Sang Penakluk
Tok... tok... tok...
Tok... tok... tok...
"Pangeran, apakah anda sudah bangun?, yang mulia Kaisar dan anggota keluarga lainnya sedang menunggu anda diruang keluarga." terdengar suara serak seorang pria dari luar kamar.
"Haaa... Merepotkan sekali." pemuda yang dari tadi pintu kamarnya diketok sangat kesal. Ia mengusap kedua matanya yang masih terlihat lelah, bangun dari kasurnya dan meregangkan otot-ototnya yang kaku, lalu dengan lambat berjalan kearah pintu kamar.
Saat pintu kamar terbuka, terlihat di depannya seorang pria paruh baya, berpakaian rapi, dan berbadan kekar. Pria itu tersenyum kearahnya. "Ada apa paman Bai? bukankah sudah kukatakan jangan pernah mengganggu waktu tidurku." ucap pemuda itu dengan nada datar.
"Maaf pangeran, paman tidak bermaksud mengganggu tidurmu, hanya saja yang mulia Kaisar memerintahkan paman untuk memanggil pangeran. Pengeran Ray sudah ditunggu diruang makan keluarga." jawab pria paruh baya itu.
"Baiklah, aku akan segera kesana paman." balas pemuda itu malas, ia kembali menutup pintu kamar, bersiap untuk membersihkan dirinya.
*****
Pemuda tersebut bernama Ray Zen. Ia adalah salah satu pangeran kekaisaran Awan putih. Sekarang Ray Zen berusia 16 tahun, dengan wajah yang cukup tampan, berkulit putih, dan berambut hitam pendek berantakan.
Jika dilihat dari segi penampilan, Ray Zen sangat menarik perhatian, tetapi sayangnya, ia tinggal dan hidup didunia kultivator. Dunia yang hanya membutuhkan orang-orang yang kuat. Tidak peduli seberapa tampan atau cantiknya dirimu. Jika kau lemah maka kau adalah sampah.
Ray Zen terlahir dengan tidak memiliki bakat kultivator sama sekali. Hal itu membuatnya dikucilkan oleh anggota keluarganya sendiri. Tidak hanya itu, semua orang yang berada dilingkungan kekaisaran Awan putih pun sangat tidak suka dengan kehadirannya.
Ray Zen dianggap sebagai seorang sampah yang hanya akan menyusahkan kekaisaran Awan putih. Hanya ayahnya, yaitu kaisar, ibunya, saudara kandungnya, dan juga Bai Hu, pengawal pribadinya, yang selalu peduli dan menolong Ray Zen.
Sejak kecil, Ray Zen sudah mengalami banyak penderitaan, cacian, makian, hinaan, bahkan cobaan pembunuhan dari orang-orang yang tidak suka dengannya. Tetapi dengan keteguhan hatinya, dan keberuntungan yang selalu berpihak padanya, Ray Zen masih tetap kuat dan bertahan dalam menjalani hidup. Ray Zen tidak pernah merasa kesepian, ia dengan penuh semangat terus menjalani kehidupannya.
Karena tidak bisa berkultivasi, Ray Zen menghabiskan kesehariannya dengan membaca banyak buku di perpustakaan kekaisaran. Hampir seluruh waktunya Ia habiskan hanya untuk membaca. Bisa dikatakan semua buku yang ada di perpustakaan kekaisaran telah ia selesaikan.
Seperti kata pepatah bahwa 'Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan', seperti itu jugalah Ray Zen. Ia mungkin tidak jenius dalam hal berkultivasi, tetapi ia sangat jenius dalam hal memahami dan mempelajari setiap buku yang ia baca. Berkat kelebihannya tersebut, ia memiliki wawasan dan pengetahuan yang sangat luas, jika dibandingkan dengan siapapun.
*****
Ayah Ray Zen, bernama Jack Zen, berusia 50 tahun, seorang Kaisar kekaisaran Awan Putih yang bijaksana dan dicintai oleh rakyatnya. Dalam pemerintahan Jack Zen, kekaisaran Awan putih mencapai masa kejayaannya, banyak rakyat yang merasa senang dengan kepemimpinan dan kebijakan yang dilakukan oleh Jack Zen. Bagi rakyat, Jack Zen bagaikan sesosok Dewa yang membawa kesejahteraan bagi kekaisaran Awan putih. Jack Zen memiliki 4 orang istri, yang merupakan permaisuri kekaisaran.
*****
Permaisuri pertama bernama Mei Ling, berusia 47 tahun, yang merupakan ibu kandung dari Ray Zen. Mei Ling dulunya adalah seorang kultivator jenius. Ia dan Jack Zen kultivator muda yang pilih tanding, mereka berdua memiliki julukan 'Sepasang Pedang Suci'. Tetapi setelah Jack Zen menjadi seorang kaisar dan ia menjadi permaisuri kaisar, Mei Ling tidak lagi berkultivasi, ia hanya fokus untuk merawat dan memberikan kasih sayang penuh kepada anak-anaknya. Mei Ling melahirkan 3 orang putra dan 2 orang putri bagi Jack Zen, yaitu Rax Zen, Mei Zen, Ray Zen, Ren Zen, dan Lia Zen.
*****
Permaisuri kedua bernama Mue Che, berusia 50 tahun. Mue Che merupakan putri bungsu Kaisar kekaisaran Awan Oren, tetangga dari kekaisaran Awan putih. Jack Zen menikahi Mue Che karena berutang budi kepada ayahnya Maung Che, Kaisar kekaisaran Awan Oren, pada saat pemberontakan melawan kaisar kekaisaran Awan putih sebelumnya. Mue Che melahirkan 3 orang putra dan seorang putri bagi Jack Zen, yaitu Tan Che, Geu Che, Fui Che, dan Rin Che.
*****
Permaisuri ketiga bernama Lou Yi, berusia 45 tahun. Lou Yi, awalnya adalah adik dari sahabat terbaik Jack Zen, yaitu Lao Yi, yang sekarang menjabat sebagai Patriak sekte Pedang Terbang. Dulunya mereka sering berlatih bersama, hingga timbullah rasa cinta dari Lou Yi kepada Jack Zen. Karena tidak mau menyakiti hati Lou Yi dan juga sahabatnya Lao Yi, Jack Zen pun bersedia menikahi Lou Yi sebagai istri ketiganya. Lou Yi melahirkan 2 orang putra dan seorang putri bagi Jack Zen, yaitu San Yi, Jia Yi, dan Bei Yi.
*****
Dan permaisuri yang terakhir adalah Zu Xia, berusia 48 tahun. Zu Xia merupakan salah satu putri dari kaisar kekaisaran Awan Merah.
Saat itu, Jack Zen yang telah menjadi kaisar berkunjung ke istana kekaisaran Awan merah, dan tanpa sengaja bertemu dengan Zu Xia yang sedang berlatih dihalaman istana. Merasa dirinya diperhatikan, Zu Xia pun melihat kearah Jack Zen. Tatapan mereka bertemu, Zu Xia yang melihat Jack Zen pun langsung menyukainya.
Pada malam harinya, sebelum Jack Zen dan rombongannya kembali ke kekaisaran Awan Putih, terjadi kejadian yang tak terduga, yang membuat Kaisar kekaisaran Awan merah menuntut Jack Zen untuk segera menikahi putrinya, Zu Xia. Jack Zen pun merasa bersalah dan segera menikahi Zu Xia sebagai istri keempatnya. Dari pernikahan itu Zu Xia melahirkan 2 orang putri dan seorang putra bagi Jack Zen, yaitu Qin Xia, Zee Xia, dan Gon Xia.
****************
"Mengapa paman masih disini?" tanya Ray Zen. Setelah selesai membersihkan dirinya, Ray Zen segera membuka kembali pintu kamarnya. Ia terkejut melihat Bai Hu yang masih setia didepan pintu kamarnya. "Paman akan mengantar pangeran ke ruang keluarga."
"Hah., baiklah."
Mereka pun berjalan bersama menuju ruang makan keluarga kekaisaran. Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai didepan pintu ruangan yang sangat mewah dan besar. penjaga yang berada didepan pintu segara membukakan pintu, membiarkan Ray Zen masuk kedalam ruangan, sementara Bai Hu tetap menunggu diluar ruangan.
Didalam ruangan, Ray Zen melihat Kaisar, keempat permaisuri, dan juga beberapa saudara-saudarinya, yang telah berkumpul dan duduk santai ditempat mereka masing-masing. Ruangan itu tetap sama seperti biasanya, ketika Ray Zen dan keluarganya sarapan. Didepan mereka semua terlihat hidangan makanan yang sangat lezat dan nikmat.
Ray Zen disambut dengan tatapan-tatapan tidak suka dari hampir semua orang yang ada didalam ruangan itu. Tatapan-tatapan mata itu seolah ingin mencabik-cabik kulitnya. Hanya kaisar, Permaisuri Mei, Adiknya Ren, dan juga adiknya Lia, yang menatap Rey Zen dengan senyuman.
"Hehe... Maaf Aku terlambat." ucap Ray singkat, senyuman tanpa dosa terlihat diwajahnya.
Karena sudah biasa akan tatapan-tatapan tidak suka itu, Ray Zen tetap santai dan terus berjalan menuju salah satu kursi yang masih kosong.
"Kak Ray, duduk disini saja, di sampingku." Lia Zen yang merupakan adik bungsu dari Ray Zen memanggilnya lembut dengan suara imutnya.
"Baiklah adik manis." balas Ray Zen, sambil berjalan menuju kursi yang ada didekat Lia Zen, adiknya.
"Hem.. Karena semua sudah berkumpul, sekarang saatnya kita sarapan bersama." ucap Kaisar Jack Zen, yang disambut dengan anggukan oleh semua anggota keluarga kekaisaran.
Setengah jam berlalu, semua makanan yang ada telah habis dan di bersihkan oleh para pelayan. Ray Zen yang dari tadi telah selesai makan, hendak pergi meninggalkan ruangan itu. Ia bangkit berdiri, mengangkat kakinya meninggalkan ruangan itu. "Kamu mau kemana Ray?" tanya permaisuri Mei Ling lembut.
"Hehe.., ibu, bukankah kita sudah selesai makan? Jadi untuk apa berlama-lama diruangan ini." balas Ray Zen. "Tunggu dulu Ray, ada yang ingin ayah sampaikan padamu, pada kalian semua." kali ini kaisar Jack Zen yang berbicara. Mendengar itu, Ray Zen kembali duduk di kursinya.
"Begini Ray, besok pagi, adikmu Fui dan rombongannya ingin berburu binatang buas di Hutan Kabut. Fui ingin mengajakmu berburu bersamanya. Dia ingin kalian lebih akrab. Adikmu Zee juga akan ikut. Kalian bertiga akan dikawal oleh Jendral ke-8 dan ke-9 kekaisaran. Bagaimana menurutmu Ray, apakah kau bersedia ikut bersama Fui?" jelas dan tanya kaisar.
Ray Zen terdiam sejenak. Ia melihat kearah Fui Che yang tersenyum kearahnya. Ia sangat tahu Fui Che. Fui Che adalah pemuda yang jahat dan sangat membencinya. Walaupun Fui Che satu tahun lebih muda darinya, tetapi dari segi kekuatan, Ray Zen kalah telak. Fui Che seorang kultivator yang telah berada diranah Epick *3. Sementara Ray Zen tidak bisa berkultivasi. Ray Zen tahu, perburuan ini hanyalah kedok dari rencana jahat Fui Che untuk membunuhnya.
"Ray, dengan adanya perburuan ini, ibu berharap kalian bisa saling akrab. Fui ingin sekali menebus kesalahan-kesalahan yang selama ini telah ia lakukan padamu. Fui juga telah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Benarkan Fui?" kata permaisuri Mue Che ikut bicara.
"Be..benar ibu. Aku ingin menebus semua kesalahanku kepada saudara Ray, itu sebabnya aku mengajaknya untuk berburu bersama, menikmati alam yang sesungguhnya. Saudara Ray tidak perlu takut, aku pasti akan melindungimu," jelas Fui Che sembari mengepalkan tangannya. "Kalau saudara Ray masih merasa belum aman, paman Bai Hu juga bisa ikut bersama kita." tawarnya.
Ray Zen sedikit tersenyum. Ia mencoba menelaah rencana seperti apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang membencinya ini.
Jendral ke-8 dan ke-9 kekaisaran Awan putih bukanlah orang sembarangan, mereka berdua telah berada di ranah Suci *5, sedikit kemungkinan mereka bisa dikalahkan dengan mudah. Apalagi dengan adanya Bai Hu, keamanannya pasti bisa terjamin, tidak mungkin Fui Che memiliki rencana yang sederhana untuk mencelakakannya.
"Kalau kamu tidak mau ikut, katakan saja Ray, itu pilihanmu." permaisuri Mei Ling mencoba membantu. Ia tahu kalau banyak orang yang tidak suka dengan Ray Zen, putranya. Baginya perburuan ini hanyalah rencana untuk membahayakan keselamatan Ray Zen. "Benar kak, itu pilihanmu." dukung Ren Zen, yang dari tadi menyimak pembicaraan.
"Heeh... Sekali sampah, tetaplah sampah." cibir Zee Xia, yang berada diseberang meja Ray Zen. Gadis itu memang secara terang-terangan tidak suka dengan Ray Zen. Baginya orang yang lemah tidak pantas untuk hidup, apalagi dilingkungan kekaisaran.
"Jaga ucapanmu saudari Zee, atau.."
"Atau apa? apa yang aku ucapkan itu benarkan? kakakmu adalah sampah yang tidak berguna." belum sempat Ren Zen menyelesaikan ucapannya, Zee Xia telah mengeluarkan aura intimidasi yang cukup kuat untuk menekan Ren Zen.
Ren Zen tidak mau kalah, ia juga mengeluarkan auranya. Walaupun perbedaan kekuatan diantara mereka berdua cukup jauh, Ren Zen tidak gentar sedikitpun.
Permaisuri Mei Ling berusaha menenangkan Ren Zen, sementara permaisuri Zu Xia, ibu dari Zee Xia, tersenyum puas. Ia sangat setuju dengan apa yang dikatakan putrinya.
"Cukup. Hentikan. Apa-apaan kalian ini? Aku tidak pernah mengajarkan kalian untuk saling menghina dan merendahkan." Bentak kaisar, membuat suasana semakin tegang. Semua orang yang ada diruangan itu terdiam membisu dan menundukkan kepala.
Tidak ingin suasana semakin kacau, Ray Zen pun bangkit berdiri serta berkata "Baiklah, Aku akan ikut. Aku juga penasaran bagaimana cara seorang kultivator bertahan hidup di alam liar."
"Ray? Apa kamu yakin nak?" tanya Mei Ling tidak percaya. Ia semakin khawatir akan keselamatan putranya. Ray Zen hanya mengangguk. "Tenanglah ibu, aku sudah bisa menjaga diriku sendiri. Lagi pula ada paman Bai di sisiku, ibu tidak perlu khawatir." ucap Ray Zen.
Mendengar ucapan dan keteguhan hati Ray Zen, Mei Ling hanya bisa pasrah dengan keputusan anaknya.
****************
Setelah pembicaraan singkat diruang makan keluarga kekaisaran itu selesai, Ray Zen kini sedang berada di balkon Kastil di depan kamarnya. Di sampingnya berdiri Bai Hu yang selalu bersamanya. Ray Zen menceritakan semua hal yang terjadi diruang makan tadi kepada Bai Hu. Bai Hu hanya mengangguk tanda mengerti.
Bai Hu telah menjadi pengawal pribadi Ray Zen, sejak ia berusia 5 tahun. Selain sebagai pengawal pribadinya, Bai Hu adalah orang kepercayaan dari Ray Zen, ia telah menganggap Bai Hu sebagai pamannya sendiri.
Dari cerita Bai Hu yang Ray Zen dengar, awalnya Bai Hu adalah seorang anak yang lemah.
Saat berusia 10 tahun ia telah kehilangan keluarganya dan dijual ke perdagangan budak terbesar di kekaisaran Awan putih pada saat itu. Tetapi beruntungnya, sepasang kultivator kuat, berhasil membebaskan Bai Hu, sekaligus menghancurkan tempat perdagangan budak itu.
Bai Hu yang tidak mempunyai keluarga pun dengan antusias mengikuti sepasang kultivator itu. Bersama sepasang kultivator itu, Bai Hu terus berkembang dan menjadi semakin kuat. Sepasang kultivator itu telah mengajari Bai Hu banyak hal, dan juga menganggap Bai Hu seperti adik mereka.
Sepasang kultivator yang telah menyelamatkan hidup Bai Hu itu adalah Jack Zen dan Mei Ling, yang pada waktu itu dijuluki sebagai Sepasang Pedang Suci. Sejak saat itu, Bai Hu berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap setia dan selalu bersedia menjaga keluarga Jack Zen dan Mei Ling, sampai akhir hayatnya.
Melihat Ray Zen yang tidak bisa berkultivasi, selalu dihina dan dikucilkan, Bai Hu dengan senang hati menjadi pengawal pribadinya. Ia meminta kepada Kaisar Jack Zen dan Permaisuri Mei Ling untuk mengizinkannya melepaskan jabatan Jendral ke-1 yang sebelumnya ia duduki.
Telah 11 tahun berlalu, semenjak Bai Hu menjadi pengawal pribadi Ray Zen. Bai Hu dengan sekuat tenaga akan terus menjaga keselamatan Ray Zen. Ia telah menganggap Ray Zen seperti anaknya.
"Bagaimana paman? Apakah keputusanku sudah tepat?" tanya Ray Zen, memecah lamunan Bai Hu. "Apapun keputusan pangeran, paman akan selalu mendukung." balas Bai Hu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments