Samudra ErRainly Rahardian Wijaya.
Pria berusia 25 tahun yang terpaksa menikahi calon istri dari pria yang ia tabrak tanpa sengaja sampai harus meregang nyawa di rumah sakit.
Untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya dan menuruti permintaan terakhir Si korban Sam akhirnya mengadakan ijab kabul secara mendadak di hadapan korban sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Akankah si wanita mau menerima Sam sebagai suaminya untuk menggantikan kekasihnya yang telah tiada?
Dan apakah Sam juga mau mengorbankan hubungannya yang sudah terjalin selama 7 tahun demi pernikahan dadakan ini?
Bagaimana kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bee, juga!
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Seharian melewati hari bersama membuat Sam dan Biru akhirnya bisa lebih mengenal satu sama lain. Samudera memang termasuk orang yang ramah dan mudah bergaul tapi berbeda dengan Biru yang anak rumahan bahkan dalam sepuluh tahun terakhir ini ia hanya memiliki satu orang Sahabat selama ikut dengan keluarga Wildan.
Selesai belanja, makan siang dan membeli semua kebutuhan Biru akhirnya mereka pulang kembali ke apartemen. Samudra yang dibantu dua petugas langsung membawa barang-barangnya yang lumayan cukup banyak.
"Terimakasih, Pak" ucap Sam sopan sambil memberi sedikit tips untuk dua orang tersebut.
"Sama-sama, Tuan. Kami permisi"
Sam hanya mengangguk kan kepala lalu masuk dan menutup pintu. Ia berjalan menghampiri Biru yang sibuk menyusun semua keperluan yang tadi mereka beli, menyusun semua kebutuhan dapur di masing masing tempat yang tersedia.
"Masih ada yang kurang gak, Bee?" tanya Sam yang sedikit membuat Biru terkejut karna pria itu tiba tiba ada di belakangnya.
"Hah? Ah.. enggak, kok" jawabnya terbata karna kaget.
"Bilang ya kalo kurang, aku mau kamu nyaman selama ikut denganku disini"
Biru hanya tersenyum simpul lalu kembali melanjutkan pekerjaannya sedangkan Sam masuk kedalam kamarnya.
CEKLEK
Pewaris utama Rahardian itu membuka pintu kamarnya dengan pelan, meringsek naik keatas ranjang setelah merogoh ponsel dari saku celana.
Ia mengecek semua pesan yang masuk dan membacanya satu persatu. Ada chat dari orangtuanya, Appa, sepupu dan tentunya dari Alyssa juga.
Ada perasaan yang cukup mengganjal dalam hatinya, tujuh tahun bersama sesibuk apapun ia tak pernah sekalipun melewatkan satu hari tanpa memberi kabar tapi hari ini ia jelas-jelas sudah menahan diri untuk tidak melihat ponselnya saat pergi bersama Biru.
Tring.
[ Ku tunggu janjimu untuk datang kerumah malam ini ]
Sam tersenyum getir, ia meletakkan benda pipih itu ke atas nakas karna matanya tak lagi mampu untuk menahan kantuk, ditambah dengan rasa lelahnya juga karna hampir seharian berputar di dalam Mall.
.
.
Berbeda dengan Sam, Biru malah sedang duduk di meja makan sambil menikmati jus mangga dalam gelas panjang rasa dingin dan manis menjalar dari tenggorokan menuju perutnya yang sedikit lapar.
"Udah beres semua, padahal aku cuma tinggal sendiri tapi kenapa dia begitu banyak membeli stok makanan?" gumamnya merasa aneh.
Biru bangun dari duduk meletakan gelas kotornya di tempat cucian piring, ia yang melihat jam sudah hampir menunjukan pukul lima sore akhirnya memilih mandi lebih dulu.
Tiga puluh menit kemudian usai membersihkan diri Biru kembali ke dapur, ia akan beraksi dengan segala macam sayur dan lauk yang akan ia masak untuk makan malamnya bersama Samudera nanti.
Tangan mungilnya sungguh cekatan saat merajang bumbu, membersihkan ikan dan juga memotong sayur siapapun yang melihatnya tentu sudah bisa menebak jika gadis imut berkulit putih mulus itu sudah biasa melakukannya.
"Selesai, semoga dia suka dengan masakanku" ucap Biru dengan hati berdebar, ia mengecek kembali semua yang terhidang di atas meja makan.
Biru yang baru saja ingin menuangkan air putih ke gelas harus lagi dan lagi di kagetkan dengan kedatangan suaminya yang selalu tiba-tiba.
"Bee, kamu udah masak?" tanya Sam.
"Iya, kenapa?" Biru balik bertanya dengan kedua alis saling bertaut karna melihat Sam sudah sangat rapih.
"Aku mau pergi, aku lupa bilang sama kamu." ucap Sam merasa sangat bersalah.
"Oh, ya udah, gak apa-apa" sahutnya dengan senyum yang sedikit di paksakan.
"Tapi kamu udah masak banyak banget ini"
"Gak apa-apa, nanti besok bisa di angetin kok"
Sam memegang bahu istri sirinya itu penuh sesal karna ia benar-benar lupa mengatakan akan makan di luar malam ini.
"Kunci pintunya ya, kalau ada apa-apa cepat hubungi aku. Di ponsel barumu sudah ada nomerku, kan?" tanya Sam memastikan.
"Sudah, aku sudah simpan nomermu" jawab Biru dengan menundukkan wajahnya seperti biasa.
"Benarkah, kamu simpan nomerku dengan nama apa?" tanya Sam dengan tangan melipat di dada.
.
.
.
.
Bee, juga...
hmm, coba lanjutin dulu deh bacanya
mau sampai kapan tak jujur?
Air musuh bebuyutan Onty Ammera
Sam musuh bebuyutan Onty Cahaya
Gala musuh bebuyutan Sam
tp tetep sayang yg pasti