NovelToon NovelToon
ANA - Terlanjur Salah Pilih

ANA - Terlanjur Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Poligami / Cinta Terlarang
Popularitas:647
Nilai: 5
Nama Author: Frans Lizzie

Ana yang baru masuk ke tempat kerja baru, terpikat dengan Aris, pemuda yang tampan, baik, rajin bekerja dan sopan. Sempat pacaran selama setahun sebelum mereka menikah.
Di tahun kedua pernikahan mereka, karakter Aris berubah dan semakin lama semakin buruk dan jahat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Lizzie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Di atas Ferry

Mereka sampai di pelabuhan Tanjung Punggur pukul 14.00.

Setelah memarkirkan motornya ke bagian penitipan kendaraan yang menginap, mereka bergegas ke loket pembelian kapal.

Rencana semula memang mereka ingin mengambil ferry tercepat berangkat untuk sampai ke Tanjungpinang. Tetapi begitu merasakan udara laut juga suara deburan ombak yang menghempas tepi pelabuhan, Ana berubah pikiran.

“Mas, jangan ambil ferry yang tercepat.” 

Tangan Ana menahan lengan Aris yang bergegas menuju loket pembelian tiket. 

“Biarkan aku menikmati suasana pelabuhan ini setengah jam saja, please…”

Alis Aris terangkat, “Kenapa? Mendadak berubah pikiran. Takut naik kapal ya?”

Ana terkekeh mendengar pertanyaan Aris. “Bukan begitu. Saat ini aku terpesona dengan lingkungan di sini. Luar biasa sekali bisa melihat laut dan mendengar bunyi air laut yang menerpa pinggiran pantai.”

Aris memajukan bibir bawahnya ketika mendengar pengakuan Ana. “Jadi mau melamun dulu melihat ke laut? Nanti jika sudah di dalam kapal pun Ana bakal bisa melihatnya. Nanti sesampai di Tanjungpinang pun akan tetap bisa melihat laut. Jadi buat apa menunggu lama di Batam. Lebih cepat sampai, lebih baik.”

Ana merasa bego dan malu. “Iya juga. Ya sudahlah. Mas Aris beli aja sekarang.”

Ana membuntuti punggung Aris sampai pemuda berhenti di depan loket pembelian tiket. Ana ikut mengintip di balik bahu Aris dengan men-jinjit-kan kakinya.

Ini adalah pengalaman pertama kalinya membeli tiket kapal buat Ana. Jadi dia cukup antusias melihat.

Petugas loket menyobek dua lembar tiket sambil menyebutkan sejumlah harga.

“Keluarkan 200 ribu,” bisik Aris kepada Ana yang di belakangnya.

Ana sejenak terpaku. Haaa?

“Ayo cepat. Harganya 200 ribu untuk PP,” desis Aris lagi. “Cepat, itu yang di belakang juga mau beli!”

Suara Aris terdengar tidak sabar melihat Ana yang slow respon.

Sambil menekan keterkejutannya, Ana segera mengeluarkan lembaran 200 ribu dari dompetnya.

Aris membayar tiket itu, menerima uang kembaliannya dan memasukkan ke saku celananya.

“Ayo kita masuk ke terminal. Sepuluh menit lagi kapal berangkat.” Aris berkata sambil melangkahkan kaki lebar-lebar ke arah lorong menuju dermaga.

Ana mengikuti sampai terminal keberangkatan. Hanya ada sedikit kursi yang kosong yang tersisa. Aris meletakkan tas Ana  lalu melepaskan ransel dari punggung. Semuanya di taruh di lantai di sebelah satu kursi kosong.

Kemudian Aris duduk menghempaskan dirinya ke satu kursi yang kosong itu.

Ana termangu. 

Ooo bukan aku yang dipersilakan duduk ya, tanya Ana dalam hati. 

Ah, budaya ‘ladies first’ itu budaya Barat. Orang Indonesia, mah bukan seperti itu budayanya. Di Indonesia, budaya patriarki-nya masih kental, argumen Ana dalam hati.

Jadi walau Mas Aris ini orang hotelier. Asal muasal dia kan dari.. Kediri? Mungkin dia masih membawa sifat bawaan dari kampungnya, Ana terus berdebat di dalam hatinya.

“Tuh, Ana. Kalau mau lihat-lihat laut ada kesempatan. Pergi saja itu dekat pagar. Aman kok. Masih ada waktu.” Aris berkata sambil menunjuk ke arah pagar putih. “Sekarang sedang pasang airnya.”

Dari sana Ana bisa melihat laut juga pulau yang tak terlalu jauh. Indah sekali, seperti lukisan-lukisan pemandangan laut yang pernah Ana saksikan di pameran lukisan yang digelar di Yogya.

Dengan takjub Ana menghampiri pagar. Matanya memandang air laut yang berwarna bening dengan bebatuan besar besar di bawah. Bahkan Ana bisa melihat ikan-ikan berukuran kecil dan sedang berenang-renang di bawahnya.

Wah, Ana sungguh takjub. Di Yogya, mana ada pemandangan seperti ini. Sungguh di Batam, hasil laut berlimpah.

Ketika Ana sedang asyik menatap pulau yang tak terlalu dekat namun juga tak terlalu jauh itu, ia mendengar namanya dipanggil.

“Ana,” panggil ke Aris cukup lantang. “Ayo bersiap. Pintu sudah mau dibuka.”

Ana bergegas mengikuti Aris. Ia bahkan meminta tasnya dari tangan kiri Aris, karena Aris masih harus menunjukkan tiket kepada petugas ketika hendak menaiki kapal. Dan Aris langsung memberikan tas itu. 

Tentu akan merepotkan menunjukkan tiket dengan membawa-bawa tas jinjing, pikir Ana. Makanya Mas Aris pakai ransel. Yah, dia lebih pengalaman daripada dia. Tentu saja.

Diam-diam dia bersyukur pada Tuhan, akhirnya bisa bepergian mengeksplorasi tempat-tempat baru. Antusiasme dan semangat Ana melonjak tinggi.

Drama kecil soal  ia yang harus membayar biaya perjalanan ke Tanjungpinang, maupun soal duduk di terminal itu sudah dianggap angin lalu. 

Ya, bukankah dia yang menginginkan untuk melihat-lihat Tanjungpinang. Udah syukur ia mau menemani.

Ah, apalah kau ini, maki Ana dalam hati. Janganlah engkau ini suka GR hati. Aris itu cuma sekedar pria yang baik hati dan suka menolong. Bukanlah ia suka sama kamu.

Ana tersenyum dalam hati mendengar suara-suara di dalam pikirannya.

Sehari-hari bergaul dengan Tiur, jadi kebawa juga gaya Batak dalam bahasa pergaulannya.

Jembatan bergerak sudah di pasang. Aris dan Ana adalah penumpang ke lima yang memasuki geladak kapal.

“Mau duduk di mana,” tanya Aris lembut.

“Dekat jendela,” kata Ana sambil menunjuk yang berada di kursi ketiga dari depan. “Aku duduk yang dekat jendela ya. Biar bisa lihat laut.”

“Oke. Silahkan lihat laut puas-puas selama satu jam. Aku bisa tidur dulu,” senyum Aris yang sudah kembali hangat dan menyenangkan. Tak seperti ketika mereka akan membeli tiket tadi.

Dan mereka pun duduk sesuai dengan keinginan Ana. 

Ana menatap laut juga pulau ada agak jauh. Menatap langit yang berbatasan dengan air laut. Menatap ferry-ferry yang melintas. Melihat burung-burung berbulu putih dengan paruh yang panjang berenang di laut. Oh, indahnya.

Ana menolehkan kepalanya ke arah Aris untuk bertanya, karena ingin tahu burung apa itu yang berwarna putih di laut.

Tapi Aris tampak sudah tertidur. Wajahnya terlihat damai.

Oh ya sudah, kata Ana dalam hati. Mungkin capek dia, karena harus meluangkan waktunya 3 hari untuk menemaninya. Ya, seharusnya dia tahu berterima kasih. 

Tiba-tiba Ana teringat janjinya dengan Hendra.

Ana menepuk jidatnya dengan pelan, menyesali keteledorannya.

Hendra kan sudah pesan agar Ana menginformasikan jam keberangkatan ferry begitu ia sudah mendapatkan tiketnya. Ini malah sudah di dalam kapal yang sudah meluncur.

Ana mencoba menghubungi Hendra berkali-kali. Tapi sulit tersambung. 

Dari indikator pada hpnya terlihat jaringan yang cukup buruk. Agaknya berada di tengah laut membuat sinyal hp terganggu.

Ana menghela napas pelan. 

Terpaksa dia mengirim pesan text untuk menginfokan jam ferry yang dia ambil. Semoga bisa terkirim dan terbaca oleh Hendra. Ana masih memaki-maki dirinya sendiri yang begitu mudah melupakan sahabat begitu saja.

Mentang-mentang sudah berhasil bepergian dengan pujaan hati, si Aris. Lalu dia menyepelekan ketulusan dan kebaikan hati Hendra. Bagaimana pun Hendra dan Dita adalah sahabat -sahabat pertamanya yang berjasa membuat Ana cepat beradaptasi di tempat kerja barunya.

Setelah setengah jam Ana memperhatikan laut dan mendengarkan ombak memecah di badan kapal, Ana mulai bosan. 

Aris sudah tidur lelap sejak kapal bergerak. Jadi tidak ada pula yang bisa diajak bercakap-cakap.

Tak lama kemudian Ana juga jatuh tertidur. Kepalanya menyender ke kaca kapal.

Bagaimana pun juga ia masih wanita yang konservatif. Jadi tak mungkin dia bertingkah aneh-aneh dengan berpura-pura jatuh tertidur di bahu Aris.

1
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak , bikin penasaran
strawberry 27
di tunggu keseruan selanjutnya author
strawberry 27
Klo Aris tidak ada niat buruk ke Ana, dan niat nya tulus nganterin Ana liat² Batam, tidur di rumah Hendra pasti mau, ini Aris sudah pertama ke Tanjung Pinang ,Ana yg bayar i , SPT nya gue tau niat busuk Aris apalagi KLO bukan pingin melancarkan aksi nya di hotel sama Ana
strawberry 27: salah paham sy dgn author nya, maksud sy bukan pertama x Aris ke Tanjung Pinang tapi ,dari awal yg Aris minta duit 200 ribu buat bayar PP itu lho hehehe,,,
total 2 replies
strawberry 27
Wah Aris ada mau nya sama Ana tu, sudah ke Tanjung Pinang minta di bayar i , e Hendra baik banget nawari bermalam di rumah nya di tolak, hati² Ana , si Aris ada niat busuk ke Ana, Aris pasti pingin nginep di hotel berdua an sama Ana, dah gitu x aja Ana yg di suruh bayari hotel bukan itu aja, Aris punya niat buruk ke Ana , Ana hati². sama Aris buaya darat
strawberry 27: iya bikin penasaran aja si Aris mau ngapain ke Ana 🤭🤭
total 3 replies
strawberry 27
waduh si Aris kok pelit ,nggak bayari Ana yg 200 ribu buat ke TP😠
strawberry 27: Aris ternyata cuma pingin menaklukkan Ana doank, habis itu ya sudah
total 4 replies
Frans Lizzie
Terima kasih buat dukungannya.😍😍
strawberry 27
lanjut kak,,,nunggu in nich
strawberry 27
wah ,,Tiur perlu bingit blajar basa Jawa thor biar makin seru KLO ngobrol bareng 😄
strawberry 27
di tunggu kelanjutannya kak, seru nich. bikin penasaran
strawberry 27: sama² kak 🙏
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!