Sepanas Cinta Juragan Cabe

Adelia terlihat salah tingkah saat dua orang perempuan cantik terus saja memperhatikannya sadari awal bertemu, keduanya saling lirik seakan memberikan kode lewat kedipan mata. Terlebih perempuan berwajah Oriental yang Adelia ingat mereka pernah bertemu di bengkel saat dirinya mengambil mobil.

𝙅𝙖𝙙𝙞 𝙙𝙞𝙖 𝙖𝙙𝙞𝙠 𝙘𝙖𝙡𝙤𝙣 𝙖𝙙𝙞𝙠 𝙞𝙥𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖?

"Kayaknya kita pernah ketemu ya, Kakaknya yang waktu itu ngambil mobil kan di bengkel! Iya, enggak salah lagi. Kakaknya yang ngambil mobil, jadi kakak ini calon istrinya Bang Azkha? Kenapa enggak bilang sih dari awal!" Dengan bersemangat Harumi mengingat siapa perempuan muda yang tengah bersikap malu-malu di hadapannya ini.

Dia sampai bertepuk tangan karena berhasil mengingatnya, sedari tadi Harumi terus saja mencoba menelisik wajah cantik perempuan muda yang rasanya tidak asing, mereka pernah bertemu sebelumnya.

Dan ternyata dugaannya benar!

"Aku senang kalau Abang akhirnya menikah, selamat datang dikeluarga kami ya Kakak ipar. Jangan kaget, disini memang orang-orangnya enggak ada yang kalem, ini baru sedikit nanti kalau kalian nikah makin banyak orangnya." Ais ikut berbicara, dia tersenyum tulus pada Adelia yang terlihat menganggukkan kepalanya malu-malu.

Ais paham bagaimana perasaan calon kakak iparnya ini, Adelia pasti masih merasa canggung apalagi dia juga mendengar kalau Adelia baru pertama kali ini dibawa menemui keluarga Abangnya.

Sebenarnya mereka sudah lama kenal atau baru kenal? Kenapa Abangnya baru membawa Adelia sekarang, kenapa tidak sedari dulu?

"Makasih udah mau nerima aku disini, Bunda juga bilang kalau anggota keluarganya masih banyak, jadi jangan kaget katanya nanti." Adelia mulai mencoba mendekatkan dirinya dengan anggota inti keluarga calon suaminya.

Mau bagaimanapun dia anggota baru disini walau mungkin posisinya lebih tinggi tapi tetap saja dirinya yang harus mendekat.

"Aku malah seneng tau akhirnya Bang Azkha menikah, dari dulu dia enggak pernah kepikiran mau nikah kayaknya. Keponakannya aja udah mau tujuh belas taun, harusnya Abang udah nyusul juga. Tapi kayaknya memang Abang nunggu Kak Adel deh baru mau nikah, jodoh memang sulit ditebak ya." Cetus Aisya di angguki oleh Harumi, perempuan berdarah Jepang Indonesia itu setuju dengan ucapan Adik ipar sekaligus sahabatnya ini.

Dari dulu mereka tidak pernah melihat Azkha berhubungan dengan perempuan selain saat laki-laki itu masih muda, itupun tidak berhubungan secara langsung karena rupanya perempuan yang menjadi cinta pertamanya lebih menyukai Shaka, hingga akhirnya Azkha hanya dijadikan pelampiasan.

Setelah itu tidak ada lagi perempuan yang tertampung di dalam hatinya, Azkha lebih sibuk berkebun setelah menyelesaikan sekolahnya di pesantren. Dia menghindar jauh dari yang namanya perempuan dan perjodohan.

"Semoga kita bisa jadi keluarga yang selalu ada untuk satu sama lain ya, ihhh... sayang banget sama kalian! Sayang Ara enggak ada, lama banget dia campingnya sih Ai! Om nya udah nanyain terus dari kemaren, mana Ara mana Ara, sampe penging nih kuping." Cerocos Harumi dengan suara cerewet khas yang selalu membuat Shaka mendelik kala itu.

Tapi sekarang Shaka malah tergila- gila dengan suara Harumi, tidak ada lagi setan Jepang yang ada bunga sakura indah yang manis dan menggemaskan walaupun kadang memang berubah jadi Obake.

Ais terkekeh dibuatnya, dia meraih tangan Adelia lalu menggenggamnya karena posisi mereka tidak bisa berpelukan hanya dia yang dipeluk oleh Harumi kakak iparnya yang cerewet, tapi Aisya sayang. Harumi adalah orang yang tidak pernah menganggap dirinya seorang kakak ipar, tapi teman dan sahabat masih sama seperti dulu tidak berubah.

***

Adelia menatap Parcel yang akan dibawa ke kediaman Hermanto ayah angkatnya hari ini, kedua matanya berkedip pelan saat melihat begitu banyak barang bawaan yang dipersiapkan oleh calon ibu mertuanya dan ipar-iparnya.

Padahal Adelia tidak menginginkan untuk kembali ke rumah itu tapi karena kedua calon mertuanya menginginkan hal tersebut mau tidak mau Adelia menurut.

"Gimana, apa bawaannya kurang menurut kamu? Kalau kurang kita bisa tambah lagi, Kata Bunda bawaannya masih banyak yang belum dibungkus." Ucap Azkha seraya mendekat pada Adelia yang sudah cantik dengan gaun semata kaki yang dipersiapkan oleh Sang Bunda dan adik-adiknya.

Azkha tidak menyangka kalau Bundanya dan Adik-adiknya begitu antusias menyiapkan segala keperluan mereka hari ini untuk dibawa ke kediaman Hermanto, terlebih setelah mendengar cerita bagaimana kisah hidup Adelia dari mulut Bunda Cia.

Aisya dan Harumi semakin bergejolak saja, keduanya tidak merasa lelah untuk membantu mencari seserahan dan parsel yang akan mereka bawa nanti.

"𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘢𝘸𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬, 𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘱 𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘢𝘺𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘯𝘨𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘒𝘢𝘬 𝘈𝘥𝘦𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭. 𝘉𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘶𝘱𝘢 𝘤𝘢𝘣𝘦𝘯𝘺𝘢 𝘉𝘢𝘯𝘨, 𝘣𝘢𝘸𝘢𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘵𝘶 𝘵𝘳𝘶𝘬 𝘣𝘪𝘭𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘯𝘺𝘶𝘮𝘱𝘢𝘭 𝘮𝘶𝘭𝘶𝘵 𝘭𝘦𝘮𝘦𝘴!"

Azkha menghela napas pelan saat mendengar ucapan Delila, istrinya Baron. Sepupunya itu benar-benar bar-bar sama seperti dulu, Baron saja hanya bisa memberikan kode padanya untuk diam tidak menanggapi ucapan istrinya.

Putri semata wayang Opa Gavyn itu memang tidak berubah padahal dia sudah memiliki anak seusai anaknya Aisya dan Rimba atau Arion.

Mulutnya pedas sebelas-dua belas dengan Shaka adiknya, mereka kalau bergabung bisa membentuk grup vokal cabai setan sepertinya.

Dan sekarang orang-orang itu tengah berebut pembungkus kado, Delila dan Harumi begitu antusias membungkus berkilo-kilo cabai setan yang akan mereka bawa, memang aneh-aneh saja mereka ini.

"Kamu sudah siap dan ikhlas kan dinikahin sama aku?" Ucap Azkha tiba-tiba.

Dia terus saja menatap Adelia dengan lekat, pandangan keduanya bertemu saat Adelia mengalihkan perhatiannya pada Azkha. Dia menatap laki-laki bertubuh tinggi besar di hadapannya dengan mata berkaca-kaca, perlahan kepalanya bergerak memberikan anggukan kecil penuh keyakinan.

"Kalau nanti mereka ngomong yang macam-macam aku harap Mas Azkha enggak berubah pikiran ya, aku harap keluarga Mas enggak kecewa sama perlakuan mereka. Aku takut kalau Bunda sama Ayah kecewa terus kita enggak jadi-,"

"Sssttt..., Enggak itu enggak bakalan terjadi. Mau mereka ngomong apapun tentang kamu Aku tetap pada pendirianku, Kita akan menikah minggu depan." Ucap Azkha seraya menatap Adelia dengan dalam.

Sebisa mungkin Azkha menahan diri untuk tidak bergerak mendekati calon istrinya dan memeluk perempuan muda ini. Jangan, jangan sampai kelepasan, walaupun dirinya dididik baik oleh Alkan dan Cia tapi yang namanya setan tetap saja sering datang.

Apalagi saat dirinya sedang berdua seperti ini dengan Adelia, Azkha selalu merasa ada magnet besar yang terus saja menariknya agar dirinya semakin mendekat pada Adelia. Maka dari itu Azkha ingin hubungan mereka segera dihalalkan, tidak ada penghalang haram yang bisa membuat setan bersorak kala mereka bersentuhan.

Walaupun tidak berbuat macam-macam apalagi berpikiran kotor tapi tetap saja Azkha was-was, Jiwa jantan kesepiannya sering meronta-ronta kalau melihat Adelia lebih dari tiga menit, rasanya ingin menerkam saja.

"Ayo siap-siap, sebentar lagi kita berangkat. Kamu cantik sekali pakai gaun ini, aku suka melihatnya." Azkha kembali bersuara, begitu pelan dan lembut dengan tangannya perlahan meraih jemari Adelia tanpa sadar, tuh kan setannya mulai berulah.

Ayo juragan cabe halalin sekarang juga daripada panas dingin sendiri kayak habis panen cabe setan.