LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Pukul delapan pagi Rayna sudah sibuk mencari pakaian di dalam lemarinya. Mengingat bahwa Rion akan menemaninya hari ini, Rayna tak ingin tampil dengan piyama seperti sebelumnya. Entah sudah berapa pakaian yang ia coba dan berakhir menjadi tumpukan di atas kasur.
Hampir setengah pakaian dari dalam lemari ia keluarkan. Dengan pakaian sebanyak itu saja ia masih tak tahu ingin tampil seperti apa saat bertemu Rion.
Menghabiskan waktu setengah jam, Rayna memutuskan untuk menggunakan atasan tanpa lengan berwarna hijau tosca, ada pita kecil menghiasi di sisi kirinya kemudian memakai rok pendek berwarna merah muda. Rayna mengikat sebagian rambutnya di samping dan memasang pita kecil sebagai hiasan. Kemudian ia berjalan keluar kamar dan mengambil sepatu kets berwarna hijau tosca.
"Hallo cantik!" seru Rion saat baru saja tiba di depan rumah Rayna.
Rion tiba saat waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh. Maklum saja, Rion tak bisa berangkat terlalu pagi. Ia mengenakan celana panjang panjang berwarna krem dan atasan panjang berwarna navy.
"Kakinya yang luka mana?" tanya Rayna khawatir.
"Udah sembuh sayang," jawab Rion.
"Mau liat dulu!" paksa Rayna. Meski lukanya sudah seminggu yang lalu Rayna yakin jika masih berbekas.
Dengan terpaksa Rion menunjukkan luka lecet pada kaki kirinya yang memang masih berbekas.
"Kasian banget, pasti sakit." Rayna menatap Rion dengan wajah khawatir yang terlihat jelas.
"Enggak kok."
"Maaf ya gak bisa rawat kamu," sesal Rayna.
Jika saja jarak diantara keduanya berdekatan, mungkin saja semuanya akan terasa lebih mudah.
"Yang penting sekarang kita main." Rion mencubit pipi Rayna gemas.
"Mau main ke mana?" tanya Rayna. Jujur saja ia tak memiliki tujuan untuk saat ini. Semalam Rion berkata jika ia memiliki tempat yang bagus untuk mereka kunjungi.
"Aquarium mau?"
"Mau!" kedua bola matanya berbinar saat Rion mengatakannya. Sudah lama Rayna ingin pergi ke sana. Tapi tak pernah sekali pun ia sempat. Terlebih lagi, ia tak mau pergi sendiri.
Rion yang hendak memasangkan helm untuk Rayna menghentikan gerakannya. "Kenapa?" heran Rayna, kesal karena Rion membuang waktu.
"Pake jaket dulu ya!" suruh Rion.
"Biasanya juga kaya gini." Rayna merentangkan kedua tangannya, memperlihatkan penampilannya saat ini, kemudian memutarkan tubuhnya. Rok pendek yang dikenakan berayun mengikuti gerakan Rayna.
"Tempatnya lumayan jauh sayang," ujar Rion memberi pengertian. Ia menyingkirkan anak rambut yang mengenai sudut mata Rayna. Takut jika membuat Rayna kelilipan.
"Oke, tunggu ya!" Rayna kembali ke dalam rumahnya dengan langkah sedikit berlari.
Rion tak pernah melarang dan mengomentari cara berpakaian Rayna. Apa pun yang Rayna kenakan adalah gayanya, Rion hanya perlu membuat Rayna percaya diri dengan tampilannya. Ia percaya setiap orang memiliki selera berpakaian masing-masing. Dan yang terpenting adalah Rion menyukai cara Rayna berpenampilan.
Tak sampai lima menit Rion menunggu, Rayna keluar dari dalam rumahnya dengan jaket berwarna biru langit di tangan kanannya. Langkahnya sengaja ia percepat agar tak membuang waktu.
"Sini Ion yang pakein!" Rayna membalikkan tubuhnya, membuat Rion dengan mudah memakaikan jaketnya.
"Udah izin sama kak Raya kan?" Rayna mengangguk. "Sama ayah juga udah," ucapnya kemudian.
"Bagus." Rion mengusap puncak kepala Rayna pelan.
"Sayang, ada anak durhaka!" seru Rion dep depan sebuah aquarium besar. Berbagai jenis ikan berada dalam satu aquarium. Beberapa jenis ikan lainnya dipisah di area lain.
"Hah? Mana?" tanya Rayna dengan polosnya.
"Mereka!" tunjuk Rion pada ikan pari yang berada dalam aquarium.
"Katanya ikan pari itu sebenernya manusia, jadi dulu itu ada anak durhaka sama orang tuanya dan akhirnya dia dikutuk jadi ikan pari," ucap Rion berdongeng.
"Terus kamu percaya?"
"Enggak, cuma kasih tau aja."
"Kira-kira mereka punya keinginan buat pergi ke laut bebas gak ya?" Rayna menempelkan satu telapak tangannya pada kaca aquarium, memandang banyak ikan berenang di dalamnya. Seolah ia juga salah satu bagian dari mereka, pikirannya terlalu hanyut.
"Kenapa?" tanya Rion.
"Kalo liat mereka dikurung kaya gini ternyata kasian juga ya," ucapnya memberikan pendapat.
"Kenapa kasian?"
"Ya karena ini bukan dunia mereka," jawab Rayna.
"Ini tetep jadi dunia mereka loh." Rayna melihat Rion dengan raut wajah bingung.
"Karena mereka gak sendirian."
"Kalo sendirian gimana?"
"Dunia itu gak cuma sebatas habitat aja sayang, ada kalanya dunia itu berbentuk hal lain." Rion mendekat, merangkul pundak Rayna. "Contohnya kamu," lanjutnya lagi.
"Kenapa?" Rayna mengangkat wajahnya, memandang Rion.
"Rayna kan dunia buat Ion." Rayna tersenyum mendengarnya. Seperti sebuah lagu yang berjudul semua aku dirayakan yang dinyanyikan oleh Nadin.
Apa yang tidak akan Rion lakukan untuk Rayna? Mungkin beberapa hal tidak bisa Rion berikan, tapi Rayna sudah merasa cukup dengan segala hal tentang Rion saat ini.
"Kalo mereka sendirian di laut sama aja, mereka kesepian dan kehilangan dunianya."
"Tetep aja kasian," ucap Rayna tetap pada pendapatnya.
"Nanti ada show lumba-lumba, mau liat?" tak perlu bertanya dia kali. Sudah pasti Rayna menerimanya dengan semangat.
Zea dan Zio melompat dengan tinggi, keduanya saling melempar bola menggunakan ekornya. Mengikuti instruksi dari seorang pria yang merupakan pelatih dari hewan mamalia tersebut. Sorakan dari tribun terdengar sangat ramai, heboh saat kedua hewan itu melakukan pertunjukan.
Kedua matanya berbinar, terlihat sangat jelas jika Rayna begitu kagum dengan penampilan dua ekor lumba-lumba yang sedang ditampilkan. Berbeda dengan Rion yang justru memilih untuk memperhatikan Rayna dari samping. Seperti anak kecil yang mendapat kejutan dari orang tuanya, Rayna terus menatap kedua lumba-lumba tanpa mengalihkan sedikit pun pandangannya. Senyumnya tak pudar sejak pertunjukan awal dimulai. Bahkan sepertinya ia juga lupa jika Rion bersamanya.
Melihat Rayna dari jarak dekat membuat Rion merasa bersalah. Jika bukan Rion yang menjadi kekasihnya, mungkin Rayna akan merasa lebih bahagia.
Sadar akan kekasihnya yang sejak tadi diam saja, Rayna melirik Rion. Keduanya saling bertatapan sebentar. "kenapa sayang?" tanya Rayna membuat Rion tersadar.
"Kamu cantik banget."
Bukan balasan baik yang Rion dapatkan, Rayna malah mencubit pipi Rion dengan gemas hingga ia meringis. Tak seperti Rayna yang memiliki pipi berisi, Rion memiliki pipi yang lebih tirus.
"Kemana aja sayang? Baru sadar kalo aku cantik!" dengus Rayna.
Rion memanyunkan bibirnya, niatnya untuk bersikap romantis berakhir tak sesuai dengan rencananya. Akhirnya Rion memutuskan untuk melihat pertunjukkan sampai selesai.
Rayna berjalan dengan langkah tergesa setelah selesai melihat pertunjukkan lumba-lumba. Tak peduli jika Rion jauh di belakangnya.
"Rayna!" panggil Rion.
Bukannya menghentikan langkahnya, Rayna hanya menoleh sebentar dan mempercepat langkahnya. Ia berhenti tepat di depan toilet dan langsung saja masuk ke dalam.
Rion yang sadar jika Rayna memasuki toilet buru-buru menghentikan langkahnya, ia memilih untuk menunggu sedikit jauh dari toilet wanita. Takut jika orang lain merasa terganggu. Lagipula mengapa Rayna tidak berbicara langsung saja?.
Sementara itu di dalam salah satu bilik toilet Rayna bersandar di tembok, wajahnya ia tutup dengan kedua tangan.
"Ish Ion bikin malu aja!" gumam Rayna bermonolog. Sungguh, tatapan Rion saat di tempat pertunjukan tadi terlalu serius. Rayna tak bisa berpikir jernih saat Rion menatapnya seperti itu.
Kurang dari sepuluh menit Rion menunggu, ia melihat Rayna menghampirinya.
"Bilang aja kalo mau ke toilet sayang!" ledek Rion. Ia berpikir jika kekasihnya malu bilang ingin ke toilet.
"Iya, tadi buru-buru," jawab Rayna asal.
"Sini! Pitanya Ion benerin dulu." Rion membenarkan posisi pita kecil yang ada di kepala Rayna, membuatnya kembali ke posisi semula saat pertama Rayna memakainya.
"Makasi sayang!"
"Mau makan apa?" tanya Rion sambil merangkul Rayna dan berjalan keluar.
"Batagor boleh gak?" meski sempat terheran dengan permintaan Rayna, ia tetap mengangguk mengiyakan permintaan Rayna. "Boleh dong sayang."
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?