Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.
Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.
Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:
Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.
Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.
Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.
Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7 Keputus Asaan Xi Shi
Awan hitam menggulung di atas langit Klan Bunga Persik.
Suara gemuruh terdengar, bukan dari badai—
melainkan dari aura para kultivator yang memenuhi langit.
Siluet besar tengkorak merah menyala di angkasa seperti tanda kedatangan maut.
Hong Ju, Patriak Klan Tengkorak Merah, berdiri di atas awan darah bersama dua tetua tersisa:
Tetua Pertama: Hei Fu — ahli racun tulang
Tetua Kedua: Mo Lang — ahli serangan jiwa
Di bawah sana, ribuan bala tentara Tengkorak Merah berdiri berbaris.
Masing-masing memegang tombak tulang dengan mata liar haus darah.
Hong Ju memperkuat suaranya dengan kekuatan kultivasi:
"XI BONG! KELUAR DAN TEMUI AKU!"
Suara itu mengguncang seluruh bangunan klan,
seakan menekan hati semua orang yang mendengarnya.
Tak lama, dari dalam klan, para tetua muncul bersama Patriak Xi Bong dan Xi Shi yang berdiri di samping ayahnya.
Xi Bong menatap tajam tanpa gentar.
Hong Ju mengangkat tangan, aura Ranah Leluhur menyebar seperti kabut kematian.
“Serahkan Xi Shi dan pemuda misterius yang membunuh Tetua Ketiga kami! Jika tidak…”
“Aku akan kubur klanmu KINI JUGA!”
Para tetua Bunga Persik maju melindungi Sang Patriak.
Tetua Jiu menanggapi:
“Tetua ketiga kalian tewas karena menyerang kami terlebih dahulu!
Jangan memutarbalikkan kenyataan!”
Xi Shi menggertakkan gigi.
Matanya gelisah mencari ke segala arah—
Namun Xio Lun tidak terlihat.
Tidak ada aura.
Tidak ada jejak.
Seolah benar-benar ditelan bumi.
Xio Lun… dimanakah kamu…?
Dia memegang pedangnya erat.
Getaran halus di jarinya adalah campuran rasa takut dan harap.
Hong Ju tersenyum sinis melihat kegelisahan Xi Shi.
“Serahkan!
Xi Shi dan pemuda itu adalah milik kami!”
Xi Bong akhirnya menjawab lantang:
“Selama aku Xi Bong masih hidup…
Satu jari pun dari putriku tidak akan kau sentuh!”
Hong Ju meraung marah, aura darahnya meledak.
“Kalau begitu… MATI!!”
⚔️ Pertempuran Dimulai
Dua pasukan saling menerjang.
Langit dan bumi berguncang, pohon dan bangunan berterbangan.
Tetua Mo Lang melepaskan Serangan Jiwa Tengkorak—
Mengubah ketakutan menjadi maut.
Tetua Bunga Persik menahannya dengan formasi pedang bunga persik.
Tetua Hei Fu melemparkan racun tulang yang menghitamkan udara.
Serangan-serangan itu menelan prajurit dari kedua belah pihak.
Banyak tetua Bunga Persik terluka parah.
Namun mereka bertahan…
mereka tidak menyerah.
Di tengah kekacauan,
Xi Shi menghindar dari tombak musuh.
Sambil berteriak:
“Xio Lun! Dimana kamu!?”
“Aku… butuh kamu…”
Tapi hanya ada suara ledakan dan teriakan penjagal.
Jawaban itu tak pernah datang.
⚡ Duel Patriak: Kaisar vs Leluhur
Di langit tertinggi, Xi Bong berhadapan langsung dengan Hong Ju.
Hong Ju menekan dengan kekuatan Ranah Leluhur yang beringas—
tapi alirannya kasar dan tak stabil.
Xi Bong, Ranah Kaisar, aura bersih, padat, dan tajam.
Gerakannya stabil seperti gunung yang takkan runtuh.
Hong Ju terkejut ketika serangannya ditepis dengan mudah.
“Mustahil! Aku Leluhur! Bagaimana kau bisa—”
Xi Bong menukas:
“Kekuatan palsumu tidak layak disebut Ranah Leluhur!”
Serangan Xi Bong menghantam dada Hong Ju keras.
Hong Ju terlempar dan muntah darah.
Matanya melebar,
akhirnya ia paham:
Dia kalah. Dan akan mati.
👤 Pengintai Dari Kegelapan
Tiba-tiba…
Langit semakin gelap.
Awan hitam menggulung seperti pasukan iblis turun ke dunia.
Di balik awan itu,
sepasang mata memandang dingin dan menghakimi.
Tetua Klan Misterius.
Ia menekan udara sedikit saja…
BRAAAK!!!
Xi Bong tiba-tiba gemetar.
Sebuah kekuatan tak terlihat menekan tubuhnya kuat sekali.
Hong Ju lolos dari maut.
Tetua misterius berbisik dari kejauhan:
“Hong Ju…
Ingat tujuanmu.
Dapatkan Xi Shi… atau klanmu hilang dari muka bumi.”
Hong Ju bernafas terengah—
namun sekarang tatapannya menjadi lebih gila.
😭 Xi Shi Putus Asa
Xi Shi berlumur darah, memotong musuh yang mencoba menangkapnya.
Ia berteriak lagi:
“Xio Lun… Kumohon… muncul lah…”
Air mata bercampur debu menetes di wajahnya.
Namun harapan itu tetap hampa.
Karena pada saat yang sama…
🩸 Xio Lun — Di Dunia Terasing
Tanpa mengetahui apa yang terjadi…
Di dasar hutan terlarang Benua Tengah,
Xio Lun duduk bersila dalam pusaran energi.
Tubuhnya seperti ditempa oleh palu iblis:
Tulang retak lalu menyatu kembali
Otot koyak lalu mengeras
Aura naga meraung di dalam sumsum tulangnya
Satu tulang demi satu tulang…
Perunggu → Perak → Besi → Emas → Berlian Naga
Sakitnya seperti ribuan naga menggigit tulangnya dari dalam.
Namun Xio Lun menggigit bibir—
“Jika aku ingin melindungi…
Aku harus kuat…”
Dia tidak tahu…
Bahwa orang yang ingin ia lindungi—
sedang menjerit memanggil namanya.
🩸 Darah Para Tetua Mengalir
Tetua Jiu dari Bunga Persik terlempar dan tewas seketika.
Tetua lain menyusul satu per satu.
Pasukan pertahanan hancur.
Bendera Klan Bunga Persik jatuh ke tanah.
Sementara Hong Ju memerintahkan:
“Tangkap Xi Shi!
Bunuh yang menghalangi!”
Xi Shi tertangkap dalam kondisi lemah dan penuh luka.
“Lepaskan aku! Ayah!!”
Xi Bong menjerit dalam keterpurukan:
“Anakku!!!!”
Hong Ju menertawakan keputusasaannya Xi Bong