Seorang selir baru sebuah kerajaan Qing (Xia Fei) yang hidup dalam bayang-bayang kebencian dari permaisuri Ren yang bersekongkol dengan para selir senior (Hong Xie, Lou Peng dan Bou Lin) karena cemburu dengan perlakuan spesial kaisar Qing Feng pada Xia Fei.
Hari itu permaisuri Ren,Hong Xie, Lou Peng dan Bou Lin dengan sengaja menjebak Xia Fei yang sudah di pengaruhi obat. mendorongnya masuk kedalam kamar pangeran kedua (pangeran Li).
Xia Fei yang sudah lemas dan tak berdaya berusaha melarikan diri sekuat tenaga.hingga membuatnya tersudut dipinggir tebing.
Para selir sengaja mendorong Xia Fei hingga membuatnya jatuh kedalam jurang dan tenggelam kedalam air.
Gelang giok pemberian kaisar tiba-tiba mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.membuat Xia Fei menutup mata.
Ketika tersadar dirinya berada di sebuah tempat yang asing.dengan orang-orang yang terlihat asing serta memakai baju yang aneh.
Dimana sebenarnya Xia Fei berada??
Seperti apa kehidupan Xia Fei selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tutie arsyek, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"dimana dia, Kai?"
Zane melihat sekeliling kamar yang nampak lengang. Tidak ada tanda-tanda kehidupan sama sekali disana.
"kurang ajar...."
Kai mengepal tangan geram.iapun balik badan dan berniat akan menginterogasi semua orang lal menghukum siapapun yang telah mengeluarkan wanita itu dari kamar bawah tanah.
"Kai...." Arthur menahan tangan Kai sebelum ia benar-benar keluar.
Seolah mengerti dengan kode lirikan mata yang Arthur berikan. Kai pun menoleh ke arah yang dituju.
Mata Kai melotot ketika melihat sebuah jalan sempit di sudut kamar.bahkan hampir tidak terlihat.
"sejak kapan jalan itu di buat?"
Merek bertiga pun mendekat, memeriksa jalan sempit yang hanya muat satu orang itupun yang untuk berpostur kecil.
"apa selama ini lu gak pernah memeriksa kamar ini, Kai?"
Zane memeriksa kondisi tembok dengan teliti.
"ada yang sengaja membobolnya dan mungkin dengan alat seadanya. tapi dilihat dari tekstur temboknya sepertinya ini sudah cukup lama" Zane menunjuk lumut yang nempel di tembok.
Kelembaban bawah tanah memang akan membentuk lumut lebih cepat, selain karena tidak pernah tersentuh manusia juga tidak pernah terkena sinar matahari.
"ayo kita periksa" Arthur melepas kemejanya, lalu mencoba masuk kedalamnya. Tapi.....
"tau diri sedikit, thur.lu itu gemukan sekarang. Mana bisa masuk kedalam jalan sempit begini. Awas....." Ethan yang berpostur lebih kecil dari Arthur pun mencoba masuk, tapi sama saja. tidak sampai setengah badan Ethan sudah merasa sesak.
"kalian tunggu disini"
Kai segera pergi ke gudang dan kembali dengan membawa sebuah kapak yang berukuran cukup besar.
"awas"
Arthur, Zane dan Ethan pun mundur beberapa langkah.
DOK DOK DOK
Dengan tenaga penuh Kai berhasil membobol tembok itu menjadi lebih besar.
Setelah di rasa cukup untuk badan mereka.keempat orang itu pun kembali mencoba masuk dan kali ini mereka berhasil melewatinya.
"ruangan apa ini?kenapa gue baru tahu?siapa yang buat?" Kai melihat sebuah lorong yang entah menuju kemana?
Padahal ia ingat benar jika kamar itu buntu dan dia tidak pernah membuat lorong seperti ini. Lalu menuju kemana lorong ini?
"lu yakin gak pernah membuat lorong ini, Kai?"
Kai hanya menggeleng.
Tepat ketika mereka berbelok, di saat itulah mereka melihat wanita yang mereka cari jatuh pingsan.
"Kai...di-dia...." Suara Arthur terbata.
Mereka berlari menghampiri Xia Fei yang terbaring tak sadarkan diri.
"tunggu...." Kai memperhatikan pintu besi yang ada didepannya dengan seksama.
"sejak kapan ada pintu besi di kamar bawah tanah? siapa yang membuat ini?"
"lu yakin bukan lu yang buat pintu ini,Kai?"
" yakin Zane,gue sendiri yang design rumah ini dan gue sendiri yang kontrol setiap detailnya"
" terus ini pintu dibuat sendiri?"
"entahlah,Thur.gue semakin yakin ada mata-mata di rumah gue"
"siapa?cewek ini?"
" bukan Zane,gue rasa salah satu orang kepercayaan gue" Kai mulai mengira-ngira siapa salah satu orang kepercayaannya yang mencoba berkhianat padanya.
"udah, sekarang kita bawa dulu wanita ini keluar dari sini,Kai"
" oke"
Akhirnya Kai pun menggendong tubuh Xia Fei keluar dari sana dengan susah payah.lalu membawanya ke kamar pribadinya.
Dan hal itu tentu saja membuat ketiga temannya terheran-heran.
"eehmmm..... sepertinya ada yang mulai memakai hati nuraninya"
" bener banget, Thur. Gue yakin sebentar lagi bakalan ada yang jatuh cinta. Hahaha......"
" berisik...."
" lu gak mau ganti bajunya dulu Kai?itu kan kotor" Zane menatap Kai heran.
Kai yang super rapih,bersih dan tidak suka tempat pribadinya di masuki orang lain.malah membiarkan seorang wanita asing bahkan kotor tidur di ranjangnya.
"jangan banyak bacot, ikut gue ke tempat tadi" Kai menarik ketiga temannya kembali ke kamar bawah tanah.
Namun, sebelumnya ia mengambil spy camera dari laci ruang ganti.
"lu yakin ini bakalan berhasil, Kai?"
"kita lihat aja nanti, Than"
Setelah memasang spy camera di tempat tersembunyi. Mereka pun langsung masuk ke ruang kerja lalu duduk serius di depan laptop.
"gimana sekarang, Kai?"
"gue penasaran siapa orang yang diam-diam mengkhianati kepercayaan gue"
" lu yakin orang kepercayaan lu?bukannya lu sebelumnya juga curiga tuh cewek mata-mata"
Kai tidak merespon ucapan Ethan,dia fokus menyambungkan kamera dengan laptopnya.
Setelah memastikan kamera tersambung. Kai pun meminta ketiga temannya untuk merahasiakan hal ini dari siapapun.termasuk Merry.orang yang memiliki akses keluar masuk tempat pribadinya.
"gimana dengan cewek itu?"
"entahlah. Gue cuma mau lihat siapa yang sedang bermain-main dengan gue?"
"Kai,gue yakin cewek itu dalam bahaya sekarang.lu bayangin jika orang itu melihat jalan menuju lorong rusak. dan cewek itu gak ada di sana. Sementara cewek inilah yang terakhir masuk kesana"
" lu bener Zane" Kai terdiam.
" untuk sementara lu biarin tuh cewek tidur di kamar lu, Kai"
" itu yang gue pikirin, Thur. terlebih gue juga belum yakin jika cewek itu bersih. Dengan begitu gue bisa menyelidiki semua sekaligus juga mantau pergerakan cewek itu"
"Kai,lu masih ingat gak siapa yang terakhir masuk ke kamar itu?"
Pertanyaan Ethan membuat kening Kai mengernyit.
"Merry"
"kapan?"
"gue rasa tiga tahun yang lalu atau......entahlah, gue lupa. Kenapa memangnya, Than?"
"kalau tiga tahun yang lalu gak menutup kemungkinan Merry yang buat jalan itu,di lihat dari tekstur tembok juga sepertinya udah lama di buat, tapi kita juga gak bisa nuduh begitu saja.apalagi Merry tuh cewek tenaganya gak bisa seperti kita dan logikanya dengan apa Merry membuat jalan?"
"lu bener Zane. Selama gue belum bisa menciduk pelakunya kamera itu akan tetap disana"
"lalu cewek itu?tetap tidur di kamar lu? sepertinya ada yang curi-curi kesempatan" Arthur menatap Kai penuh curiga.
"kalau di pikir-pikir,tuh cewek kan bukan siapa-siapa lu Kai. Kenapa lu malah seperti lagi lindungin dia?"Ethan dan Arthur saling melempar pandang lalu tersenyum licik.
"siapa yang lagi lindungin?gue cuma mau menyelidiki cewek itu secara langsung. Pikiran kalian yang kotor. Mesum"
"kok kita yang mesum? Bukannya lu yang suka ganti-ganti cewek? Sekarang lu kurung dia di paviliun lu. Jangan bilang lu mau jadiin dia gundik,Kai..."
" kebanyakan nonton film drama, otak lu jadi korslet" Kai mendorong kening Ethan dengan telunjuknya.
"gimana gak mikir sembarang?lu sendiri singa jantan yang haus s*ks. Wajarlah gue mikir kemana-mana"
" udahlah, terserah Kai mau gimana? Gue mau balik." Zane melambai tangan.
"oh ya, gue saranin lu kasih status buat tuh cewek, siapa tau bisa terbongkar lebih cepat" Zane erdiri di depan pintu, lalu pergi begitu saja.
"kalian berdua mau nginep di rumah gue?" Kai melirik Ethan dan Arthur bergantian dengan alis yang terangkat.
"iiihhh....najis,mending balik daripada tidur di rumah lu. Bye"
" gue juga.....TUNGGU GUE, THAN"
Kai melihat kedua temannya dengan senyum tipis.
Matanya kosong menatap layar laptop.
"bener juga. Ngapain gue tadi bawa tuh cewek ke kamar gue? kenapa tuh cewek harus tidur di kamar gue? Haiisss.....sejak kapan gue gila?" Kai mengepal tangannya geram sama dirinya sendiri.
Sejenak Kai terdiam mengingat ucapan Zane.seolah mengerti dengan maksud ucapan Zane. Kai pun tersenyum penuh arti.