Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.
Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10: Legenda Warengi Jati (1)
Hai guysss terimakasih banyak yang sudah mau membaca karya mimin yaa, pokonya kalian bestt!..Tanpa basa basi langsung aja yuk kita melanjutkan episode kemaren..
..
Happy Reading...🕵♂️📸
......**----------------**...
...
Malam itu, setelah interogasi yang berakhir dengan kematian Pak Darto secara misterius, kantor polisi berubah sunyi. Semua orang masih terdiam, sulit percaya apa yang baru saja terjadi. Kevin yang duduk lemah di kursinya, tiba-tiba mendengar suara lirih bukan dari dunia ini yang membisik ke telinganya
”Cari asalnya… cari dari awal… baru kau mengerti….”
Bayu melihat Kevin gelisah. “Lo kenapa lagi, Pin?”
Kevin hanya menatap kosong. “Bukan Cuma Darto yang harus kita bongkar… kita harus gali sejarah desa ini. Dari mana semua ini berawal.”
Pak Ustadz mengangguk pelan. “Benar. Semua musibah pasti ada asalnya. Kalau kita temukan akar masalahnya, menemukan asal sesembahan itu dan menghancurkan cincin sebelum generasi berikutnya dipilih.”
Malam itu, setelah kejadian di kantor polisi yang menewaskan Pak Darto secara misterius, rombongan besar berjalan menuju rumah panggung tua di ujung desa. Rumah itu beratap rumbia, berdinding kayu jati yang sudah menghitam dimakan usia. Lampu minyak bergoyang di teras, menebarkan cahaya temaram.
Di halaman depan, warga desa sudah berkumpul. Polisi berjaga di beberapa sisi, sebagian membawa senter dan senjata. Paranormal yang didatangkan polisi duduk bersila agak depan, wajahnya tenang tapi matanya penuh kewaspadaan. Semua menunggu, karena kabar menyebar cepat, malam ini Mbah Suto, sepuh desa, akan membuka rahasia lama yang selama ini tertutup.
Pak RT maju ke teras, lalu memberi salam.
“Assalamualaikum, Mbah. Nuwun sewu nggih, kulo nggowo tiyang kathah. Kulo nyuwun panjenengan saged critaaken bab leluhur desa puniki.”
Mbah Suto menoleh pelan, wajahnya keriput penuh garis usia. Suaranya serak, tapi tegas.
“Wa’alaikum salam. Monggo padha lungguh. Aku sampun ngerti maksudmu. Wis wayahe rahasia iki kawedar.”
Warga pun duduk bersila di halaman, polisi dan Billy bergabung di barisan depan, sementara Bayu dan Kevin duduk agak dekat ke Mbah Suto. Paranormal menutup mata sejenak, lalu membuka kembali, seakan ia juga merasakan aura kelam yang akan dipanggil lewat cerita ini.
Suasana hening, hanya suara jangkrik dari kebun dan sesekali anjing menggonggong di kejauhan.
Mbah Suto mulai berkisah dengan bahasa Jawa kromo alus, suaranya berat tapi jelas.
“Nak Bayu, Nak Kevin, lan kowe kabeh sing teka mriki… Desa Warengi Jati iki dudu desa anyar. Jaman mbiyen, nalika jaman Mataram isih jaya, papan iki dadi alas wingit, panggonan pepunden. Ing tengah alas ana sendhang lan watu gedhe, sing biyen kanggo sesaji. Sesajine… dudu kembang utawa sega tumpeng, nanging getih manungsa.”
Warga yang mendengar langsung bergidik.
Beberapa saling pandang dengan wajah pucat.
Billy bersuara lirih. “Mbah itu… beneran darah manusia?”
Mbah Suto mengangguk pelan.
“Nalika semana, ana panguwasa lokal sing ngawula marang sawijining makhluk. Wong desa nyebut ‘Butho Ulo’, nanging sejatine… iku dudu kewan biasa. Iku iblis ular, sing njaluk tumbal kanggo menehi kasekten lan kalanggengan marang sing nyembah.”
Pak Ustadz menunduk, membaca istighfar keras-keras.
“Naudzubillah… setan sudah mengikat desa ini sejak dulu.”
Beberapa warga ikut mengamini, tapi ada juga yang terlihat merinding ketakutan. Polisi makin siaga, meski cerita itu seperti dongeng, semua merasakan hawa dingin yang menyelusup ke halaman.
Mbah Suto melanjutkan lirih.
“Ketoke kutukan iku ora rampung. Wong-wong sing keturunan bendahara desa, saben telung generasi, kudu nerusake perjanjian. Yen ora, bakal ana pageblug, wong-wong padha mati ora karuan sebabe. Lan saiki… keturunan iku yaiku si Darto.”
Kevin merasakan hawa dingin merambat ke tubuhnya. Tangannya gemetar, lalu ia berkata pelan.
“Mbah… berarti semua korban… Nabila, Zikri, Bu Minah dan yang lainnya… itu tumbal untuk melanjutkan perjanjian kuno itu?”
Warga bergemuruh kecil, beberapa langsung berbisik-bisik menyebut nama korban, wajah mereka tegang.
Mbah Suto mengangguk lambat.
“Leres. Wong-wong sing tiwas kuwi mung dadi korban saka ikatan peteng. Nanging ora mung Darto sing salah. Ana sing luwih dhuwur, sing ngatur kabeh iki saka jaman mbiyen. Darto mung dadi wayang, nanging dalange isih ana.”
Paranormal yang sejak tadi diam, tiba-tiba membuka suara.
“Yang Mbah maksud… iblis ular itu masih bebas, ya?”
Mbah Suto menoleh padanya, tatapannya tajam.
“Leres. Lan lawang wis kabuka maneh. Sing isa nutup mung pusaka leluhur, keris sing biyen gawe nyegel Buto Ulo. Yen ora ditemokake… kabeh wong kene bisa dadi tumbal.”
Halaman seketika gempar. Warga saling pandang dengan mata penuh ketakutan, polisi berusaha menenangkan mereka, sementara Kevin menunduk, napasnya makin berat.
“Bay…” bisiknya pelan, “aku bisa lihat sesuatu… bayangan ular besar… dan sebuah batu tua dengan ukiran. Mungkin itu petunjuk ke pusaka yang dimaksud.”
Bayu langsung meraih bahu sahabatnya.
“Bertahan, Pin. Jangan biarin makhluk itu kuasai lo lagi.”
Mbah Suto menatap Kevin dengan mata sayu.
“Ati-ati, le. Yen kowe wis bisa ndelok, iku tandha roh Buto Ulo nyoba nyedhak karo awakmu. Nanging kowe uga sing bisa dadi pituduh kanggo ngakhiri iki kabeh.”
Angin malam berhembus kencang, membuat lampu minyak di teras bergoyang. Warga yang duduk di halaman semakin merapat, sebagian berbisik-bisik penuh cemas, sebagian menatap Mbah Suto dengan wajah menunggu.
Mbah Suto menarik napas panjang sebelum melanjutkan.
“Le… kowe kabeh kudu ngerti. Si Darto dudu wong sembarangan. Dheweke keturunan langsung saka garis bendahara desa sing sepisanan nggawe perjanjian karo Buto Ulo.”
Suasana halaman mendadak sunyi. Semua menahan napas.
“Mbiyen, nalika jaman penjajahan Belanda, bendahara desa sing jenenge Raden Wangsadipa iku wong sing sugih lan nduweni pengaruh. Nanging dheweke rakus. Nalika desa kekurangan pangan, dheweke nggoleki cara gawe tetep sugih lan kuwasa. Ing tengah alas wingit, dheweke nemokake watu sesaji lan nggawe perjanjian peteng karo Buto Ulo. Tumbal pisanan yaiku wong desane dhewe, sing digawa saben wulan purnama.”
Beberapa warga spontan menutup mulut, ngeri membayangkan leluhur mereka jadi korban.
Pak RT menghela napas berat. “Berarti… perjanjian itu turun-temurun?”
Mbah Suto mengangguk.
“Leres. Raden Wangsadipa ninggalake wasiat: saben telung generasi, salah siji keturunane kudu nerusake ikatan. Yen ora, desa iki bakal disapu pageblug. Wong mati keracunan banyu, gagal panen, nganti wabah penyakit. Lan nyatane… kabeh kuwi wis tau kelakon saben jaman.”
Seorang warga nyeletuk keras. “Aku isih kelingan crita simbahku, ana pageblug taun 70-an. Wong desa mati akeh, nganti kuburan penuh. Apa kuwi sebabe?”
Mbah Suto menatapnya dengan sorot tajam.
“Leres. Wektu kuwi keturunan sing kudu nerusake perjanjian ora gelem. Akhire Buto Ulo njaluk tumbal kanthi cara dewe. Desa kualat.”
Polisi yang duduk di pinggir ikut bergidik. Salah satu dari mereka berbisik, “Ini lebih gila dari semua kasus yang pernah saya tangani…”
Billy menoleh ke Kevin dan Bayu, suaranya pelan tapi gemetar.
“Bang Kevin… Bang Bayu… berarti dari dulu kita udah hidup di atas kutukan ya?”..
Dan begitulah cerita dari tetua desa yang menceritakan bahwa kutukan itu memang sudah turun temurun kalau ritual itu tidak di lanjuti atau berhenti dengan tiba tiba, bukan Cuma satu atau dua korban melainkan seluruh desa akan menjadi desa penuh mayat,..Karena perjanjian itu mencakup seluruh warga desa sebagai tumbalnya..
See you in the next episode...
......**--------------------**...
...
DISCLAMER❗️⚠️
Ko baca doang?, masa ga bantu support mimin? Kalo udah baca jangan lupa ya support mimin juga biar nanti mimin semangat bikin cerita lagi.☺️
Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Dan apabila jika ada kesalahan dalam pengetikan kata/typo saya mohon maaf, namanya juga kan manusia mimin juga manusia lohh, jadi mohon dimaklumi ya hehe..
Sekali lagi mimin mengucapkan mohon maaf jika per episode di dalam cerita yang mimin buat terlalu pendek soalnya mimin sengaja membagi agar BAB nya banyak, dan biar kaliannya juga greget hehehe.😜