- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -
Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melakukan Langkah Baru
Ryan menetap di Singapura untuk mengembangkan perusahaan di sana. Berbagai macam urusan setelah melewati krisis telah dilakukan. Upaya melakukan perluasan perusahaan di negara lain sedang berjalan. Setiap ada kendala, Ryan selalu berhasil menyelesaikan.
Karyawan semakin bersemangat dengan adanya bos yang kompeten. Kinerja mereka meningkat dan memuaskan atasan. Lambat laun perusahaan luar negeri milik Ryan mulai berdiri di negara-negara lain. Perusahaan Ryan menjadi lebih terkenal dibandingkan sebelumnya.
...****************...
Aku fokus menyelesaikan kuliah. Tanpa aku sadari waktu berlalu begitu cepat. Aku telah sampai di penghujung akhir S1. Semua hasil kerja sampinganku telah berhasil. Aku berencana patungan dengan Fina untuk membayar hutang pada Ryan.
Efek hutang ini, jauh melampaui batas. Tak hanya membuatku bekerja lebih keras, tapi juga membuatku selalu teringat pada Ryan. Tenang saja sekarang hutang akan segera lunas. Aku masih bisa mulai melupakannya.
Sidang skripsi yang telah kulewati bersama teman baikku, Fina. Di luar ruangan yang penuh sambutan untuk kami yang sudah berhasil.
"Selamat buat kalian dah selesai, tinggal nunggu wisuda nih," kata teman lainnya.
Ucapan selamat silih berganti, aku dan Fina diam-diam keluar dari kerumunan.
"Kok tarik-tarik, ada apa?"
"Ayo bayar utang!"
"Weh, iya hampir lupa," kata Fina.
Kami mentransfer uang itu ke Ryan melalui nomor dananya. Sebelumnya aku sudah minta pada adikku. Tak lupa kami menambahkan catatan.
"Bayar utang buat operasi ayah Fina."
Selesai melakukan transaksi kami berdua langsung lega. Beban yang menghantui selama dua tahun ini akhirnya pergi.
"Ayo balik! Aku laper nih," ajak Fina.
Kami kembali ke kost dengan dua kebahagiaan. Salah satunya selesai sidang dan lainnya sudah lunasin hutang.
...****************...
Pesan yang dinanti setiap saat, muncul tanpa diduga. Ryan segera mengecek di ponselnya.
✉️
Adit: Cewek lo abis sidang.
Ryan: Thanks info. Nanti kabari lagi, kapan dia wisudanya?
Adit: Oke, Bro.
Meskipun Ryan sudah melepaskan selama dua tahun ini, tapi dia tak bisa berbohong masih menyimpan rasa di hati.
"Setidaknya jika aku tak bisa memilikiku. Kamu harus tetap baik-baik saja, Ria."
Dering ponsel membuyarkan lamunannya. Dia diminta untuk datang ke perusahaan. Lagi-lagi kesibukan seperti biasa yang harus dijalani.
...****************...
Tiba di perusahaan dengan tampilan menawan. Karyawan wanita yang melihat tak mampu mengalihkan pandangan. Siapa pula yang akan menolak sosok sepertinya?
Dua tahun lalu dia sudah menarik perhatian dan kini makin banyak lagi. Semua hal miliknya seolah diupgrade menjadi versi lebih tinggi dan lebih baik tentunya. Bisik-bisik wanita sekitar yang mengaguminya tak lepas dari pendengarannya.
"Bos kita masih muda, tapi kok kaya ga punya wanita di sampingnya," celetuk Bunga.
"Iya, ya. Apa jangan-jangan dia kasih kesempatan sama orang kecil kaya kita?" tebak Citra.
"Apa yang kalian bicarakan!" bentak seorang wanita dengan pangkat lebih tinggi.
"Maaf, Bu Nina," kata mereka dengan takut.
"Bagus kalau kalian mengerti. Kalian ga pantas dan ga punya kesempatan untuk jadi wanita bos," tegas Nina.
Kedua wanita yang bergosip itu mengangguk. Mereka tak berani pada Nina. Pasalnya Nina adalah orang yang dipilih oleh ayah Ryan sebagai sekretarisnya. Kemudian, Nina berlalu meninggalkan dua wanita itu.
"Ah, kita lupa ada Bu Nina disamping Bos. Mana bisa kita leluasa deketin, yang ada kita langsung diusir," kata Citra dengan kecewa.
"Kalau udah dapetin hati Bos, jangankan sekretaris bahkan kalau wakil perusahaan macem-macem bisa langsung ditendang dari sini," kata Bunga yang masih melihat celah.
"Lihat dirimu dulu sebelum deketin Bos," kata Citra memperingatkan.
"Apa aku ga cantik? Banyak cowok antri mau jadi pacarku lho Cit," kata Bunga dengan sombongnya.
"Cantik sih cantik, tapi hatimu itu terlalu licik. Cowok yang tebel dompetnya diterima. Terus kalau dah puas langsung putus," sindir Citra.
"Yah, itu buat pengalaman aja," kata Bunga membela diri.
"Daripada kamu ga pernah ada pacar sama sekali hahaha..." Bunga mengejek Citra.
"Justru yang bersih kaya aku yang bisa punya kesempatan sama Bos tau," kata Citra sambil tersenyum mengejek.
Bunga mengepalkan tangan ingin memukulnya, tapi Citra kabur lebih dulu. Mereka memang teman baik yang tak pernah bisa akur.
...****************...
Sarah, wanita pendendam masih merencanakan hal besar untukku dalam diam. Dia sudah mengetahui tentangku dan bersiap menyerang. Dia telah menunggu selama dua tahun ini hanya untuk melancarkan aksinya.
"Akhirnya ada moment yang pas untuk kasih hadiah ke kamu, Ria," kata Sarah dengan senyum jahat.
"Siapa suruh kamu jadi orang yang disukai Ryan. Kamu harus rasain pembalasanku. Kalau kamu sampai kenapa-napa pasti Ryan hancur banget hahaha."
Tawa jahat wanita yang ditakuti orang rumah. Di depannya ada pria yang berdiri tegap siap menjalankan tugasnya.
"Kamu!" kata Sarah sambil menunjuk wajah pria itu.
Pria yang menjadi bawahan langsung menjawab.
"Ada perintah apa Nona?" tanya Pasha.
"Ketika dia selesai wisuda kamu harus membereskannya. Jika dia pergi akan lebih baik lagi," perintah Sarah.
"Intinya kamu harus menghancurkannya," kata Sarah sambil melirik bawahannya.
"Pasha kalau kamu berhasil melakukannya, maka aku akan menepati janjiku untuk menyelamatkan adik kecilmu yang malang itu," kata Sarah sambil menepuk pundak Pasha.
"Harap Nona tidak ingkar," kata Pasha.
"Tenang saja selama kamu berhasil itu mudah dilakukan. Cepat kembali ke sana. Awasi dia dan ambil kesempatan."
"Baik Nona," kata Pasha menurut.
"Tapi, bolehkah saya menjenguk adikku dulu sebelum berangkat?" tanya Pasha.
"Baiklah. Lakukan apa yang kamu mau!" kata Sarah sambil mengibaskan tangan.
Setelah Pasha pergi, Sarah tertawa dengan penuh kemenangan. Padahal rencananya belum tentu berhasil. Berkat kepercayaan diri dan kemampuan Pasha pasti tidak akan meleset.
"Ryan nikmati saja hadiahnya," kata Sarah.
Sarah dapat membayangkan ekspresi putus asa Ryan. Itu adalah kepuasan yang didambakan setelah dicampakkan olehnya.
...****************...
Rumah sakit tempat adik Pasha dirawat.
Pasha memasuki ruangan. Di dalamnya ada seorang gadis cilik yang sedang bersandar di bantal sambil melihat ke luar jendela. Gadis kecil yang cantik mengenakan pakaian pasien. Dia terlihat menyedihkan dalam ruangan penuh bau obat.
"Lili, Kakak datang," kata Pasha dengan senyum lebar.
Gadis kecil itu menoleh dan terlihat ceria mengetahui kakaknya di sini. Apalagi kakaknya membawa seikat buket bunga dan sekeranjang buah-buahan segar.
"Lili, bagaimana keadaanmu?" tanya Pasha sambil meletakkan bawaannya.
"Aku lebih baik Kak," jawab gadis kecil itu.
"Baguslah kalau begitu. Kakak lega mendengarnya."
"Bagaimana dengan pekerjaan Kakak. Apa Kakak menemui kesulitan? Pasti iyakan biaya untuk berobat Lili sangat mahal," kata Lili dengan sedih.
"Tidak kok, Kakak baik-baik saja. Pekerjaan juga mudah dilakukan," hibur Pasha sambil mengelus kepala adiknya.
"Benarkah? Kakak tidak bohong?"
"Tentu saja. Mana mungkin Kakak membohongimu," kata Pasha dengan terpaksa.
Lili tersenyum dengan manis. Meskipun wajahnya pucat, tapi tak akan melunturkan kecantikan alaminya.
"Apa kamu mau makan itu?" tanya Pasha sambil menunjuk buah yang ada di kerang.
"Mau, kupasin Kak," pinta Lili dengan manja.
"Baiklah Kakak bantu mengupasnya," kata Pasha mengambil jeruk.
Kakak adik yang harmonis. Jeruk yang selesai dikupas Pasha, disuapkan pada mulut kecil Lili. Lili membuka mulut, menerimanya. Dia menikmati rasa manis jeruk itu dengan ekspresi bahagia.
"Segitunya cuma makan jeruk lho," kata Pasha heran dengan adiknya.
"Kak, hidup itu harus dinikmati kaya makanan," kata sang adik serius.
Mata mereka saling beradu pandang. Pasha merasa bersalah pada adiknya dan buru-buru mengalihkan pembicaraan.
"Habis ini Kakak mau berangkat kerja lagi. Kamu jangan nakal ya!" kata Pasha.
"Pergi lagi?" kata Lili dengan sedih.
Pasha mengangguk sambil mengelus kepala adiknya.
"Iya deh. Hati-hati ya Kak," pesan Lili.
"Iya, iya," jawab Pasha.