evan sudah mulai ngegas dan Farrel menyadari itu.
Sambil menurunkan egonya, Farrel pun berusaha memperbaiki suasana. “Aku tak akan pernah menyukai istri orang lain, apalagi jika itu adalah istrimu. Tetapi yang harus kita lihat adalah bahwa Nesya tidak ada hubungannya dengan Narra dan kematian Kak Erwin. Menurutku sebaiknya lepaskan saja dia, Evan.”
Evan terkekeh lantas bergerak mendekati Farrel, dia angkat kedua tangannya untuk membenarkan kerah kemeja Farrel yang miring. “Meskipun aku melepaskannya, apakah kamu bersedia menerima bekasku?”
Evan mendekatkan wajahnya ke telinga Farrel lalu berbisik. “Asal kamu tahu, aku sudah menidurinya.”
Setelah berkata seperti itu Evan mundur beberapa langkah menatap ekspresi wajah Farrel yang terlihat tegang, kemudian sambil tersenyum penuh kemenangan Evan melanjutkan tujuannya pergi ke ruang makan.
Sedangkan Farrel mengepalkan kedua tangannya saat harus mendengar sendiri apa yang sudah dia duga, bahwa Evan telah memiliki Nesya seutuhnya. Kecewa, dia pun melangkah ke arah yang berbeda dengan Evan untuk pergi dari villa tersebut agar bisa menenangkan dirinya.