NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19# Ingatannya sudah pulih

Devan begitu terkejut setelah dirinya ditampar oleh Aleena, tiba-tiba Aleena jatuh pingsan. Dengan sigap, langsung menangkap tubuhnya.

"Aleena! Aleena." Devan begitu panik sambil memanggil namanya.

"Aleena! Aleena."

Bernio juga terkejut mendapati adiknya sudah tidak sadarkan diri. Lalu meminta Fery untuk mengantarkannya ke rumah sakit.

"Aleena! Aleena, bangun, Aleena. Aleena maafkan aku, bngun, Aleena." Devan terus-terusan mencoba untuk membangunkannya, dan berharap sadar dari pingsannya.

Bernio sebagai kakaknya, pun ikutan memanggil adiknya agar cepat sadar. Ada perasaan kesal terhadap Devan, entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua hingga mereka berdebat. Ingin mempertanyakan langsung, namun masih didalam kondisi khawatir terhadap adiknya.

Dengan kecepatan yang tinggi, akhirnya sampai juga di rumah sakit. Devan langsung menggendongnya kedalam dengan langkah kaki yang begitu gesit. Kini, Aleena masih dalam penanganan. Sedangkan Devan, Bernio, juga Fery, mereka menunggunya di luar.

Bernio teringat kejadian dirumahnya yang mengakibatkan adiknya jatuh pingsan, Bernio langsung langsung melayangkan sebuah tinjauan hingga mengenai bagian rahangnya, sakit sudah pasti. Tidak hanya menonjok, tetapi juga mencengkram kerah bajunya dengan tatapan penuh amarah.

"Katakan padaku! ada masalah apa kamu sama adikku, Devan? kenapa Aleena sampai pingsan gegara berdebat dengan mu. Ayo jelaskan."

Devan mengangguk sambil meringik kesakitan, lantaran si Bernio menonjoknya dengan kuat. Bahkan, mengeluarkan daaaraah segar meski tidak begitu banyak.

"Tolong lepaskan dulu tangannya, Bos."

Bernio melepaskan tangannya.

Kemudian Devan duduk dengan tubuh yang serasa tidak berdaya karena mengingat Aleena yang kini sedang tidak sadarkan diri. Entah gimana keadaannya, tetap saja membuat dirinya khawatir. Namun, karena sudah ketahuan, akhirnya Devan mengatakan sejujurnya.

Bernio yang sudah duduk didekatnya Devan, siap untuk mendengarkan penjelasan darinya.

Devan mengatur napasnya, baru ia menjelaskannya.

"Sebenarnya Nona Aleena dulu kekasih saya."

Bernio begitu terkejut mendengar pengakuan dari seorang Devan.

"Biarkan dulu ceritanya selesai, baru Bos Bernio mengambil kesimpulannya."

Bernio cuma mengangguk pelan.

"Saya menjalin hubungan dengan Nona Aleena sejak dia masih SMA. Kami menjalani hubungan asmara tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali Mbak Sisi dan Veni, karyawan di kantor. Kami selalu bertemu di taman, tempat kami pertama kali bertemu saat saya berkunjung ke sekolahnya. Namun, saat kami janjian, Nona Aleena tidak datang. Saya berpikir bahwa dia tidak sungguh-sungguh menjalin hubungan dengan saya, mungkin hanya cinta anak sekolah. Saya memakluminya, meski sebenarnya saya berharap banyak padanya."

Bernio masih diam.

"Setelah saya mendatangi taman setiap hari dan berharap Nona Aleena datang, tetap saja tidak pernah bertemu. Saya mengenal Nona Aleena sebagai seorang gadis sederhana, dan saya percaya begitu saja. Bahkan, setiap kali saya menanyakan rumahnya, dia juga tidak pernah mau menunjukkan alamatnya. Pada saat kelulusan, Nona Aleena berjanji untuk memperkenalkan saya kepada keluarganya, namun semua itu tidak terpenuhi. Kami cukup lama tidak bertemu, dan saya mencoba untuk melupakannya, meski itu sangat sulit. Siapa sangka, saya dipertemukan kembali dengan keadaan yang berbeda. Rupanya, Nona Aleena telah kehilangan ingatannya. Saya sadar diri dengan status saya, makanya saya tidak berani untuk mengakui bahwa Nona Aleena dulunya adalah pacar saya."

Bernio yang mendengarnya, pun ada perasaan geram ketika Devan mengabaikan hubungannya dengan adiknya.

"Keluarga pasien,"

"Iya, saya." Sahut Bernio yang begitu khawatir dengan kondisi adiknya.

"Bagaimana keadaan adik saya, Sus?"

"Nona baik-baik saja, tadi sempat memanggil kakaknya, apakah Tuan kakaknya pasien? kalau iya, silakan masuk."

Bernio langsung masuk kedalam untuk melihat keadaan adiknya.

"Aleena! kamu baik-baik saja, 'kan?"

"Iya, Kak, aku baik-baik saja."

"Kamu nyari siapa? Mama masih dijalan, mungkin bentar lagi sampai. Kamu sudah ingat semuanya kah?"

Aleena mengangguk pelan. Bernio langsung memeluknya dengan erat. Tentu saja sangat bahagia ketika adiknya sudah pulih ingatannya.

"Kakak, lepasin. Kepalaku agak pusing, apa aku kena vertigo ya."

"Syukurlah kalau kamu sudah ingat semuanya, Kakak sangat senang mendengarnya. Kakak sangat khawatir tadi, takut kamu kenapa-kenapa. Kamu tidak diapa-apain kan sama Devan?"

Aleena menggelengkan kepalanya.

"Kak, maafin aku ya, dulu udah bohongin Kakak."

Bernio kembali memeluk adiknya agar lebih tenang pikirannya.

"Kakak tidak akan menyalahkan kamu, semua sudah berlalu, biarkan berlalu. Yang terpenting sekarang, kamu baik-baik saja sudah sangat cukup buat Kakak. Semua keputusan, kamu yang mutusin, bukan Kakak. Sekarang kamu sudah dewasa, mana yang terbaik buat kamu, itulah pilihan mu."

Bernio kembali melepaskan pelukannya.

"Aleena sayang, kamu kenapa pingsan tadi, Nak? Mama sangat khawatir sama kamu. Gimana keadaan kamu, baik-baik saja 'kan?"

"I-iya, Ma, tapi lepasin, Aleena gak bisa bernapas," jawab Aleena merasa engap ketika dipeluk ibunya.

Kemudian, ibunya memandangi wajah putrinya, dan berpindah mengarahkan pandangannya pada putranya.

"Kalian sedang tidak menyembunyikan sesuatu pada Mama, 'kan?" tanya ibunya bergantian menatap kedua anaknya.

"Aleena sudah ingat semuanya, Ma."

"Serius?"

Aleena mengangguk dan tersenyum.

"Syukur lah, Mama sangat senang. Akhirnya putri Mama sudah sembuh, dan bisa ingat semuanya. Maafin Mama ya, kalau Mama kurang perhatian sama kamu. Oh iya, tadi Devan pamit pulang, katanya ditelpon sama ibunya. Jadi, gak bisa nunggu lama di rumah sakit."

Aleena mendadak terdiam. Dirinya kembali teringat saat dirinya marah besar terhadap sekretaris Devan.

"Ceritakan saja sama Mama, tidak perlu kamu tutup tutupi, orangnya sudah bercerita sama Kakak. Kalau kamu yang cerita, Mama pasti akan lebih percaya ketimbang Kakak yang menceritakan semuanya." Timpal Bernio.

Ibunya merasa ada sesuatu yang telah disembunyikan oleh kedua anaknya.

"Ada apa memangnya?" tanya ibunya penasaran.

Kemudian, Aleena meraih tangan ibunya, lalu bersandar di bahunya. Pelan-pelan, Aleena membuka obrolannya. Nyonya Meli begitu fokus untuk mendengarkan penjelasan dari putrinya.

Kalimat demi kalimat, Aleena mulai bercerita dari awal. Nyonya Meli sempat terkejut mendengarnya, namun berusaha tenang dan mendengarkannya lagi.

Aleena sendiri berusaha meyakinkan ibunya kalau apa yang ia ucapkan tidak ada yang dikurangi maupun dilebihkan ceritanya. Pelan-pelan Aleena bercerita agar tidak ada yang dilewatkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!