Lamha yang masih dalam keadaan berduka karena kehilangan bayinya kini dihadapkan dengan keadaan sulit dimana pemilik kontrakan tempatnya menyewa rumah memaksa Lamha untuk segera mendapatkan uang dalam waktu satu malam.
Dan akhirnya takdir membawanya kepada keluarga Graham. Lamha bekerja disana sebagai ibu susu baby A yang juga baru saja kehilangan ibunya. Pada suatu hari Lamha diminta pulang oleh ibunya dikampung, karena akan ada seorang lelaki yang akan mempersunting Lamha. Dengan berat hati Tuan El (Ayah baby A) terpaksa menikahi Lamha agar tetap berada disisi baby A yang sudah sangat ketergantungan kepada Lamha.
"Aku menikahimu karena baby A sangat membutuhkanmu, maka jangan pernah mengharapkan apa-apa dari pernikahan konyol ini." tuan El.
"Aku menikah denganmu ikhlas karena Allah. Jika kita berjodoh dan ditakdirkan bersama maka cinta akan tumbuh dengan sendirinya." Lamha.
Bagaimana kisah perjalan cinta mereka? apakah Lamha berhasil meluluhkan tuan El yang ternyata sudah memiliki kekasih bernama Mia. Ikuti kisahnya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRATA_YUDHA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu Pada Orang Mati
Setelah beberapa saat kemudian, Mia akhirnya tenang dan diantar pulang ke apartemennya oleh supir tuan El.
"Tuan, maaf ini dari nyonya" ucap Ron seraya memberikan kotak bekal yang dititipkan Lamha padanya.
"Simpan saja diatas meja." ucap tuan El yang tengah memijit keningnya.
"Tadi nyonya mendengarnya tuan." ucap Ron yang sebenarnya merasa kasihan kepada istri bosnya itu.
"Mendengar apa?" tanya tuan El yang kini menatap matanya.
"Tadi nyonya sempat kembali karena terlupa memberikan kotak bekal itu dan saat anda mengatakan...." Ron tak melanjutkan ucapannya saat melihat wajah tuan El yang mulai pias.
"Sial!!" umpat tuan El lalu bergegas meninggalkan ruangan itu dan meminta Ron untuk menghandle semua pekerjaannya.
Beberapa saat kemudian...
Sesampainya dirumah, tuan El langsung mencari Lamha dikamar baby A, tapi ternyata tidak ada. Lalu mencarinya ke semua ruangan tanpa terlewat satupun Lamha tetap tak juga ditemukan.
"Ada apa El?" tanya mama Grace yang melihat kerisauan diwajah putranya.
"Lamha mana ma?" tanya Tuan El.
"Bukannya tadi ke kantor?" tanya mama Grace.
"Itu... jadi Lamha belum pulang kerumah?" tanya tuan El yang kini bertambah khawatir.
"Belum" jawab mama Grace.
"Sial!!" umpat tuan El. Lalu dengan cepat menghubungi supir yang mengantar Lamha pulang.
"Telfon siapa?" tanya mama Grace.
"Pak Jaka" jawab tuan El.
"Pak Jaka sudah kembali sejak tadi." jawab mama Grace.
"Whatt!!? Lalu Lamha dimana?" tanya tuan El panik.
"Coba telfon." bujuk mama. Tuan El langsung memencet nomor Lamha dan setelah beberapa panggilan, Lamha tak juga mengangkat panggilan darinya.
"Ma, coba mama yang telfon." pinta tuan El. Mama Grace segera mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Lamha. Dan baru satu kali panggilan, Lamha sudah mengangkatnya.
"Halo..."
"Halo Lamha, kamu dimana? kenapa tidak langsung pulang? Kirimkan alamatmu sekarang, aku akan menjemputmu!" ucap tuan El yang langsung merebut ponsel itu dari mama Grace.
"Lamha sedang berziarah dimakam mas Maulana dan Ibrahim (Anak Lamha yang meninggal)" jawab Lamha lirih.
Deg
Entah kenapa tuan El merasakan sakit saat mendengar Lamha mengunjungi makam mantan suaminya. Masa iya dia cemburu pada orang yang sudah meninggal?
"Dimana alamatnya? kirimkan, aku akan menjemputmu!" titah tuan El.
"Tidak usah, Lamha naik taxi online saja." tolak Lamha.
"Jangan membantah! kirimkan alamatnya dan tunggu disitu!" bentaknya.
Lamha yang mendengar bentakan suaminya hanya bisa mengelus dada. Lalu menyebutkan alamat pemakaman umum tempat suaminya dikebumikan. Setelah itu mereka mengakhiri sambungan telfonnya. Tuan El sendiri bergegas kemobilnya dan meluncur ke tempat Lamha berada.
Sementara Lamha memandangi nisan mantan suaminya dengan tatapan dalam.
"Lamha rindu sama mas maulana." lirih Lamha dengan mata sendunya. Setelah puas melepas rindu dan memanjatkan do'a untuk anak dan mantan suaminya, Lamha beranjak meninggalkan tempat itu dan menunggu tuan El diparkiran. Tidak lama yang ditunggu datang.
"Ayo pulang!" ucap tuan El ketus. Lamha tak menjawab dan langsung masuk kemobil tuan El, lalu memilih duduk dibelakang.
"Aku bukan supirmu! aku suamimu! duduk didepan!" sentak tuan El. Lamha tak habis fikir, kenapa jadi taun El yang marah-marah? habis kerasukan jin dari mana dia? tapi karena tak mau memperbesar masalah, Lamha akhirnya mengalah dan pindah duduk didepan, disamping suaminya.
"Kenapa tidak izin kalau mau kesini?" tanya tuan El. Lamha diam tak menjawab. Memang itu kesalahannya, pergi tanpa izin suami, itu sebuah dosa. Tapi bagaimana jika suaminya seperti tuan El? yang menganggap pernikahan hanya sebuah kesepakatan.
"Jawab Lamha!" bentak tuan El yang tersulut emosi karena Lamha hanya diam saja.
"Maaf. Lamha hanya rindu dengan mas Maulana." ucap Lamha tanpa menghiraukan tuan El yang kini sudah kembang kempis menahan amarahnya saat mendengar Lamha merindukan pria lain.
"Cih! orang yang sudah mati dirindukan! mau kamu menangis darah pun dia tetap tak akan hidup lagi!" cibir tuan El.
"Siapa tahu Allah turunkan jodoh seperti mas Maulana setelah kita bercerai." ceplos Lamha. Tentu saja ucapannya itu memantik emosi tuan El yang sejak tadi sudah menahan cemburu level siaga.
"Apa kamu bilang? kamu bilang apa tadi!" tanya tuan El dengan nada dingin. Dari suranya terdengar suatu kemarahan yang besar membuat Lamha bergidik ngeri.
"Itu..."
Tuan El mengemudikan mobil itu dengan kecepatan tinggi, namun bukannya pulang kerumah dia malah mampir kesebuah hotel.
"Mau apa kesini tuan?" tanya Lamha. Tuan El tak menjawab dan malah menarik paksa tangan Lamha untuk mengikutinya. Setelah memesan sebuah kamar, tuan El membawa Lamha ke kamar yang dipesannya itu. Dan disinilah mereka berada, dikamar hotel yang sepi tak ada siapapun disana.
"Kenapa malah kesini, kenapa tidak pulang?" tanya Lamha.
"Memangnya kenapa? kamu tidak suka berduaan denganku dan lebih suka berduaan dengan mantan suamimu yang sudah menjadi tanah itu!? iya!" tanya tuan El dengan menggebu.
"Iya! Lamha lebih suka berduaan dengan segunduk tanah yang semasa hidupnya tak pernah menyakiti hati Lamha sedikitpun, yang semasa hidupnya selalu memperlakukan Lamha dengan lembut. Segunduk tanah itu dulunya hanya seorang pria miskin, tapi dia bisa memperlakukan istrinya sebagai ratunya." ucap Lamha dengan mata berkaca. Bukannya sadar, tuan El malah makin cemburu karena Lamha terus memuji mendiang suaminya itu.
"Oh, begitu? kamu membandingkan aku dengan dia? kamu benar-benar istri durhaka! buka saja cadarmu itu! tidak sopan pada suami sendiri!" ucap tuan El dengan mata memerah.
"Kalau begitu ceraikan saja istri durhakamu ini." ucap Lamha dengan mata berkaca.
"Ck!! sebegitu inginnya kamu berpisah denganku? apa karna kamu berharap mendapatkan pria lain yang mirip suamimu itu setelah bercerai dariku?" tanya tuan El.
"Ya! tentu saja." jawab Lamha mantap.
"Jangan mimpi! karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" ucap tuan El yang kini mencekal lengan Lamha dengan kuat lalu melepar tubuh Lamha keatas kasur.
"Tuan mau apa?" tanya Lamha yang kini tubuhnya sudah tersungkur diatas kasur dan melihat tuan El mulai membuka pakaiannya sendiri.
"Anda mau apa?" tanya Lamha ketakutan.
"Kenapa? apa kamu takut? kamu tidak mau melayani suami kamu sendiri?" tanya tuan El menyeringai.
"Tidak! aku tidak sudi! aku tidak mau melayani suami sepertimu!" ucapnya dengan menggeleng.
"Cih! jangan munafik! aku tahu kamu juga menikmatinya, tadi malam jelas-jelas kamu mendes*h dan merintih kenikmatan dibawah tubuhku." ucap tuan El.
"Tolong jangan lakukan itu... aku tidak mau! aku tidak mau!" ucap Lamha yang terus menggeleng dan memberontak. Tuan El tak perduli dan justru malah nekad melanjutkan aksinya untuk 'memakan' Lamha saat ini juga.
🍁🍁🍁🍁🍁
Jangan lupa like komentar dan vote ya.