Romlah tak menyangka jika dia akan melihat suaminya yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, bahkan sahabatnya itu sudah melahirkan anak suaminya.
Di saat dia ingin bertanya kenapa keduanya berselingkuh, dia malah dianiaya oleh keduanya. Bahkan, di saat dia sedang sekarat, keduanya malah menyiramkan minyak tanah ke tubuh Romlah dan membakar tubuh wanita itu.
"Sampai mati pun aku tidak akan rela jika kalian bersatu, aku akan terus mengganggu hidup kalian," ujar Romlah ketika melihat kepergian keduanya.
Napas Romlah sudah tersenggal, dia hampir mati. Di saat wanita itu meregang nyawa, iblis datang dengan segala rayuannya.
"Jangan takut, aku akan membantu kamu membalas dendam. Cukup katakan iya, setelah kamu mati, kamu akan menjadi budakku dan aku akan membantu kamu untuk membalas dendam."
Balasan seperti apa yang dijanjikan oleh iblis?
Yuk baca ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BDN Bab 18
Bibir putrinya belepotan dengan darah, bahkan sampai dagu, leher dan juga dadanya. Bau amis tercium begitu menusuk, tetapi anehnya putrinya tetap anteng menyesap ujung dada Romlah.
Cairan merah yang keluar dari ujung dada wanita itu terlihat begitu deras dan begitu dinikmati oleh Ayu, ini merupakan hal yang janggal. Sugeng sangat takut sekali dengan apa yang dia lihat, cepat-cepat dia bertanya kepada Romlah.
"Apa yang sebenarnya kamu berikan kepada putriku? Kenapa bibir sampai badannya merah semua? Kalau darah gak mungkin, kan? Kamu kasih anak aku sirop?"
Bayi berusia 4 bulan itu seharusnya masih menikmati ASI, atau setidaknya susu formula. Bukan sirup merah atau minuman lainnya, karena itu tidak bagus untuk pertumbuhan bayinya.
"Ini darah, Tuan. Darah saya, memangnya kenapa?"
"Darah? Yang benar saja kamu! Masa anak saya diberi darah? Kamu gila ya?!" teriak Sugeng.
"Kenapa memangnya? Tuan tidak suka?"
"Romlah! Saya nggak lagi bercanda, jangan aneh-aneh."
Romlah tersenyum penuh misteri, dia terlihat begitu suka saat melihat Sugeng marah-marah terhadap dirinya. Wanita itu berdiri sambil menggendong Ayu, lalu dia mendekatkan diri ke arah lampu corong.
"Lihatlah, Tuan. Tidak ada darah, tidak ada sirop. Di dada saya hanya ada botol susu yang sala selipkan," ujar Romlah.
Sugeng memperhatikan dada Romlah, beberapa kancing kemeja wanita itu terbuka. Dada wanita itu besar dan juga sekal, di sana terselip botol susu milik putrinya. Tak ada darah, Sugeng kembali mengucek matanya.
"Iya ya, tak ada darah. Tapi, tadi beneran ada darah loh di bibir sampai badan anak saya," ujar Sugeng yang begitu yakin kalau dia tadi melihat darah.
Bahkan, dia mencium bau amis yang menyehat. Namun, kini dia tidak lagi mencium bau amis itu. Sugeng hanya mencium wangi yang menenangkan pada tubuh Romlah, tubuh wanita itu nampak menggoda dan membuat Sugeng tergoda.
"Mungkin Tuan terlalu lelah, mending pergi ke kamar dan beristirahat."
"Ya," jawab Sugeng dengan pandangan matanya yang tidak teralihkan dari dada wanita itu.
"Tuan, Tuan liat apa?" tanya Romlah dengan nada suaranya yang terdengar begitu lembut.
Sugeng menggelengkan kepalanya, dia mengalihkan pandangannya pada wajah Romlah. Sebelah wajahnya mirip sekali dengan wajah istrinya, cantik dan juga ayu. Namun, sebelah wajahnya terbakar dan membuat dia merasa geli sendiri
"Nggak liat apa-apa, saya pergi dulu. Titip Ayu," ujar Sugeng yang dengan cepat pergi dari sana.
Saat tiba di dalam kamarnya, Sugeng memang merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Namun, pikirannya terus saja tertuju pada Romlah. Dadanya yang montok, pinggulnya yang berisi, bokongnya yang semok, membuat pikiran pria itu traveling ke mana-mana.
"Gila! Wajahnya boleh jelek, tapi bodinya bikin ngiler laki-laki. Kok bisa ada bodi sesempurna itu? Tapi, kenapa kalau diperhatikan mirip Romlah ya?"
Sugeng malah teringat akan wanita yang sudah dia bakar, entah kenapa saat melihat tubuh pengasuh putrinya, dia benar-benar teringat akan istrinya.
"Apa mungkin dia benar-benar Romlah mantan istriku? Dia selamat dan sekarang datang untuk balas dendam?"
Sugeng berpikir dengan begitu keras, setelah dia membakar tubuh istrinya itu, tidak ada bekas kebakaran di sana. Seperti tidak terjadi apa-apa, Sugeng jadi berpikir jika wanita yang ada di rumahnya sekarang adalah istri pertamanya.
Wanita itu selamat dan tidak meninggal, wanita itu buruk rupa wajahnya karena akibat kebakaran yang terjadi. Lalu, kini wanita itu datang untuk mencoba membalaskan dendam terhadap dirinya.
"Apa iya dia Romlah? Apa iya dia datang untuk membalaskan dendamnya kepadaku? Aku harus menyelidikinya, tapi--- duh!"
Sugeng tiba-tiba saja merasakan miliknya bangun dan mengeras, dia ingin menyalurkan sesuatu yang saat ini bergelora di dalam tubuhnya. Membayangkan bodi pengasuh anaknya membuat dia traveling ke mana-mana.
Namun, ketika dia mengingat wajah Romlah yang begitu buruk rupa, Sugeng bergidik geli. Bodi aduhai tapi wajah mengerikan tak akan mampu membuat dia menikmati kenikmatan malam.
"Ck! Tak bisa kalau aku menyalurkannya kepada Romlah, aku mending melakukannya dengan Inah."
Sugeng menolehkan wajahnya ke arah istrinya, dia sebenarnya merasa heran juga karena tadi ada keributan tapi istrinya itu masih bisa tidur lelap.
Sugeng kini berada di atas tubuh Inah, dia pandang wajah cantik wanita itu. Walaupun terlihat pucat, tetapi masih menarik dibandingkan dengan wajah Romlah.
"Yang, aku pengen."
Sugeng yang sudah ada dalam tegangan tinggi langsung menyatukan bibirnya dengan bibir istrinya, dia berharap akan mendapatkan kenikmatan. Namun, saat bibir mereka menyatu, dia merasa kalau bibir istrinya itu begitu dingin.
Sugeng sampai mengerutkan dahinya, dia sudah seperti sedang mencium batu es. Dingin dan membuat bibirnya hampir beku.
"Yang, kok dingin banget kaya es batu?"
Sugeng menjauhkan wajahnya, lalu dia menyentuh bibir istrinya yang pucat. Rasa dingin langsung terasa, jari tangan itu lalu beralih untuk merasakan napas wanita itu.
Sugeng kaget karena dia tidak bisa merasakan napas wanita itu, dia bahkan tak melihat gerakan dada Inah saat bernapas.
"Yang! Kok gak ada napasnya? Kamu mati?!" teriak Sugeng penuh ketakutan.
GI ambil duit dulu baru indehoy enak betul maunya gratisan emang Inah wekkkkk