NovelToon NovelToon
REINKARNASI BERANDALAN

REINKARNASI BERANDALAN

Status: tamat
Genre:Kebangkitan pecundang / Action / Time Travel / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:248
Nilai: 5
Nama Author: andremnm

Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19. ancaman dihutan..

Di balik formasi bebatuan besar, tersembunyi jauh di dalam hutan lebat, Maya dan Dion berusaha menciptakan persembunyian yang aman untuk Arya. Hawa dingin malam menusuk tulang, tetapi demam tinggi yang melanda Arya membuat tubuhnya berkeringat deras. Ia terbaring tak sadarkan diri, luka tembaknya memburuk dengan cepat.

Maya: (Berbisik) "Demamnya tidak turun. Aku sudah memberinya semua obat pereda nyeri dan antibiotik yang tersisa. Kita harus menghentikan pendarahan internalnya."

Dion: (Menggigil, trauma penyiksaan masih melekat) "Aku... aku tidak tahu apa-apa tentang medis, Maya. Kita harus segera mencari pertolongan. Tidak ada waktu dua jam."

Maya: "Jika kita bergerak sekarang, kita akan mati. Arya bilang, Komandan Jaya akan mencari kita di sekitar sini. Kita harus bertahan di sini sampai subuh. Kita hanya punya sisa alkohol medis dan tekad."

Maya mengambil sisa alkohol medis. Ia tahu betapa menyakitkannya ini, tetapi ia harus membersihkan luka Arya sekali lagi.

Maya: (Berbisik kepada Arya yang tidak sadarkan diri) "Maafkan aku, Arya. Ini untuk masa depan kita."

Ia menuangkan alkohol ke luka tembak Arya. Arya mengeluarkan suara erangan rendah yang mengerikan, meskipun ia tidak sadar.

Dion: (Menarik napas dalam-dalam) "Dia masih hidup. Itu pertanda baik, kan?"

Maya: "Itu berarti dia masih bertarung. Kita harus menjaga api tetap kecil. Hanya cukup untuk merebus sedikit air. Aku akan mencari tanaman obat yang kulihat di hutan tadi."

Dion: "Tidak, Maya. Kau tidak bisa meninggalkanku sendirian. Aku tidak bisa menjaga Arya dan aku tidak bisa bertarung."

Maya: (Menatap Dion dengan empati) "Dion, dengarkan aku. Kau harus tenang. Trauma yang kau alami itu nyata, tetapi kau harus melawannya. Kau adalah jenius teknologi, kau tahu cara kerja radio. Komandan Jaya menyiksamu, tapi dia tidak mengambil otakmu. Kita butuh keahlianmu."

Dion: (Menggenggam erat sebatang kayu) "Keahlian apa? Kita di tengah hutan! Tidak ada WiFi! Tidak ada sinyal!"

Maya: "Justru itu. Komandan Jaya pasti mengirim tim pencari khusus dengan peralatan canggih. Kita harus mencari cara untuk menghilangkan jejak energi kita."

Maya menunjuk ke senter kecil yang mereka gunakan.

Maya: "Senter itu menghasilkan gelombang radio kecil. Naga Hitam punya alat deteksi gelombang radio bahkan di hutan ini. Kita harus menonaktifkan senter ini, atau lebih baik, kita ubah fungsinya."

Dion, meskipun ragu, mulai tertarik pada tantangan teknis itu.

Dion: "Mengubah fungsi? Bagaimana?"

Maya: "Bisakah kau mengubah senter ini menjadi perangkat pengacak sinyal frekuensi rendah? Sesuatu yang akan membuat peralatan pencari mereka buta dalam jarak 50 meter dari kita?"

Dion terdiam. Ia mulai mengamati senter itu. Matanya, meskipun lelah dan bengkak, menunjukkan kilasan kecerdasan yang selama ini dikagumi Arya.

Dion: "Senter ini punya baterai yang lumayan kuat... Jika aku mengeluarkan lampu dan membalik polaritas, lalu menghubungkannya dengan kawat kecil di sekitarnya... Aku bisa menciptakan medan elektromagnetik kecil yang mengganggu frekuensi gelombang pendek mereka. Tapi itu akan menghabiskan baterai dalam dua jam."

Maya: "Dua jam sudah cukup. Kita harus bergerak dalam dua jam. Lakukan, Dion. Itu adalah tugasmu. Aku akan mencari tanaman obat. Kita tidak boleh membuat api lagi."

Maya menyerahkan pisau kecil ke Dion. Maya: "Lindungi dia. Aku akan segera kembali."

Maya merangkak keluar dari persembunyian, meninggalkan Dion sendirian dengan Arya yang sakit kritis. Dion, gemetar, mulai membongkar senter. Rasa takutnya kini tergantikan oleh fokus pada tugas teknis, satu-satunya cara ia bisa membantu timnya. Ia harus melindungi temannya.

Di balik bebatuan, Dion bekerja dengan fokus yang luar biasa. Rasa sakit fisiknya terlupakan. Ia hanya melihat senter kecil di tangannya, yang harus ia ubah menjadi tameng elektromagnetik. Ia menggunakan pisau kecil yang diberikan Maya untuk membuka casing plastik dan memotong kawat halus.

Dion: (Monolog Internal) Polaritas terbalik. Hubungkan kawat ground ke casing luar. Casing luar harus berfungsi sebagai antena primitif. Frekuensi Very High Frequency (VHF) yang digunakan oleh drone pencari Naga Hitam dapat diinterferensi dengan pulsa elektromagnetik kuat.

Ia bekerja dengan kecepatan yang didorong oleh keputusasaan. Tangannya yang bengkak dan memar bergerak dengan ketelitian, menggunakan serpihan logam dari baterai bekas untuk menyambung sirkuit. Setiap koneksi harus sempurna. Kegagalan berarti Naga Hitam akan menemukan mereka dalam hitungan menit.

Dion: (Berbisik kepada Arya yang tak sadarkan diri) "Aku tidak akan mengecewakanmu lagi, Arya. Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu."

Setelah sepuluh menit, Dion menyelesaikan pekerjaannya. Ia memasukkan kembali baterai ke sirkuit yang dimodifikasi. Senter itu tidak menghasilkan cahaya, tetapi casing luarnya terasa sedikit hangat dan mengeluarkan dengungan frekuensi rendah yang nyaris tak terdengar.

Dion: "Berhasil. Pengacak sinyal darurat aktif. Area sekitar 50 meter dari sini akan menjadi noise pada frekuensi pencarian mereka."

Ia meletakkan perangkat itu di sebelah Arya, memastikan gelombang elektromagnetik menyelimuti persembunyian mereka. Tugasnya selesai. Sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu dan menjaga Arya.

Sementara itu, Maya bergerak cepat dan senyap menembus kegelapan hutan yang pekat. Dia harus mengandalkan insting dan pengetahuan dasar tentang tanaman obat yang ia pelajari dari neneknya. Dia mencari Daun Bidasari (tanaman tropis dengan sifat anti-inflamasi) atau setidaknya kulit kayu yang bisa direbus untuk mengobati demam.

Maya:Jangan terlalu jauh. Jangan sampai tersesat. Setiap dahan yang patah adalah suara.

Maya berjalan membungkuk, matanya memindai di bawah cahaya bulan yang samar. Hutan itu terasa hidup dan mengancam. Suara derap langkah hewan liar terdengar di kejauhan, tetapi Maya fokus pada misinya.

Tiba-tiba, ia berhenti. Di depannya, di balik semak belukar yang tebal, ia melihat sesuatu yang bukan bagian dari hutan.

Sebuah jejak kaki sepatu militer yang masih segar, mengarah ke utara—arah yang sama dengan tujuan mereka. Dan di samping jejak kaki itu, ada puntung rokok yang baru saja dipadamkan.

Maya: (Jantungnya berdebar keras, menyadari bahaya) Mereka sudah di sini. Naga Hitam tidak hanya menggunakan drone. Mereka menggunakan tim pelacak darat.

Maya merangkak ke samping, memeriksa jejak itu lebih dekat. Jejaknya dalam, menunjukkan bahwa orang itu membawa beban berat. Dan puntung rokok itu adalah jenis yang biasa digunakan oleh tentara bayaran di Cakra Manggala—spesialisasi Komandan Jaya.

Maya menyadari bahwa mereka tidak hanya harus menyembunyikan sinyal energi, tetapi juga harus menghindari bertemu dengan tim pelacak profesional yang kini berada di dalam hutan yang sama.

Maya:Mereka lebih cepat dari kita. Kita tidak bisa mengikuti jalur ini.

Ia segera menemukan beberapa daun Bidasari yang ia cari, dan kulit pohon yang tampak seperti bisa membantu meredakan demam. Ia mengumpulkan secepat mungkin.

Saat ia berbalik untuk kembali, ia melihat sekilas pantulan cahaya redup di antara pohon-pohon. Senter? Tidak, itu terlalu besar. Itu adalah teropong malam yang dipantulkan.

Tim pelacak Naga Hitam berada di dekatnya, memindai kegelapan!

Maya membeku di tempatnya, menekan tubuhnya ke tanah. Ia harus kembali ke Arya dan Dion, sekarang juga.

Maya merasakan adrenalin membanjiri sistemnya. Pantulan cahaya redup dari teropong malam itu adalah peringatan yang sangat jelas: Tim pelacak Naga Hitam berada dalam jarak tembak dari posisi mereka. Mereka tidak punya waktu untuk menunggu sampai subuh.

Maya:Aku harus kembali. Sekarang. Kalau Dion dan Arya ditemukan, semuanya berakhir.

Ia bergerak mundur dari semak belukar, menyusuri jalur yang ia buat tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Setiap dahan kecil, setiap daun yang jatuh, bisa menjadi penentu. Ia mencengkeram erat tanaman obat di tangannya.

Setelah lima menit yang terasa seperti berjam-jam, Maya tiba kembali di formasi bebatuan.

Dion sedang berjongkok di sebelah Arya, menatap senter modifikasinya dengan cemas.

Maya: (Berbisik cepat) "Dion! Kita harus pergi! Sekarang juga! Mereka ada di sini! Aku melihat jejak kaki baru dan pantulan teropong malam! Mereka tidak jauh dari sini!"

Dion terkejut. Ia segera mematikan perangkat pengacak sinyalnya, menyadari bahwa baterainya hampir habis dan keberadaannya yang tak terdeteksi hanya bersifat sementara.

Dion: "Apa?! Tapi Arya... dia tidak sadarkan diri!"

Maya: "Kita harus membawanya! Kita akan memikulnya bergantian. Aku akan mengobatinya sambil kita bergerak. Kalau kita tinggal di sini, kita akan mati!"

Maya segera memasukkan tanaman obat ke dalam tas ranselnya. Ia merendam potongan kain bersih dengan air dingin sisa mereka, lalu mengompres luka tembak Arya. Kemudian, ia mengambil dua batang kayu keras yang tersisa di persembunyian mereka.

Maya: "Dion! Kita buat tandu darurat. Kau pegang ujungnya, aku pegang ujungnya. Kita akan menggunakan jaketnya sebagai alas!"

Mereka bekerja dengan panik namun efisien, di bawah tekanan ancaman yang mendekat. Mereka mengikat jaket tebal Arya di antara dua batang kayu, menciptakan tandu primitif.

Dion: (Mengangkat Arya dengan susah payah) "Dia berat sekali. Aku tidak yakin bisa menempuh jarak jauh."

Maya: "Kau harus bisa, Dion! Ingat, kau sudah selamat dari Komandan Jaya. Kau tidak akan gagal sekarang! Kita akan bergerak ke arah utara, melalui jalur air kering. Itu akan menghilangkan jejak kaki kita."

Mereka berdua memanggul tandu darurat itu dan mulai bergerak menembus semak belukar yang lebat.

KREK!

Tiba-tiba, suara dahan patah yang keras terdengar dari arah yang berlawanan dengan pelarian mereka.

Suara Pria (Jauh): "Aku mendengar suara di sana! Cari ke arah barat daya! Cepat, sebelum mereka kabur lagi!"

Tim pelacak Naga Hitam sudah dekat!

Arya: (Meskipun tidak sadar, ia bergumam lemah, berhalusinasi) "Daftar Hitam... jangan biarkan mereka mengambilnya... api... Komandan Jaya..."

Gumam Arya yang samar, meski lemah, menimbulkan risiko besar. Mereka harus bergerak secepat mungkin.

Maya: "Ayo, Dion! Langkah kaki besar! Jangan lihat ke belakang!"

Mereka berlari tertatih-tatih di hutan yang gelap, membawa beban ganda: tubuh Arya yang sakit kritis, dan ketakutan akan tim pemburu yang sudah berada di belakang mereka. Mereka menuju ke parit kering yang Maya lihat saat mencari tanaman obat.

Setelah sepuluh menit perjuangan keras, mereka mencapai parit kering itu. Mereka melompat turun ke dalamnya. Parit itu penuh bebatuan dan sisa lumpur kering, jalur yang sempurna untuk menghilangkan jejak.

Dion: (Berhenti sejenak, terengah-engah) "Maya! Kita tidak bisa terus seperti ini! Arya butuh rumah sakit!"

Maya: (Matanya keras, penuh tekad) "Aku tahu, Dion! Tapi rumah sakit terdekat adalah jebakan! Kita harus terus ke utara. Ada kontak Arya di desa perbatasan hutan. Kita hanya perlu bertahan hidup sampai fajar!"

Mereka melanjutkan perjalanan mereka di parit kering itu, membawa harapan terakhir mereka, Arya Satria, menuju fajar yang tidak pasti di Utara. Di belakang mereka, suara teriakan dan senter tim pelacak Naga Hitam semakin mendekat, mencari jejak yang hilang di kegelapan hutan.

1
Calliope
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
andremnm: makasih🙏🙏
total 1 replies
Deqku
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
andremnm: makasih ya
total 1 replies
tae Yeon
Terlalu emosional, sampai menangis.
andremnm: makasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!