"César adalah seorang CEO berkuasa yang terbiasa mendapatkan segala yang diinginkannya, kapan pun ia mau.
Adrian adalah seorang pemuda lembut yang putus asa dan membutuhkan uang dengan cara apa pun.
Dari kebutuhan yang satu dan kekuasaan yang lain, lahirlah sebuah hubungan yang dipenuhi oleh dominasi dan kepasrahan. Perlahan-lahan, hubungan ini mengancam akan melampaui kesepakatan mereka dan berubah menjadi sesuatu yang lebih intens dan tak terduga.
🔞 Terlarang untuk usia di bawah 18 tahun.
🔥🫦 Sebuah kisah tentang hasrat, kekuasaan, dan batasan yang diuji."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syl Gonsalves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Adrian tidak tahu banyak tentang apa yang menantinya di depan, tetapi hanya dengan membayangkannya saja, ia merasakan hawa dingin menjalar di tulang punggungnya dan bulu kuduknya berdiri. Ketika jam kerjanya berakhir, dia menunggu seperti yang dikatakan César dan beberapa menit setelah semua orang pergi, César muncul.
"Ayo, anak muda." César mengucapkan setiap kata dengan sadisme yang nyaris tak terkendali.
Perjalanan itu berlangsung dalam keheningan. Adrian menatap pemandangan buram melalui jendela, sambil berusaha menahan kecemasannya. Apa yang akan César lakukan padanya? Apakah César akan memaksanya melakukan hal-hal yang tidak ingin dia lakukan? Apa yang sebenarnya tertulis di kontrak? Dia tidak ingat, dia hanya tahu ada klausul tentang dia menerima untuk menjadi...
"Adrian!?" Pikiran Adrian terputus oleh suara tidak sabar CEO itu. "Kita sudah sampai. Apa kau sedang melamun? Aku sudah memanggilmu dari tadi..."
Adrian merasa malu dengan itu.
"Maaf, Tuan..." Dia bergumam, sambil melepaskan sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
César berputar dan berhenti di sampingnya.
"Mau masuk?"
Adrian berhenti di pintu masuk rumah besar itu dan terkesan dengan ukuran dan keindahan tempat tinggal itu. Pada saat yang sama, dia merasakan ketakutan tertentu untuk masuk.
Apakah César tinggal sendirian di sana? Tanpa menyadarinya, dia dibawa oleh César ke ruang tamu dan segera seorang wanita muda muncul.
"Adrian, ini Nyonya Nana. Dia adalah pengurus rumah tangga di sini."
Adrian memberi isyarat malu-malu dengan kepalanya, menyapa wanita yang tampak sama menakutkannya dengan bosnya, meskipun dia juga memancarkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan oleh Adrian dengan pasti... mungkin keibuan.
"Makan malam akan disajikan segera setelah Tuan menginginkannya."
"Siapkan saja meja, aku akan menunjukkan kamarnya dan kita akan mandi..."
Adrian membeku. "Kita akan mandi" berarti apa sebenarnya? Bahwa mereka akan mandi bersama?
Dan sekali lagi Adrian tenggelam dalam pikiran dan baru sadar kembali, ketika dia merasakan tangan César memegang tangannya. Tanpa banyak berpikir, dia akhirnya mengungkapkan kebingungannya:
"Kita akan mandi... bersama?"
Suaranya ragu-ragu. Ada kelelahan dan kekhawatiran di dalamnya. César tersenyum.
"Ya, tapi tidak hari ini. Kecuali kau mau. Kau mau?"
Adrian tidak tahu apakah itu serius atau lelucon. Dia akhirnya tidak menjawab apa pun, hanya menundukkan kepalanya.
César bisa merasakan kegugupan Adrian. Tangan yang dipegangnya hampir basah oleh keringat dan menunjukkan sedikit getaran.
"Ayo, aku akan menunjukkan tempatmu. Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Untuk saat ini."
Adrian hampir tidak mendengar apa yang dikatakan César. Dia tercekik. Udara yang mencapai paru-parunya tampak tidak cukup dan ketika dia merasakan oksigen, rasanya seperti membakar saluran pernapasannya. Tapi bukan hanya itu. Kakinya tidak bergerak, tampak terbuat dari bahan lunak dan jika dia mencoba mengambil langkah, mereka akan menyerah.
"Hei, Nak," panggil César, memegang wajah Adrian di antara kedua tangannya, "Bernapas. Tidak apa-apa. Kau hanya akan naik, melihat tempatmu, lalu mandi, sendirian, oke?"
Adrian mengangguk ringan. César melanjutkan:
"Setelah itu, kita akan turun dan makan malam. Setelah makan malam, kau bisa pergi ke kamar dan tidur. Aku tidak akan melakukan apa pun padamu. Oke? Ketika kau lebih tenang, kita akan berbicara tentang hal-hal lain, tapi hari ini, bersantailah."
César berusaha untuk tidak menunjukkan, tetapi dia khawatir dengan keadaan Adrian dan menyesal telah meninggalkan semacam kartu ucapan selamat datang untuk Adrian: cambuk dan sepasang borgol kulit di atas tempat tidur. Dia tidak akan menggunakannya, tetapi dia ingin melihat reaksi Adrian, tetapi itu sebelum sepertinya anaknya akan mengalami serangan jantung hanya dengan berpikir untuk mandi bersama.
Adrian bernapas beberapa kali dan ketika dia berhasil mengurangi perasaan tercekik, dia mengikuti César ke lantai atas. César menunjukkan suite-nya dan kemudian mereka pergi ke suite tempat dia akan tinggal. Suite ini sedikit lebih kecil dari suite utama, yang ditempati oleh César.
Di antara begitu banyak hal yang bisa menarik perhatian Adrian saat memasuki kamar tempat dia akan tinggal, dua benda di atas tempat tidur hampir membuatnya kehilangan napas lagi.
Di atas tempat tidur ada cambuk, ditempatkan dengan hati-hati sehingga talinya membentuk hati dan di samping cambuk, ada sepasang borgol, yang gelangnya terbuat dari kulit yang dihubungkan oleh rantai kecil.
Adrian menelan ludah, sementara César mengamatinya. CEO tidak ingin Adrian memiliki reaksi mengganggu lain seperti yang dia alami di lantai bawah, tetapi dia tidak bisa mengendalikan diri, tanpa menguji batas-batas pemuda itu.
César membawanya ke tempat tidur dan membaringkannya. Entah kenapa, Adrian membiarkan dirinya dibimbing, seolah-olah dia berada dalam semacam trans atau ketakutan telah melumpuhkannya. César, mengambil cambuk dan mengusap talinya di wajah Adrian. Kemudian, dia menggesekkan benda itu di tubuh Adrian, yang bahkan dengan pakaiannya, tidak bisa menahan kulitnya merinding dan sedikit getaran menjalar ke seluruh tubuhnya.
