Cinta itu datang membawa sejuta keindahan, dan seribu kebahagiaan.
Namun sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama.
Cinta itu pula yang menorehkan luka.
Sebuah kisah gadis mudah berumur 23 tahun yang mencinta pria matang seumur ibunya.
Tania pikir, kisah cintanya akan semulus kisah cinta orang tuanya. Namun Tania salah, Cinta itu malah membuatnya terpuruk.
Dunia Tania hancur saat Julian yang tak lain adalah lelaki yang dicintainya tiba-tiba mengenalkan calon istri kehadapannya.
Hubungan yang sudah di bangun dua tahun tersebut itu pun harus berakhir.
Tanpa Tania tau, ada alasan kenapa Julian meninggalkannya dan memilih wanita lain.
Pria asal Spanyol itu menyimpan alasan tersendiri kenapa dia harus meninggalkan Tania.
Satu tahun berlalu, mereka di pertemukan kembali. Akan kah Tania tau apa yang di sembunyikan oleh Julian?
Mengandung bawang, mecin dan seperti tayangan ikan terbang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar dari ruang makan. Mereka makan dalam keheningan. Sesekali Clara mencuri-curi pandang kearah Julian. Namun, Julian lebih memilih fokus pada acara makannya walaupun dia sadar Clara sedang memperhatikannya.
"Julian, apa setelah acara ulang tahun pernikahan mommy dan Daddy kau akan kembali ke Swiss?" tanya Fabian setelah menyelasaikan acara makan siangnya.
Julian yang baru saja akan menyuapkan suapan terakhir, kembali menaruh sendoknya. Dia nampak berpikir. Pekerjaan di Swiss memang menanti dirinya. Namun, dia memikirkan hubungannya dengan Tania yang sudah membaik. Tak mungkin pula Julian kembali ke Swiss tanpa mendapat kembali cinta dari Tania.
"Sepertinya aku ingin sedikit lebih lama disini, Dad. Aku akan mengerjakan pekerjaanku dari sini," jawab Julian..
"Benarkah itu, Sayang," timpal Clara. Senyumnya merekah mendengar ucapan Julian. Dia bisa mempunyai banyak waktu untuk menyingkiran Tania jika berada lebih lama di Spanyol.
Julian hanya melirik Clara sekilas tanpa berniat menjawab pertanyaan Clara. Tentu pemandangan itu tak lepas dari mata Fabian. Dia merasa benar-benar iba pada Julian. Namun, dia pun tak bisa berbuat banyak.
"Daddy, sudah selesai. Kalian lanjutkanlah." Fabian pun bangkit dari duduknya.
Tak lama setelah Fabian bangkit, Julian pun ikut bangkit dari duduknya.
"Julian, kau belum menghabiskan makanan mu," ucap Clara saat Julian bangkit.
"Bukan urusan mu!" jawab Julian dengan nada dingin seperti biasa.
Clara mencengkram sendok yang di pegangnya. Rahangnya mengeras. "Lihat saja nanti, kau akan seutuhnya menjadi miliku," ucap Clara dengan nada pelan, tak lupa dia tersenyum devil karena membayangkan nasib Tania yang akan seperti Felisia.
Julian merebahkan dirinya disofa. Dia menaruh tangannya dikening. Senyuman dari wajah tampannya terus terukir karena merasa lega akan hubungan antara dirinya dan Tania yang sudah membaik.
Namun, senyuman di wajah itu sirna dan berubah menjadi dingin kala Clara masuk menyusul ke kamar.
"Julian, bisakah aku meminta nomen ponsel pemilik Rose Fashion. Aku dengar mereka akan mengadakan fashion show. Dan aku ingin memesan gaun untuk acara ulang tahun pernikahan mommy dan daddy."
Mendengar ucapan Clara, seketika Julian bangkit dari duduknya dan menatap tajam Clara.
"Kenapa kau harus memesan gaun dari perusahaan Rose Fashion?" tanya Julian dengan tatapan menyelidik.
"mommy mendapat undangan untuk mengahadiri fashion show Rose Fashion pekan depan. Dan mamih berkata, Brand itu adalah salah satu Brand terbaik di Spanyol. Jadi apa salahnya aku mencoba gaun rancangannya," jawab Clara dengan berusaha santai dan menampilkan sikap setenang mungkin.
"Bisakah kau memberi nomer ponsel pemilik Rose Fashion. Kau pasti tau karena aku masih ingat pemilik Rose Fashion adalah wanita yang mengundang mu untuk menghadiri pernikahan cucunya di Indonesia."
"Kau bisa datang langsung ke prusahaannya langsung," jawab Julian sambil kembali merebahkan tubuhnya di sofa. Dia tak melarang Clara datang kesana karena tak ingin Clara curiga dengan hubungannya dan Tania. Julian tak ingin Clara menyakiti Tania jika Clara tau hubungannya dengan Tania.
"Baiklah, besok aku akan kesana," ucap Clara dengan tersenyum samar.
Setelah makan siang, Tania larut dalam pekerjaannya. Dia mendapatkan semangat berkali-kali lipat dari hari kemarin. Rasa lelah seolah hilang kala ia mengingat pelukan Julian.
"Nona, sudah waktunya anda pulang," ucap Ahsam yang baru saja masuk ke ruangan Tania.
Tania menghela napas sejenak, lalu dia membereskan mejanya. "Kak Ahsam, apa mamih atau papih menelpon?" tanya Tania saat mereka memasuki lift untuk turun.
"Mamih anda menelpon setengah jam sekali, Nona. Dan juga nyonya Keinya menanyakan tent ...." Perkataan Ahsam terputus saat Tania berbalik dan menatap Ahsam dengan tatapan menyelidik.
"Tunggu! apa Ka Ahsam memberi tau jika tadi siang uncle Julian datang?" tanya Tania. Wajahnya langsung berubah pucat saat membayangkan jika mamihnya tau tentang pertemuam kembali dirinya dengan Julian.
Ahsam hanya menahan senyum melihat kegugupan Tania. Belum Ahsam menjawab, pintu lift terbuka.
"Silahkan, Nona," ucap Ahsam yang mempersilahkan Tania keluar dari lift.
Hening
Hening
Hening
Hanya ada keheningan didalam mobil. Sesekai Tania melirik ke arah Ahsam.
"Anda ingin bertanya sesuatu, Nona?"
"Apa Kak Ahsam memberi tau tentang aku yang bertemu dengan uncle Julian?" tsnya Tania sambil memajukan wajahnya kedepan.
"Tidak, Nona."
"Syukurlah," ucap Tania. Dia kembali bersandar dan menghela napas lega.
"Tapi, walaupun saya tidak melaporkan apa-apa. Akan ada orang lain yang melaporkannya pada tuan dan nyonya."
"Ma-maksud Ka Ahsam?" tanya Tania yang heran atas perkataan Ahsam.
Ahsam melihat kearah belakang lewat kaca spion. Dia tersenyum saat melihat ada beberapa mobil yang mengikuti mobilnya.
Seakan sadar Ahsam sedang memperhatikannya. Mobil itu menyalakan lampu sen sebelah mengisyaratkan "Kami ada di belakang"
"Kak Ahsam ....!" teriak Tania yang kesal karena Ahsam tak menjawab ucapannya.
Maaf, ya. telat up karena badan bener-bener lagi ga fit.