Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab19
Satu minggu sudah Avica menjadi seorang istri sekaligus ibu. Di pagi hari dirinya sudah sibuk berkutat didapur untuk masak sarapan untuk Abizar dan Alula. Semenjak dirinya menikah dia lah yang memasak makanan untuk Abizar dan Putrinya itu meski pun sudah ada pembantu. Karena menurutnya itu sudah menjadi tugasnya.
"Non, biar bibi bantu." Tawar bi Ima.
"Tidak usah, bi. Biar saya saja. Lagian ini juga sudah mau matang kok masakannya." Tolak Avica dengan halus. "Bibi, ngerjain yang lain aja. Masalah memasak itu urusan saya." Ucap Avica lagi.
"Baik, non."
Masakan telah matang dan tinggal menyiapkannya di meja makan. Avica menatanya sendiri satu persatu. Lalu ia bergegas pergi ke kamar untuk membersihkan diri setelah itu baru membangunkan Abizar kemudian Alula putrinya.
"Mas, bangun ini sudah pagi." Ucap Avica sambil menggoyangkan pundak Abizar.
"Iya." Abizar menyahutinya meskipun matanya masih terpejam.
"Air nya sudah saya siapkan mas. Nanti keburu dingin. Saya kekamar Alula dulu." Ucap Avica lagi. Sebelum pergi Avica menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Abizar terlebih dahulu untuk pergi kekantor.
"Heemm."
Setelah mendengar sahutan lagi dari Abizar barulah Avica pergi ke kamar Alula untuk membangunkan anak itu lalu memandikannya.
"Alula sayang, bangun yuk." Bisik Avica tepat di samping telinga Alula sambil mengusap rambut anak itu.
"Sayang, bangun yuk. Ini sudah pagi loh." Ucapnya lagi.
Alula pun menggeliat lalu membuka matanya. "Mama." Kata pertama yang muncul dari mulut anak itu.
"Yuk bangun, lalu mandi. Setelah itu kita sarapan bersama. Mama sudah masakin makanan kesukaan Lula." Bujuk Avica pada anak itu. Alula pun bangun lalu dengan manjanya meminta gendong pada Avica untuk dibawanya ke kamar mandi.
Avica pun memandika Alula dengan telaten dan sabar. Selesai mandi Avica juga memakaikan baju Alula kemudian merapikan rambutnya. Baru setelah itu mereka turun ke bawah untuk sarapan bersama.
Sempainya di meja makan ternyata sudah menunggunya disana. Tetapi Abizar belum menyadari kedatangan istri dan anaknya itu sebab dia sibuk dengan handphone nya.
"Papa." Panggilan Alula menyadarkan Abizar.
"Iya sayang. Ada apa?" Tanya Abizar.
"Kenapa papa setiap bekerja pulangnya selalu malam?" Tanya Alula balik.
"Kan papa lagi banyak kerjaan sayang." Jawab Abizar memberi pengertian pada sang anak.
"Kalau papa selalu pulang malam terus jadi enggak bisa makam malam bersama. Kasian mama Ica, pa. Udah masak banyak-banyak tapi papa enggak pulang-pulang." Ucapan Alula itu membuat Avica merasa terharu. Bagaimana mungkin bocah sekecil itu sangat perhatian padanya. Padahal dirunya bukan lah ibu kandungnya.
"Maafkan papa sayang, lain kali kalau pekerjaan papa tidak banyak papa akan pulang cepat supaya kita bisa makan malam bersama." Ujar Abizar pada putrinya.
"Kalau mau minta maaf sama mama, pa." Ucap anak itu dengan menunjukkan ekspresi nya yang sangat lucu.
"Baiklah. Ica maafkan saya." Ucap Abizar kaku. Karena hal itu sangat jarang Abizar lakukan meminta maaf langsung pada orang lain.
"Tidak apa-apa mas." Jawab Avica tak enak.
Sarapan pun dimulai, pertama-tama Avica mengambilkan nasi dan lauk untuk Abizar. Kemudian ia mengambil makanan untuk Alula setelah itu barulah dirinya. Sekarang Alula tidak ingin makan disuapi lagi. Karena anak itu merasa jika dirinya sudah besar. Hal itu membuat Abizar bangga karena perkembangan anaknya itu begitu pesat sejak mengenal Avica.
Abizar telah menyelesaikan makan nya. Kemudian ia merogoh saku celananya mengambil dompet nya lalu membukanya. Kemudian ia mengambil satu kartu untuk ia berikan pada Avica.
"Ini buat kamu. Anggap saja itu sebagai nafkah dari saya." Ucap Abizar sembari menyodorkan kartu black card pada Avica.
Avica ragu untuk menerima nya. Abizar yang melihat ada keraguan dimata Avica pun bersuara. "Kamu itu istri saya. Meskipun kita belum saling cinta tapi itu sudah kewajiban saya untuk memberimu nafkah." Ujarnya lagi.
Mendengar penuturan Abizar tadi Avica jadi berpikir jika suatu saat nanti Abizar akan mencintainya. Begitu pun dengan dirinya. Meskipun kini rasa itu mulai tumbuh tetapi Avica tidak mau berharap lebih. Cukup Abizar mau bertanggung jawab atas kehidupannya sekarang Avica sudah bersyukur.
"Baiklah mas, saya terima." Avica mengambil kartu itu lalu menyimpannya didalam saku terlebih dahulu.
"Kamu tidak perlu mengirim uang kepada keluarga mu lagi. Karena setiap bulannya saya yang akan mengirim uang untuk keluarga kamu juga untuk biaya sekolah adik kamu." Ucap Abizar sebelum ia berangkat bekerja.
Avica bersyukur ternyata suaminya itu juga perduli dengan keluarga nya.
"Terima kasih, mas. Karena sudah mau peduli dengan keluarga saya." Ucap Avica pada Abizar.
"Itu sudah tugas saya. Kalau begitu saya berangkat dulu." Ucap Abizar.
"Alula salim dulu sama papa, nak." Ujar Avica pada anaknya itu. Anak itu pun menurut lalu menghampiri sang papa dan mencium tangannya.
"Alula tunggu disini dulu ya, selesai kan makan nya. Mama antar papa sampai depan dulu." Ucap Avica lagi.
Lalu Avica mengantarkan suami nya sampai di depan pintu. "Mas, hati-hati dijalan." Ucap Avica pada Abizar lalu mencium punggung tangan suaminya itu.
Mobil yang dikendarai Abizar mulai keluar dari pintu gerbang. Hari ini Abizar memilih untuk mengendarai mobilnya sendiri. Saat mobil yang dikendarai Abizar sudah tidak terlihat lagi Avica masuk kedalam untuk menghampiri Alula yang sedang menyelesaikan makan nya.
"Makan nya sudah selesai, nak?" Tanya Avica pada Alula.
"Tinggal sedikit lagi, ma." Jawab anak itu.
"Baiklah, selesakan dulu makan nya." Ujar Avica. Alula hanya mengangguk.
Alula pun telah menyelesaikan makan nya. Kini Avica sedang membereskan sisa makanan mereka tadi.
Sedangkan dikantor Rangga, pria itu sedang sibuk menandatangi berkas-berkas penting. Tiba-tiba pintu ruangannya dibuka tanpa diketuk. Siapa lagi pelakunya jika bukan Sely sang kekasih.
"Hay, sayang." Sapa Sely pada Rangga. "Apakah aku mengganggu waktumu?" Tanyanya.
"Tidak, baby. Kamu itu sangat berhaga. Jadi tidak mungkin kamu menggangguku jika hanya berkunjung kesini." Ucap Rangga membuat pipi Sely bersemu merah.
"Benarkah? Jika aku memang berharga kapan kamu akan menikahiku?" Tanya Sely pada kekasih nya itu.
"Sabar lah dulu, baby. Aku masih nyaman dengan hubungan kita yang sekarang. Aku belum ingin pusing memikirkan pernikahan." Jelas Rangga.
"Kenapa begitu? Kita menjalin hubungan sudah cukup lama. Kenapa kamu belum ingin menikahiku?" Tanya Sely lagi. Wanita itu tidak terima dengan mantan suaminya yang telah menikah lagi. Jadi ia juga ingin menunjukka bahwa diri nya juga bisa. Tetapi niatnya meminta sang kekasih untuk menikahinya itu salah. Karena Rangga dengan gampangnya mengatakan telah merasa nyaman dengan hubungannya yang tanpa ada ikatan pernikahan itu.
"Baby, kita nikmati dulu hidup kita, kita jalani dulu hubungan ini. Nanti jika sudah saatnya aku akan menikahimu." Bujuk Rangga.
Ucapan Rangga barusan membuat keraguan di hati Sely. "Apa jangan-jangan kamu memang tidak ingin menikahi ku, dan hanya memanfaatkan tubuhku saja?" Tanya Sely penuh selidik.
"Bukan begitu, baby. Aku benar-benar mencintaimu. Percayalah!" Elak Rangga meyakinkan kekasihnya. Pria itu memang belum ingin menjalani komitmen pernikahan. Dia masih ingin menikmati hidupnya sebelum menikah.
"Baiklah, aku percaya padamu." Dengan gampangnya Sely luluh kembali pada ucapan Rangga.
"Oke, tunggu aku sebentar. Nanti kita makan siang besama!" Pinta Rangga. Sely pun mengangguk.
Untuk mengusir kebosenan nya ketika menunggu sang kekasih, Sely memilih untuk memainkan handphone nya. Dia membuka akun media sosialnya. Karena sudah lama ia tidak melihatnya. Hingga tidak sengaja ia melihat pemberitaan tentang pernikahan mewah mantan suaminya yang digelar beberapa hari yang lalu. Wanita itu mengamati wajah perempuan yang sedang bersanding dengan Abizar itu. Hingga dengan PD nya Sely membandingkan dirinya dengan Avica.
"Kalau dilihat-lihat cantikan juga aku. Dasar Abizar bodoh." Gumamnya pelan.
"Ada apa, baby?" Suara Rangga mengagetkan.
"Coba lihat istri baru Abi! Tidak sepadan dengan ku." Ucapnya pada Rangga.
Rangga melihatnya juga mengamati wajah Avica yang ada dilayar handphone Sely. Hingga satu kata muncul di dalam hatinya "Cantik."
Rangga tidak berani mengucapkannya secara langsung karena ia sadarnya disampingnya ada sang kekasih.
"Biarkan saja. Lebih baik kita pergi untuk makan siang saja." Ajak Rangga.
"Baiklah." Sely pun berdiri lalu menggandeng tangan Rangga. Lalu mereka melangkah bersama keluar dari ruangan tersebut untuk menuju parkiran yang ada di bawah gedung ini.