Rumah tangga yang hancur ibarat ranting yang patah.Takan bisa disambung kembali.
Begitupun hati seorang istri yang telah dipatahkan bahkan dihancurkan takan mudah untuk sembuh kembali.
Seorang istri dan seorang ibu akan tetap kokoh saat diuji dengan masalah ekonomi namun hatinya akan remuk dan hancur saat hati suaminya tak lagi untuknya..
apa yang tersisa?
rasa sakit, kekecewaan dan juga penyesalan.
Seperti halnya yang dialami oleh Arini dalam kisah yang berjudul " Ranting Patah "
Seperti apa kisahnya?
Akankan Arini bertahan dalam pernikahannya?
Baca selengkapnya!!!
Note: Dukung kisah ini dengan cara baca stiap bab dengan baik,like,komen, subscribe dan vote akan menjadi dukungan terbaik buat author.
Dilarang boom like ❌
lompat bab ❌
komentar kasar atau tidak sopan ❌
Terimakasih, sekecil apapun dukungan dari kalian sangat berati untuk author 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
" Astaga Bu, kenapa teriak-teriak ibu tau tidak aku sedang mencari,"
Arjun menjeda ucapannya saat melihat ibunya tengah berdiri didepan pintu kamarnya.
"Arini Jun Arini, Hanif,Dina ,Arini ngga ada Jun,mereka kabur!" ucap ibu Arjun dengan panik sembari menyodorkan secarik kertas yang ia temukan.
Flashback beberapa menit lalu.
" Tumben pagi-pagi sepi banget,mana Arini? biasanya menantuku itu sudah sibuk didapur pagi-pagi buta." gumam mertua Arini.
Wanita paruh baya itu terus mencari keberadaan menantunya,karna sama sekali tak ada tanda-tanda keberadaan Arini,wanita tua itu lantas berinisiatif mencari kekamarnya.Ia berfikir Arini marah dan mogok masak.
Tok tok
" Rin bangun,ibu lapar.Kamu itu harusnya peka dong dirumah ada tamu.Dia wanita hamil pagi-pagi buatin sarapan ke ,apa ke! Arini!"
Tok tok tok
Karna tak ada sahutan sama sekali,ibu Arjun lantas membuka pintu kamar.Ia semakin dibuat terkejut lantaran pintunya ternyata tidak terkunci.
Ceklek
" Arini, kosong,Arini pergi!"
Ibu Arjun masuk lagi kedalam karna berfikir Arini hanya sedang ada di kamar mandi.Namun saat ia membuka pintu kamar mandi Arini pun tak ada.
" Ya ampun, jangan-jangan ini anak beneran pergi!" gumam nya seorang diri.
Dugaan ibu Arjun lebih kuat saat ia menemukan secarik kertas yang tergeletak diatas meja rias.
" Arjun!"
Flashback off
" Bu,katakan ibu Nemu ini dimana Bu?" Cecar Arjun.
" Dimeja itu Jun! Ko kamu bisa gak tau si kalau istri kamu kabur? Memangnya semalam kamu gak liat dia Jun? Keterlaluan kamu!" Sungut ibu Arjun.
" Bu,mas ada apa ini? Siapa yang pergi?" indah yang baru bangun lantas gegas menghampiri ibu dan anak yang tengah ribut.
" Tuh,istri Arjun minggat! Gara-gara Kamu indah!"
Todong ibu Arjun.
" Ko gara-gara saya Bu!"
Indah berteriak merasa tak terima dituduh menjadi penyebab kepergian Arini dan anak-anaknya, meskipun pada kenyataannya memang dia penyebabnya.
" Sudah-sudah,tolong pergi dan biarkan saya sendiri!" Titah Arjun.
" Tapi mas!"
" Tolong indah!" teriak Arjun.
Indah pergi dengan mengentakan kakinya sementara ibunya Arjun hanya berlalu saja,kendati ia sangat ingin menyingkirkan Arini namun pada kenyataanya dia sedikit merasa bersalah.Walau bagaimanapun peselingkuhan Arjun tidak bisa dibenarkan,apa lagi sampai sudah diam-diam menikah.Sebagi sesama perempuan ibu Arjun merasa tak setuju dengan perilaku puteranya.
Sementara ditempat lain tiga orang yang tengah diributkan tengah asik sarapan.Bahkan mereka sembari bersenda gurau seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
" Allhmdulillah akhirnya kenyang juga bund,bunda tau ngga semalam adek lapar tapi adek lebih memilih tidur dibanding harus cari makan.Heheheeh."
Celoteh Dinda setelah menghabiskan satu porsi bubur ayam dan sate telor kesukaannya.
" Wah,Kaka juga dek tapi Kaka kasian sama bunda.Lagian kalau kita cari makan mau kemana udah malem.Kaka mah cuma mikir gimana kita tidur itu aja!" Sambung Hanif.
" Maaf ya nak,bunda terpaksa mengajak kalian hidup seperti ini.Ini hari Sabtu, kebetulan sekolah libur dan besok Minggu jadi kita ada waktu buat cari sekolah buat adek sama kaka.Maaf kalau sekolah kalian nanti tak seperti sekolah tempat kalian semula, bunda hanya bisa cari sekolah yang biayanya murah.Gak papa kan sayang?"
Greeeep
Dengan kompak kedua anak-anak Arini berhamburan kepelukan Arini.
Tak ada hal yang lebih mengharukan lagi selain melihat pemandangan itu.
" Assalamualaikum."
Terdengar suara salam dari luar,Arini gegas keluar dan melihat siapa yang berkunjung ditempat barunya.
" Wa'alaikumsalam,eh mba Tati! Maaf lagi sama anak-anak dibelakng,ada yang bisa dibantu mba?" tanya Arini saat melihat Tati yang sudah berdiri didepan pintu dengan dua keranjang besar berisi prabot rumah tangga.
"Em,begini Rin!"
Tati menggaruk tengkuknya yang tak gatal,Tati terlihat canggung.
" Iya mba kenapa?"
" Hem,maaf banget ya Rin sebelumnya mba minta maaf.Bukan maksud apa-apa, sebenarnya mba ngga enak tapi gimana ya,em begini."
Lagi-lagi Tati terlihat salah tingkah.
" Apa Mba,katakan saja.Jika memang itu penting!" Pungkas Arini pada akhirnya.
huuuft
" Rin,maaf ya ini Kamu jangan tersinggung loh ya! Mba mau menawarkan ini,ini bekas adik ipar mba dulu.Dia dulu ngontrak disini cuman ibu kandungnya meninggal jadi dia harus pulang ke kampungnya dia.Semua prabot ini milik dia,dia udah menyerahkan semua ini sama mba,jika ada yang butuh silahkan saja dipakai karana dia juga udah ada dikampung.Nah kebetulan,kamu kan baru pindah.Maaf ya,Kamu mau ngga pake ini? Ini masih baru ko rin,Kamu boleh pilih mana yang Kamu mau pake dan mana yang ngga."
Arini tersenyum saat mendengar dan melihat ketulusan Tati terhadapnya.
" Mba, terimakasih sekali.Saya memang butuh ini,semalam saya sempat berfikir ingin membeli semua alat ini.Tidak mungkin kan kalau harus beli setiap hari,saya terbiasa masak.Em,ini berapa uang harus saya bayar mba?"
Ucap Arini sembari melihat-lihat barang-barang yang Tati bawa.
Kompor, penggorengan,kuali tabung gas dan masih banyak lagi yang lain.Semua perabot rumah tangga, termasuk gelas dan piring.
" Masya Allah Rin,kalau kamu mau pake saja.Mba tidak minta kamu buat bayar,tapi mba minta kamu pakai kalu memang berkenan."
" Betul begitu mba? Ya Allah aku sangat bersyukur dipertemukan dengan orang-orang baik seperti mba."
Mata Arin berkaca-kaca saat mengatakan itu.
Sama halnya dengan mata seseorang terus meneteskan air matanya saat membaca kata demi kata yang ditulis oleh istri yang sudah pergi meninggalkannya.
" Bund,maaf jika ayah tidak mengerti perasaan dan rasa sakitmu.Ayah cinta dan sayang sama bunda tapi ayah juga tidak bisa kehilangan indah,apa lagi bayi yang dikandung indah adalah darah daging ayah sendri! Hanif Dinda,Diaman kalian nak! Kenapa tidak berpamitan dengan ayah!"
Tes tes tes
Air mata Arjun menetes deras tanpa dikomando,tanpa sepengatahuan Arjun seseorang menatap penuh amarah dari balik pintu.
" Begitu rupanya mas,kamu meratapi kepergian istri sialan kamu itu.Ck, percuma saja aku disini jika kamu masih saja memikirkan perempuan itu." Batin indah.
Kembali ke kontrakan Arini
" Jadi kamu mau rin pakai ini?"ucap Tati kembali memastikan.
" Iya mba,saya mau! Terimakasih ya mba."
" Iya Rin,jangan sungkan jika kaku butuh apa-apa.Anggap saja mba ini seperti mba kamu.oh ya setiap Jumat pemilik kontrakan ini datang berkunjung beliau selalu membagikan sembako buat semua penghuni disini,nah nanti sekaligus mba kenalin kamu sama beliau.Sekarang ayo mba bantu kamu bebenah,nanti kalau kurang apa kita cari kedepan.Didepan sana ada penjual kelontong,ya lumayan lengkap sih."
" Siapa bund?"
Terdengar suara Hanif dari dalam memanggil ibunya.
Bersambung....