Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14. prioritas baru...
Di dalam Bunker B-12 yang lembap, Arya bersandar ke dinding, pergelangan kakinya dibalut kain compang-camping dan lukanya di bahu sudah dibersihkan. Kelelahan dan rasa sakit luar biasa menjalar di tubuhnya, tetapi tatapannya tetap tajam. Di luar, sirene dari Kota Cakra Manggala terdengar samar, menjadi pengingat akan kekacauan yang baru saja mereka ciptakan.
Maya: (Menyelesaikan perban di bahu Arya, suaranya dipenuhi kecemasan) "Kau harus istirahat. Kita sudah aman di sini. Komandan Jaya tidak akan menemukan tempat ini."
Arya: (Menggeleng) "Tidak ada waktu untuk istirahat. Setiap jam yang kita buang, Komandan Jaya semakin kuat. Dia sekarang dalam mode bertahan. Dia akan mencari dua hal: sumber kebocoran Daftar Hitam yang baru, dan Dion."
Maya: "Dan Dion sudah bersamanya. Itu berarti Dion dalam bahaya besar."
Arya: "Bahaya, tapi masih hidup. Komandan Jaya tahu aku akan kembali untuk Dion. Dia tahu Dion adalah umpan hidup terbaiknya. Dia tidak akan menyentuh Dion kecuali sebagai ancaman terakhir."
Arya mengambil senter tua dan mulai menggambar denah kasar di dinding beton dengan arang.
Arya: "Kita sekarang punya dua target, Maya. Target A: Memastikan Komandan Jaya tidak bisa melacak kebocoran data. Target B: Menyelamatkan Dion."
Maya: "Target A maksudmu adalah ponsel Dion, kan? Dia yang mengirimkan email massal itu."
Arya: "Benar. Komandan Jaya tidak butuh Daftar Hitam aslinya. Dia butuh ponsel Dion untuk melacak di mana data itu dikirim, dan yang lebih penting, menghentikan kebocoran lebih lanjut yang mungkin diprogram Dion sebelumnya. Dia akan menyiksa Dion untuk mendapatkan kata sandi atau lokasi ponsel itu."
Maya: "Ponsel itu ada bersamamu. Tapi Komandan Jaya tahu kau memilikinya."
Arya: "Dia tahu. Itulah yang akan kita gunakan. Kita akan membuang ponsel ini di tempat yang akan membawanya menjauh dari kita. Ponsel Dion harus 'mati' jauh dari Bunker B-12."
Arya: "Dengarkan baik-baik. Rencana kita terbagi menjadi dua fase. Fase Pertama: Penghilangan Jejak."
Maya: "Apa yang harus kulakukan?"
Arya: "Maya, kau harus keluar. Sendirian. Kita akan menggunakan rute air. Kau harus pergi ke Stasiun Kereta Api Lama. Di sana ada kereta barang yang sedang menunggu keberangkatan. Ambil ponsel Dion, lempar ke salah satu gerbong kargo yang ditujukan ke luar Kota Cakra Manggala."
Maya: (Terkejut) "Keluar sendiri? Itu terlalu berbahaya, Arya! Bagaimana jika aku bertemu anak buah Komandan Jaya?"
Arya: "Itulah mengapa kau harus pergi sekarang. Di tengah hari, di keramaian stasiun. Naga Hitam tidak mencari anak perempuan di keramaian, mereka mencari pria pincang di gang-gang gelap. Setelah itu, kau harus mengambil buku itu. Aku tahu persis di mana kau harus mencarinya."
Maya: "Kaki penyeimbang mesin giling. Aku akan kembali ke bengkel. Tapi bagaimana aku membukanya?"
Arya: "Di dalam bunker ini, di bawah papan kayu itu, ada peralatan las mini yang aku simpan dari masa depan. Aku butuh kamu mengambilnya. Mesin giling itu terlalu keras untuk obeng biasa. Kau harus memanaskannya. Dan kau harus melakukannya dengan cepat."
Maya: "Las mini? Aku tidak tahu cara menggunakan las!"
Arya: "Aku akan mengajarimu dasar-dasarnya sekarang. To the point: panaskan, buka penutup, ambil buku, dan bakar habis tempat penyembunyiannya agar tidak ada jejak."
Arya mulai memberikan instruksi cepat tentang cara menggunakan las mini, fokus pada keselamatan dan kecepatan.
Arya: "Aku tidak bisa pergi bersamamu. Kakiku tidak akan sembuh total selama beberapa jam. Aku harus memulihkan diri. Aku akan menyiapkan rute pelarian kita dan peralatan di bunker ini. Kau harus pergi sekarang."
Maya: "Baik. Aku akan kembali dengan buku itu. Dan kau harus menyiapkan senjata dan rute untuk kita menyelamatkan Dion."
Maya bergegas mengambil las mini dan peralatan yang dibutuhkan dari bunker. Sementara itu, Arya, meskipun terluka, memaksa dirinya memeriksa persediaan bunker.
Arya: Kami hanya punya satu kesempatan. Komandan Jaya pasti menyimpan Dion di benteng cadangannya.
Arya mengingat peta masa depan. Markas cadangan Naga Hitam terletak di sebuah gudang bawah tanah yang tersembunyi di bawah gedung perkantoran tua di pusat kota—Gudang I-9.
Arya: "Maya! Dengarkan rute penyelamatan Dion."
Maya: (Memeriksa las mininya, bersiap untuk pergi) "Aku dengar."
Arya: "Setelah kau kembali dengan Daftar Hitam, kita akan menggunakan jalur bawah tanah lama dari bunker ini. Itu akan membawa kita ke sistem ventilasi di bawah Gedung Perkantoran Lama (Gedung B-2). Di bawah gedung itu ada Gudang I-9."
Arya: "Gudang I-9 memiliki pengamanan listrik. Komandan Jaya tidak akan menggunakan anak buah sebanyak di Sarana Biru. Itu akan lebih senyap, tapi lebih terisolasi. Kita akan masuk melalui ventilasi, melumpuhkan penjaga, dan mengambil Dion."
Maya: "Dan setelah itu?"
Arya: "Jalur pembuangan di Gudang I-9 terhubung langsung ke sungai kecil yang mengalir keluar dari Kota Cakra Manggala. Kita akan menggunakan perahu karet kecil yang aku simpan di gudang ini. Itu adalah jalan keluar terakhir kita."
Maya: "Kita akan meninggalkan Kota Cakra Manggala selamanya?"
Arya: "Ya. Dan begitu kita di luar jangkauan Komandan Jaya, kita akan menghubungi otoritas pusat untuk memastikan Daftar Hitam asli yang kita bawa ini meledak di tangan mereka. Sekarang, pergi, Maya. Sampai jumpa di sini dengan buku itu. Dan jangan lihat ke belakang."
Maya mengangguk. Ia mencium Arya dengan cepat, lalu menyelinap keluar dari Bunker B-12, membawa serta misi yang sangat berbahaya. Arya ditinggal sendirian, berjuang melawan rasa sakit dan waktu, menunggu bom waktu yang dikirim Maya.