Bagi Hasan, mencintai harus memiliki. Walaupun harus menentang orang tua dan kehilangan hak waris sebagai pemimpin santri, akan dia lakukan demi mendapatkan cinta Luna.
Spin of sweet revenge
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MJW 35
"Hasan menolak Laila?" Hati Nyai Roshida seperti ditusuk belasn jarum mendapat informasi ini.
Dia menatap anak dan menantunya dengan tatapan kecewa dan sakit hati.
Kenapa baru dikasih tau sekarang? marahnya dalam hati. Semua rencana pernikahan sudah disusun lama dengan Hafiza.
"Aku telpon Ali dulu." Kyai Arifin segera bangkit dari duduknya. Padahal dia dan istrinya baru saja tiba, lelahnya juga belum hilang. Tapi malah mendapat kabar berita tidak jelas begini.
"Cucuku dimana?" tanya Nyai Roshida pelan karena tidak melihat keberadaan Laila.
"Laila di kamar, umi. Tadi dia masih menangis," sahut Sri Maimum dengan wajah tertekan.
Setelah mengambil nafas dalam dalam Nyai Roshida menemui Laila, diikuti Sri Maimun.
Ternyata cucunya sedang meringkuk di atas tempat tidurnya.
Hatinya masih tidak percaya kalo Hasan sudah menolak Laila.
Banyak laki laki yang mau memperistri cucunya, tapi karena dia dan suaminya bersahabat dengan keluarga Hasan, hingga mereka memilih mempererat persahabatan itu dengan pernikahan cucu cucu mereka.
"Nenek akan usahakan agar kamu tetap menikah dengan Hasan," janji Nyai Roshida membujuk cucunya sambil memeluk cucunya.
Nyai Roshida segera menelpon sahabatnya Nyai Hafizah.
"Fizhah, bagaimana ini? Cucumu menolak Laila," ucap neneknya Laila begitu telponnya tersambung.
"Aku sedang berusaha membujuk Hasan," jawab Nyai Hafizah sambil menatap anak dan menantunya yang masih berada di kamarnya. Tatapannya terlihat sangat kesal.
Nyai Roshida menghembuskan nafas.
"Kamu yang meminta perjodohan ini, tapi kamu juga yang seenaknya memutuskan," ketusnya marah. Dia merasa keluarganya dipermainkan. Pertunangan diputuskan di detik detik yang menentukan.
"Tenanglah. Aku dan suamiku sedang membujuk Hasan. Kami juga baru tau kejadian ini," ucap Nyai Hafizah mencoba membela diri.
Nyai Roshida langsung mengakhiri sambungan telpon mereka tanpa memberikan respon lagi.
"Hasan punya perempuan lain?" Nyai Roshida menatap cucunya yang kini menganggukkan kepalanya.
"Namanya siapa, dari keluarga mana? Kalo nenek kenal, nenek akan menemui keluarganya."
"Namanya Luna. Dia dari keluarga Airlangga Wisesa, nek. Teman SMA."
"Konglomerat yang sering muncul di tv?" Terkejut juga Nyai Roshida mendengarnya. Begitu juga menantunya. Dia juga baru tau perempuan yang diinginkan Hasan ternyata bukan perempuan biasa.
"Iya, nek."
"Hubungan mereka sejak SMA?"
Laila menganggukkan kepalanya
"Gadis itu selalu mendekati Hasan. Bahkan dia memberikan Hasan jam tangan yang sangat mahal."
"Benarkah itu, sayang?" Uminya terkejut mendengarnya. Wajarlah dia membanjiri Hasan dengan hadiah hadiah mewah, dia aja putri konglomerat.
Tapi Hasan? Masa harga dirinya gampang goyah dengan harta hata dunia yang sifatnya fana ini? Umi membatin tiada henti.
Nyai Roshida berdecak. Dia yakin Hasan tidak mungkin terpengaruh karena itu. Tapi pasti ada sesuatu.
"Mungkin Hasan bisa menyukainya karena sudah melihat wajah cantiknya, nek." Laila menangis lagi. Harusnya dari awal berkenalan dengan Hasan, dia sudah tunjukkan wajahnya. Jadi yang ada di wajah Hasan adalah kecantikannya, bukannya Luna.
Sekarang memang sudah terlambat. Laila menyesalinya tiada henti.
Nyai Roshida menghela nafas panjang.
"Kalo memang Hasan sudah terpedaya dengan hal itu, ya, sudahlah. Banyak anak teman nenek dan kakek yang mau menikah denganmu."
Laila.tersentak mendengar ucapan neneknya.
"Tapi aku hanya mau Hasan, nek."
Nyai Roshida menghembuskan nafas pelan menahan kesal.
"Jangan mau menerima laki laki yang sudah menolakmu!"
Sri Maimun, uminya terkejut mendengar nada marah mertuanya.
"Mungkin saja Hasan sudah melakukan hal hal yang membuatnya tidak bisa terlepas dari gadis itu."
Laila.dan uminya menatap dengan mata terbelalak pada Nyai Roshida.
"Kucing mana yang nolak ditawarkan ikan," desis Nyai Roshida sinis.
Laila seperti ditampar. Dia merasa disindir keras dengan perkataan neneknya.
Dia menolak percaya kalo Hasan sudah melakukan hal menji jikan, seperti yang Riyas lakukan padanya.
Hasan tidak serendah itu. Luna tidak mungkin bisa menggoda Hasan, bantahnya tak terina dalam hati.
*
*
*
Hasan yang baru saja sampai di rumah, berusaha tetap tenang saat sudah ditunggui kakeknya-Kyai Mukhtar di teras rumahnya.
"Coba katakan sama kakek, apa yang ada pada Luna tapi tidak ada pada Laila?"
Hasan menghembuskan nafasnya perlahan. Bukannya menjawab salamnya, kakeknya malah langsung menodongnya dengan kalimat yang menurutnya kurang pantas diucapkan.
"Aku hanya melihat Laila sebagai teman, kek."
"Kenapa? Laila juga sangat cantik. Kamu belum lihat, kan, dia lepas jilbab dan cadar. Kamu ngga akan menyesal," bujuk Kyai Mukhtar.
Aku sudah lihat, kek, batin Hasan.
Melihat Hasan yang hanya diam saja, Kyai Mukhtar melanjutkan lagi ucapannya.
"Kecantikan Laila hanya untuk kamu. Kamu harusnya merasa beruntung, Hasan. Sedangkan kecantikan Luna diobral kemana mana. Harusnya kamu bisa memilah mana yang lebih baik."
Hasan masih diam karena hatinya terkejut tiap mendengar kakeknya melontarkan ucapan kerasnya.
"Agama kita mengajarkan ta'aruf. Bukan pacaran. Kakek dengar kamu sudah sering berdua dua saja dengan Luna. Kamu tau itu dosa, kan? Kenapa kamu lakukan?" Terdengar helaan nafas kakeknya.
"Kamu anak yang baik, godaannya pasti sangat besar. Tapi jangan sampai kamu terjatuh. Nanti setelah menikah Luna, kamu akan menyesali keputusanmu. Percayalah. Laila adalah pilihan terbaik. Dia sudah menjaga dirinya hanya untuk kamu."
Hasan menghembuskan nafas pelan. Hatinya tidak terima Luna-nya dihina seperti ini.
"Maaf, kek. Aku tidak bisa. Aku hanya mau menikah dengan Luna."
Dada Kyai Mukhtar memanas
"Meninggalkan pondok juga demi gadis itu? Kamu tidak memikirkan bagaimana kerja kerasnya buyutmu membangunnya?!" Suara Kyai Mukhtar agak meninggi. Matanya bahkan sudah dikobari api.
"Aku hanya mundur sebagai pimpinan pondok, kek. Tapi tetap akan membantu Faris mengurus pondok."
Kyai Mukhtar ternganga mendengarnya. Masih ngga nyangka dengan kata kata bantahan dari Hasan. Tapi sesaat kemudian terdengar suara BRUG dan teriakan keras Siti Azizah dari dalam rumah.
Hasan dan kakeknya saling pandang dan bergegas masuk ke dalam rumah.
Neneknya sudah terkulai tidak sadarkan diri dan sedang ditangisi uminya.
"Telpon ambulance." Kini Kyai Mukhtar yang ganti berteriak setelah memangku tubuh istrinya.
Ali Wahab memang akan melakukannya.
"Hasan! Kalo ada apa apa dengan nenekmu, kakek tidak akan pernah memaafkanmu!" bentaknya sambil melihat marah pada Hasan yang juga sudah berjongkok di dekatnya.
Siti Azizah menatap kalut pada mertuanya yang pingsan, dan juga putranya yang kini menundukkan kepalanya.
Faris yang baru datang jadi terdiam mendengar ucapan kakeknya.
Bahkan abinya sempat bengong sebelum disadarkan oleh suara dari rumah sakit yang ditelponnya.
beruntungnya kamu luna.
malu malu tapi mau 🤭🤭🤭