Sebagai seorang putra mahkota Kekaisaran Tang, sudah selayaknya Tang Xie Fu meneruskan estafet kepemimpinan dari ibunya, Ratu Tang Xie Juan.
Namun takdir tidak berpihak kepadanya. Pada hari ulang tahun dan penobatannya sebagai seorang kaisar, terjadi kudeta yang dipimpin oleh seorang jenderal istana. Keluarga besarnya tewas, ibunya dieksekusi mati, dan kultivasinya dihancurkan.
Dengan cara apa Tang Xie Fu membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Bertopeng
Qin Yuheng terkekeh pelan mendengarnya. Menurutnya, seorang tetua sekte yang berasal dari alam fana tidak lebih dari seekor nyamuk yang kehilangan kedua sayapnya. Menyedihkan dan berisik jika tidak dihabisi. Maka dari itu, untuk menghilangkan dengungannya, ia julurkan tangan dan menjentikkan jari. Seketika tubuh tetua sekte itu meledak dan membuat semua orang yang melihatnya hanya tertunduk takut tanpa bisa berbuat apa-apa.
Setelah itu, Qin Yuheng kembali mengedarkan pandangan ke arah para tetua sekte yang masih berdiri diam di tempatnya. Ia kemudian berkata, “Kalian tentu tahu, kami datang ke sini bukan untuk menghabiskan waktu dengan percuma. Maka dari itu, serahkan semua sumber daya yang kalian miliki dan jangan menyisakan barang secuil pun. Dan tentunya kalian semua harus tunduk di bawah kakiku. Mungkin saja aku bisa membiarkan kalian tetap hidup.”
Seperti tertusuk duri saat mandi di sungai, semua mata membelalak dengan mulut ternganga begitu mendengar permintaan yang lebih layak disebut perampokan dari si kultivator alam dewa itu. Namun, apa boleh buat. Permintaan itu menjadi satu-satunya jalan untuk mereka bisa segera meninggalkan ruang rahasia Gerbang Naga Utara.
Cukup lama mereka semua terdiam memikirkannya hingga pada akhirnya mereka pun setuju dan serempak melepas cincin spasial yang kemudian dikumpulkan oleh para tetua sekte dan diteruskan ke tangan Qin Yuheng. Tidak kurang dari 20 tetua sekte melangkah maju untuk menyerahkan sumber daya yang mereka simpan di dalam cincin spasial.
“Ha-ha-ha! Bagus, bagus.” Qin Yuheng begitu gembira menerima banyak sumber daya dari para tetua sekte.
“Sekarang kalian semua berlutut dan mengucapkan sumpah setia kepada diriku!” ucapnya lagi.
Sedikit diliputi keraguan untuk melakukannya. Masing-masing dari para tetua sekte menatap sayu ke arah murid-muridnya dengan perasaan yang berselimut kesedihan. Namun, lagi-lagi mereka tidak memiliki pilihan selain mempertahankan keberlangsungan hidup di alam yang tidak adil kepada mereka yang lemah ini. Dengan keterpaksaan, mereka semua berlutut dan mengikrarkan janji setia kepada Qin Yuheng.
Pada saat mereka berlutut, tampak ada beberapa sekte yang masih berdiri tegak. Beberapa di antaranya, yaitu Sekte Api Suci, Sekte Cahaya Jingga, Leimen, Yanlong, Sekte Teratai Abadi, dan Sekte Pedang Langit yang tegas menolaknya. Sekte-sekte tersebut merupakan sekte besar yang tersebar di wilayah timur dan barat dan terbagi ke dalam wilayah tiga kekaisaran, Fei, Xiao, dan Li. Sementara kedua puluh sekte yang menyerahkan sumber daya serta tunduk kepada Qin Yuheng itu sebagian besarnya hanya sekte kelas dua dan tiga. Selain itu, terdapat pula sekte-sekte aliran sesat yang menyamar di antara sekte-sekte aliran lurus. Mereka mengikuti keputusan menyesuaikan di mana mereka berada dalam penyamaran.
Di sisi lain, Qin Yuheng terlihat geram menyadari adanya penolakan tegas dari beberapa sekte besar yang diharapkannya bisa tunduk seperti sekte-sekte lainnya. Wajahnya mengeras dan ia menghela napas panjang sebelum mendengus kasar. Ada rasa tersinggung yang sulit disembunyikan olehnya setelah tahu bahwa pengaruhnya selama ini hanya berlaku di kalangan sekte-sekte kecil yang tak begitu dipandang di dunia kultivasi alam fana. Tatapannya yang dingin kemudian menyapu wajah semua tetua sekte. “Tidak ada yang bisa meninggalkan tempat ini sebelum semuanya tunduk kepadaku!” ujarnya tegas.
Sontak saja hal itu membuat para tetua sekte yang telah tunduk dan menyerahkan semua sumber daya merasa kesal. Namun apa daya, mereka tak punya kuasa untuk menyanggah. Biarpun begitu, salah seorang tetua di antara mereka memberanikan diri melangkah ke depan.
“Yang Mulia, bukankah kami sudah tunduk, dan juga kami telah menyerahkan semua sumber daya yang kami miliki. Mohon Yang Mulia bisa mempertimbangkannya!” ucap seorang tetua dari Sekte Embun Perak meminta kebijakan.
“Ha-ha-ha! Sekte kalian hanyalah sampah, mana cukup untuk membuatku puas, kecuali mereka juga mau tunduk kepadaku,” sahut Qin Yuheng seraya menatap para tetua sekte besar yang masih bergeming.
“Terima kasih atas kebijaksanaan Yang Mulia,” timpal Tetua Sekte Embun Perak, lalu kembali ke barisannya.
Ketegangan kembali hadir di tengah situasi yang tidak menentu di antara para kultivator. Dan dalam ketegangan itu, muncul sosok pria bertopeng hitam. Pria bertopeng hitam itu melangkah pasti di antara barisan murid-murid sekte yang menatapnya penuh tanya.
“Hei, lihatlah siapa yang datang?” kata Qin Yuheng begitu melihatnya.
Para kultivator alam dewa serentak menoleh ke arah sang pria bertopeng yang berdiri seraya melipat kedua tangan di belakang punggungnya. Tatapan mereka dipenuhi keheranan setelah memindai kekuatan di tubuhnya yang tidak seperti para kultivator umumnya.
“Apa yang membuatmu begitu berani berlaga seperti pahlawan di hadapanku?” tanya Qin Yuheng setelah ia memindainya.
Sang pria bertopeng hitam itu hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.
“Ha-ha! Ternyata hanya pahlawan bisu,” kekeh Qin Yuheng yang disambut tawa dari para kultivator alam dewa.
“Sebelumnya pernah kukatakan, kalian yang mentertawakanku akan mati dengan mengenaskan,” kata si pria bertopeng hitam dengan suara yang cukup jelas didengar oleh semua yang berada di ruang rahasia.
“Ha-ha-ha!” Para kultivator alam dewa terbahak-bahak mendengarnya. Qin Yuheng sampai harus menekan perut saking lucunya ucapan dari si pria bertopeng itu.
Bugh!
Tidak terlihat oleh mata semua orang, tiba-tiba saja Qin Yuheng terduduk dengan dada yang berlubang, lalu telungkup di atas tanah. Mati begitu saja. Seketika suasana menjadi hening. Semua orang terperangah dengan kejadian yang begitu cepat tanpa ada yang bisa melihat bagaimana sang kultivator angkuh itu terbunuh.
Arah pandang mereka semua tertuju ke arah si pria bertopeng yang kini menatap dingin para kultivator alam dewa yang wajahnya merah padam melihat kematian Qin Yuheng yang tidak pernah mereka duga.
“Kau …! Apakah kau pemuda yang kami pukuli di penginapan?” Fan Yao mengingatnya. Ia berkata dengan gugup seraya melangkahkan kaki mendekati tubuh Qin Yuheng, lalu membalikkannya.
Si pria bertopeng mengangguk membenarkan.
“Ba … bagaimana ini mungkin?” Fan Yao kesulitan mencerna kejadian yang mengejutkannya. Ia kemudian menolehkan pandangan menatap si pria bertopeng yang juga menatapnya dengan tatapan dingin.
“Biadab! Kau berani membunuh saudaraku!” Fan Yao mendengus kasar. Suaranya menggelegar karena emosi yang mendidih.
Sebaliknya, si pria bertopeng hanya menanggapi kemarahan Fan Yao dengan kembali mengangkat bahunya. Ia kemudian berkata, “Apakah kau masih tidak percaya dengan ucapanku?”
“Brengsek! Matilah kau!” Sambil berteriak, Fan Yao menerjang si pria bertopeng dengan tebasan cepat dan dialiri energi spiritual.
Sang pria bertopeng segera menggeser kakinya menyamping, membuat tebasan dari Fan Yao hanya mengenai udara kosong.
“Bajingan, bagaimana bisa dia menghindarinya?” rutuk Fan Yao penuh amarah. Ia kemudian menggigit ujung jari tangannya dan mengalirkan darahnya ke bilah pedang.
Semua kultivator melangkah mundur untuk memberikan ruang kepada keduanya dalam pertarungan. Sang pria bertopeng masih bergeming di posisinya dengan tubuh setengah membelakangi, sementara Fan Yao berdiri seraya menjulurkan pedang yang bersinar kebiruan.
“Sepertinya kau mulai serius, dan ….” Belum sempat si pria bertopeng menyelesaikan ucapannya, Fan Yao memotongnya. “Dan kau akan mati di tanganku.”
Belum lagi hilang suara Fan Yao, tubuhnya sudah melesat melancarkan serangan yang dipenuhi energi spiritual. Pedangnya terangkat tinggi dan kecepatan langkahnya menimbulkan angin yang menderu.
Wuzz!
Pria bertopeng menyeringai dingin melihat kecepatan yang terasa lambat baginya. Ia kembali menggeser satu kaki untuk menghindarinya.
Duar!
Lontaran energi dari ayunan pedang milik Fan Yao menghantam dinding dan membuat ruang rahasia kembali bergetar keras.
“Sialan!” Fan Yao menggeram keras. Serangannya kembali digagalkan oleh lawannya dengan mudah.
jawab gitu si Fan ini tambah ngamuk/Facepalm/