"Oke. Dua Cinnamon Pumpkin Chai latte," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue perhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh!"
"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya ... gila, ketus banget.
Gue sempat bengong.
"Bukan gitu. Lo, kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian aja," jelas gue santai.
"Gue enggak mau minuman gratis. Skip aja!!"
Ya ampun, ribet banget hidup ini cowok?
"Ya udah, bebas," balas gue sambil mengangkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarkan, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, enggak?"
"Gue bayar dua-duanya!"
Oke, keras kepala.
"Seratus sebelas ribu," sahut gue sambil sodorkan tangan.
Dia malah lempar duit ke meja. Mungkin jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.
Masalah dia apa, sih?
────୨ৎ────
Dear, Batari Season IV
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bodyguard
Lokkie langsung berteriak histeris saat lagu favorit kita dari Zach Brown Band-Chicken Fried mulai diputar di speaker.
Hampir semua orang di Bar langsung berdiri. Gue lari bersama cewek-cewek ke lantai dansa, angkat tangan tinggi-tinggi, dan mulai goyang pinggul.
Kita menyanyikan bareng liriknya, sampai akhirnya Aslan menyusul ke lantai dansa dengan langkah sempoyongan.
Dia, sih sebenarnya enggak berbahaya, tapi memang lumayan menyebalkan, sih. Soalnya setiap kali dia bicara, dia suka banget menunduk dekat-dekat ke kuping gue dan enggak jarang menyiprat juga.
Jadi, gue dorong bahu Aslan pelan, biar agak mundur, dan pas banget, Nauru muncul entah dari mana. Dia enggak ikut joget, enggak juga bernyanyi. Wajahnya, seperti biasa, terlihat ... kesal banget.
Tiba-tiba dia merangkul tangan Aslan dari belakang, membengkokkannya pelan ke punggung, terus bisik-bisik sesuatu di telinganya. Aslan langsung kaku. Enggak lama, Gecho langsung tarik Aslan keluar dari lantai dansa. Saat gue tengok ke belakang, Nauru sudah enggak ada.
“Wah, lo dapat bodyguard seksi, tuh!” teriak Lokkie di telinga gue sambil tetap jingkrak-jingkrak.
Gue memperhatikan Aslan yang sudah kabur bareng gengnya, terus mata gue lagi-lagi bertemu sama Nauru. Ternyata dia enggak pergi. Dia sudah balik ke tempat duduknya, seperti enggak terjadi apa-apa.
Enggak ada satu orang pun di sekelilingnya yang sadar kalau barusan dia melakukan aksi. Sorot matanya tajam. Masih terlihat kesal.
Apa, sih sebenarnya masalah cowok ini?
Gue coba melupakan, lanjut dansa di beberapa lagu lagi sebelum akhirnya balik ke meja buat habiskan bir gue.
HP gue bergetar. Gue lihat layarnya, pesan yang muncul bikin pundak gue langsung tegang dan punggung gue tegak kayak sapu lidi.
...📩...
^^^Nomor tidak dikenal: Hei, Ailsa. Udah lama ya kita enggak ngobrol. Gue harap kita bisa bahas lagi hal itu. Biar semuanya jelas.^^^
Gue sering dapat pesan random kayak begitu dari nomor-nomor aneh. Tapi gue tahu banget siapa yang kirim. Gue sudah blokir nomor Jully sejak dapat surat perlindungan dari pengadilan. Tapi dia masih terus coba mencari celah.
Gue langsung masukan HP ke kantong belakang.
Gue menunduk ke meja tempat cewek-cewek pada nge-shots minuman.
“Gue pulang duluan, ya. Besok mesti bangun pagi.”
“Apaaan?!” keluh Lokkie. “Kita masih ada satu ronde lagi buat lo!”
“Minum aja tuh buat gue.” Gue cium pipinya. “Gue udah senang banget malam ini.”
“Besok pagi gue mau kopi Latte yang super enak itu, okay,” kata Karrel sambil peluk gue, “Senang banget lo balik dan tinggal di sini lagi sekarang.”
“Gue juga,” jawab gue sambil senyum.
“Besok ketemu lagi,” kata Ammy sambil ambil gelas gue dan melangsungkan isinya. “Gue yakin kita semua bakal butuh ramuan sakti lo yang selalu lo omongin itu.”
“Yesss! Jus anti-mabok ciptaan lo tuh penyelamat hidup!” timpal Lokkie. “Lo enggak apa-apa, kan, pulang sendiri?”
“Ya, santai aja. Lagian cuma dua blok dari sini, dan ini kan Royale Blossom.” Gue peluk satu per satu cewek-cewek itu sebelum melangkah ke pintu keluar. Udara di luar langsung menusuk. Gue menyesal banget pakai rok pendek.
Tiba-tiba ada suara dari belakang. Gue menolehnya cepat.
Nauru.
Perut gue langsung mengaduk, antara senang sama deg-degan. Tapi gue malah angkat alis dan pura-pura sewot. Ini cowok bikin gue panas dingin. Gue sama sekali enggak bisa menebak dia.
“Lo, ngikutin gue?”
“Kita, kan tetanggaan, Beans,” jawab dia dengan suara santai, genit banget. Dia jalan di samping gue.
Pipi gue langsung panas.
Dia manggil gue Beans?
Gue masih enggak percaya gue pernah cerita soal panggilan itu ke dia. Dan yang paling gila, dia mengingatnya.
“Pas banget ya momennya?” cengir gue. “Kebetulan banget lo pulang pas gue juga pulang?”
“Jangan terlalu banyak mikir, deh. Mending Lo traktir gue kopi.”
“Lo aja selalu nolak kopi gratisan dari gue?” balas gue.
“Mungkin gue harus dapat bayaran buat tadi itu,” katanya sambil memasukkan tangan ke saku dan memperhatikan jalan.
“Terus soal Aslan ... lo ngusir dia karena lo cuma pingin kopi gratis?”
“Aslan berengsek. Dia nempel banget sama lo, dan gue bisa lihat kalau lo udah enggak nyaman. Jadi, ya ummm ... gue cuma mau jadi tetangga yang baik.”
Kita belok ke gang kecil, dan gue berhenti buat ambil kunci dari tas.
“Gue sering lihat lo lari pagi. Kelihatan serius banget tuh latihannya,” kata gue.
Dia cuma mengangguk, dan saat gue tengok, matanya sempat turun ke bibir gue sebelum bilang, “Masuk, gih. Dingin!”
Begitulah dia.
Cowok aneh dan menyebalkan.
sampe Nauru akhirnya mau minuman gratis di cafe Ailsa 🤭
walau di cerita awal, Caspian itu adiknya tapi disini jd kakaknya, gpplah. mohon lanjutannya Thor 🙏🙏🙏🙏