Terpaksa Kembali

Rindu terdiam cukup lama hanya untuk menjawab pertanyaan Leon. Baginya, apa yang tadi dilakukan oleh calon mertua dari Leon bukanlah hal besar yang patut dipermasalahkan. Apa lagi, untuk dibahas di depan Lea, sama sekali bukan hal yang baik.

“Nggak dari mana-mana kok, cuma cari angin aja!”

Wanita itu tidak mau menatap Leon dan malah sibuk membereskan makanan Lea. Dia benar-benar tidak nyaman satu ruangan bersama mantan atasannya itu.

Sementara itu, Leon malah berpikir kalau tadi Rindu bertemu dengan artis laki-laki yang akan mendonorkan sel dalam sumsum tulang belakangnya pada Lea. Pasti cari angin itu hanya alasan Rindu saja untuk bisa berduaan dengan Evans tanpa diganggu dirinya atau pun Lea.

“Oh, angin ribut!” sahut Leon yang sejak dulu memang suka sekali jahil dengan Rindu. Apa lagi kalau dapat tanggapan ketus bin jutek dari wanita idamannya itu.

Rindu langsung menoleh pada Leon dengan sorot mata kesal. Dia melotot pada laki-laki itu dan lupa kalau Milea sedang menonton perseteruan mereka.

“Apa tadi kamu bilang?” tanya Rindu tidak terima. Dia sudah menyingkap lengan pakaiannya dan bersiap untuk "duel" dengan ayah kandung putrinya itu.

Leon mengalihkan pandangan dari tatapan Rindu, dan beralih pada putrinya yang cantik.

“Nggak bilang apa-apa kok, iya kan, Lea?”

Leon tersenyum manis sembari mengusap wajah Lea, seakan-akan dia sedang mengabaikan Rindu saat ini.

Namun, sayangnya Lea malah tidak membelanya dan malah berkata, “Ayah jangan bohong! Jelas-jelas tadi Lea dengar kalau ayah ngomong angin ribut? Angin ribut itu angin kenceng kan, Ayah? Di rumah, aku selalu peluk Ibu kalau ada angin kenceng, kata Ibu, itu namanya angin kenceng. Ayah tadi bilang angin kenceng, kan? Jangan bohong sama Ibu, Ayah!”

Mata Rindu membulat sempurna begitu mendengar reaksi Lea. Namun, saat putrinya itu menatap dirinya, Rindu langsung tersenyum ramah dan menyembunyikan amarahnya di dalam hati.

‘Jadi dia ngajakin ribut? Udah tua juga masih aja kayak bocah. Dasar!’ batin Rindu.

Leon sendiri merasa malu karena mendapat nasihat yang cukup bijak dari putrinya.

**

**

Akhirnya Milea sudah diizinkan pulang. Leon dan Rindu sangat antusias membawa Lea ke apartemen karena bocah itu juga sudah bosan di rumah sakit.

Begitu sampai di apartemen milik Vallen, mereka disambut dengan dekorasi ruangan yang sangat cantik. Semua itu sudah disiapkan oleh Leon atas persetujuan sang kembaran tentunya.

“Wah, kamarnya Lea bagus banget, Ibu. Itu di sana jendela bisa lihat ke bawah ya?”

Milea tampak sangat antusias dan bahagia dengan kamar barunya di apartemen Vallen. Dia tidak menyangka kalau rumah tantenya itu berada di ketinggian seperti yang biasa ia lihat di TV.

“Lea suka rumah yang tinggi gini ya? Besok ayah belikan ya di Jakarta!” kata Leon dengan enteng.

“Nggak ah, Ayah. Rumah ini bagus, tapi Lea takut juga. Enak rumah biasa yang penting ada Ibu, kalau bisa ada Ayah juga,” balas Lea dengan sangat manis.

Leon dan Rindu saling bertatapan. Kalau Leon pasti mau-mau saja. Apalagi, dia memiliki perasaan juga pada Rindu.

Yang jadi pertanyaan, apakah Rindu bersedia mewujudkan keinginan Lea yang sederhana itu?

“Sayang, nggak boleh gitu. Ayah udah punya calon istri namanya Tante Wilona. Sebentar lagi ayah akan menikah sama Tante Wilona, jadi Ayah sama Ibu nggaj mungkin bisa tinggal bersama Lea, Sayang.”

Rindu sangat tahu kalau Leon sudah memiliki hati yang harus dijaga. Apa lagi, ibunya Wilona tidak menyukai Lea, besar kemungkinan keinginan Lea itu tidak akan pernah terwujud karena orang tua Wilona pasti tidak akan membiarkan Lea bersama mereka walau sebentar.

“Aku sama Wilona lagi pikir-pikir buat lanjutin hubungan kami! Orang tua dia udah mau mengakhiri pertunangan kami, dan sekarang tinggal tunggu Wilona aja!” sahut Leon.

Rindu membulatkan mata lebar-lebar saat mendengar pengakuan Leon. Bagaimana bisa hubungan itu akan diakhiri, sedangkan ibu Wilona sampai rela membayarnya agar menjauh dari Leon?

***