NovelToon NovelToon
Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Bangkitnya Ksatria Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kutukan / Kebangkitan pecundang / Fantasi / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Balas Dendam
Popularitas:61
Nilai: 5
Nama Author: Dhimas21

Alistair, seorang pemuda desa yang sederhana, mendapati dirinya dihantui oleh mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran dan pengkhianatan. Tanpa disadarinya, ia adalah reinkarnasi dari seorang ksatria terhebat yang pernah ada, namun dikutuk karena dosa-dosa masa lalunya. Ketika kekuatan jahat bangkit kembali, Alistair harus menerima takdirnya dan menghadapi masa lalunya yang kelam. Dengan pedang di tangan dan jiwa yang terkoyak, ia akan berjuang untuk menebus dosa-dosa masa lalu dan menyelamatkan dunia dari kegelapan abadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhimas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 Ujian Keberanian Dan Pengorbanan

Alistair, Lyra, Merlin, Baruk, dan para penyihir Ordo Cahaya memasuki Hutan Ujian dengan hati-hati. Suasana di hutan itu terasa aneh, seolah-olah setiap pohon dan batu mengawasi mereka.

"Kita harus tetap bersama," kata Alistair, memegang erat Lightbringer. "Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di sini."

Mereka berjalan lebih dalam ke hutan, dan tak lama kemudian, mereka menemukan jalan bercabang. Di setiap jalan, terdapat sebuah plakat dengan tulisan yang berbeda.

"Lihat ini," kata Lyra, menunjuk ke arah plakat-plakat itu. "Satu plakat bertuliskan 'Jalan Keberanian', yang lain 'Jalan Kebijaksanaan', dan yang terakhir 'Jalan Kekuatan'."

"Kita harus memilih salah satu jalan," kata Merlin. "Masing-masing jalan akan menguji aspek yang berbeda dari diri kita."

"Kita tidak bisa berpisah," kata Alistair. "Kita harus memilih jalan yang akan menguji kita semua."

Mereka berdiskusi sejenak, mempertimbangkan pilihan mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk memilih Jalan Keberanian.

"Keberanian adalah kunci untuk mengalahkan Mordath," kata Alistair. "Kita harus menunjukkan kepada para elf bahwa kita berani menghadapi apa pun."

Mereka memasuki Jalan Keberanian, dan hutan di sekitar mereka mulai berubah. Pepohonan menjadi lebih tinggi dan lebih menakutkan, dan suara-suara aneh bergema di antara pepohonan.

Tak lama kemudian, mereka menemukan diri mereka di depan jurang yang dalam. Jurang itu tampak tak berdasar, dan angin bertiup kencang di atasnya.

"Bagaimana kita akan menyeberangi jurang ini?" tanya Lyra, merasa khawatir.

Tiba-tiba, dari dalam hutan muncul seekor makhluk raksasa. Makhluk itu adalah laba-laba raksasa dengan mata merah menyala dan taring-taring tajam.

"Laba-laba raksasa!" seru Baruk, mengangkat pedangnya. "Kita harus mengalahkannya jika kita ingin menyeberangi jurang ini."

Laba-laba itu menyerang mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Alistair, Lyra, Merlin, dan Baruk bersiap untuk bertempur.

Alistair maju ke depan, Lightbringer bersinar terang di tangannya. Ia menebas laba-laba itu dengan pedangnya, tetapi laba-laba itu berhasil menghindar.

Lyra menembakkan anak panah ke arah laba-laba itu, tetapi anak panah itu hanya mengenai bulunya yang tebal. Laba-laba itu meraung marah dan mencoba untuk menyerang Lyra.

Merlin menggunakan sihirnya untuk melindungi Lyra. Ia menciptakan perisai energi di sekelilingnya, melindungi Lyra dari serangan laba-laba itu.

Baruk menyerang laba-laba itu dengan pedangnya, tetapi laba-laba itu terlalu kuat. Laba-laba itu mendorong Baruk ke tanah dan mencoba untuk menggigitnya.

Alistair melihat Baruk dalam bahaya dan bergegas membantunya. Ia menebas laba-laba itu dengan Lightbringer, mengenai tubuhnya.

Laba-laba itu menjerit kesakitan dan mundur. Lightbringer telah melukai laba-laba itu dengan parah.

Laba-laba itu meraung marah dan menyerang Alistair dengan sekuat tenaga. Alistair berhasil menangkis serangan laba-laba itu, tetapi ia terdorong mundur.

Laba-laba itu terus menyerang Alistair, tidak memberinya kesempatan untuk bernapas. Alistair mulai kelelahan.

Tiba-tiba, Lyra menembakkan anak panah ke arah mata laba-laba itu. Anak panah itu mengenai mata laba-laba itu, membuatnya menjerit kesakitan.

Laba-laba itu terhuyung mundur, memegangi matanya. Alistair mengambil kesempatan itu dan menebas laba-laba itu dengan Lightbringer, memenggal kepalanya.

Laba-laba itu jatuh ke tanah, mati.

Alistair, Lyra, Merlin, dan Baruk menghela napas lega. Mereka telah berhasil mengalahkan salah satu ujian di Jalan Keberanian.

Setelah mengalahkan laba-laba raksasa, mereka menemukan jembatan tali yang membentang di atas jurang. Mereka menyeberangi jembatan itu dengan hati-hati, dan akhirnya mereka tiba di sisi lain jurang.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tak lama kemudian, mereka menemukan diri mereka di depan hutan yang gelap dan sunyi. Di hutan itu, mereka mendengar suara-suara aneh dan menakutkan.

"Kita harus berhati-hati," kata Merlin. "Hutan ini dipenuhi dengan ilusi dan jebakan."

Mereka memasuki hutan itu dengan hati-hati, dan tak lama kemudian, mereka mulai mengalami ilusi. Mereka melihat hal-hal yang tidak nyata, dan mereka mendengar suara-suara yang membingungkan.

Alistair melihat bayangan Mordath di depannya, mengejek dan menghinanya. Lyra melihat keluarganya yang telah lama meninggal, memanggilnya untuk bergabung dengan mereka. Merlin melihat masa depannya yang penuh dengan kegagalan dan kesedihan. Baruk melihat masa lalunya yang penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah.

Mereka semua hampir menyerah pada ilusi itu, tetapi Alistair berhasil mengumpulkan kekuatannya dan memanggil nama Lightbringer. Cahaya suci dari pedang itu menghancurkan ilusi itu, dan mereka semua kembali ke kenyataan.

"Kita tidak boleh menyerah pada ilusi itu," kata Alistair. "Kita harus tetap fokus pada tujuan kita."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan akhirnya mereka tiba di ujung hutan. Di ujung hutan, mereka melihat sebuah altar batu yang kuno.

Di atas altar, mereka melihat sebuah pedang yang tertancap di batu. Pedang itu tampak sangat tua dan berkarat.

"Apa itu?" tanya Lyra, menunjuk ke arah pedang itu.

"Itu adalah Pedang Keberanian," jawab sebuah suara dari belakang mereka.

Mereka berbalik, dan mereka melihat seorang elf tua yang bijaksana berdiri di belakang mereka. Elf itu tersenyum kepada mereka.

"Kalian telah berhasil melewati ujian keberanian," kata elf itu. "Kalian telah menunjukkan kepada kami bahwa kalian berani menghadapi apa pun. Sekarang, kalian harus mengambil Pedang Keberanian dari batu."

Alistair mendekati altar itu dan mencoba untuk mengambil Pedang Keberanian dari batu. Tetapi, ia tidak bisa menggerakkan pedang itu sama sekali.

"Pedang ini hanya bisa diambil oleh orang yang benar-benar berani," kata elf itu. "Apakah kamu benar-benar berani, Alistair?"

Alistair memandang ke arah pedang itu dengan penuh tekad. Ia tahu bahwa ia harus mengambil pedang itu jika ia ingin mengalahkan Mordath.

Ia memfokuskan seluruh perhatiannya pada pedang itu. Ia membiarkan keberaniannya mengalir melalui tubuhnya.

Perlahan-lahan, pedang itu mulai bergerak. Alistair menarik pedang itu dari batu, dan ia mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Aku berani!" seru Alistair. "Aku berani menghadapi apa pun!"

Elf itu tersenyum kepada Alistair. Ia tahu bahwa Alistair telah berhasil melewati ujian keberanian.

"Selamat, Alistair," kata elf itu. "Kamu telah membuktikan dirimu layak untuk mendapatkan bantuan kami."

Tiba-tiba, dari dalam hutan terdengar suara gemuruh yang keras. Mereka semua terkejut dan melihat ke arah suara itu.

"Apa itu?" tanya Lyra, merasa khawatir.

"Itu adalah pasukan Mordath," jawab elf itu. "Mereka menyerang Hutan Elven!"

Alistair, Lyra, Merlin, Baruk, dan para penyihir Ordo Cahaya terkejut mendengar berita itu. Mereka tahu bahwa mereka harus segera kembali ke Silverwood dan membantu para elf melawan pasukan Mordath.

"Kita harus pergi sekarang!" seru Alistair. "Kita harus membantu para elf!"

Mereka bergegas kembali ke Silverwood, meninggalkan Hutan Ujian di belakang mereka. Mereka tahu bahwa mereka menghadapi pertempuran yang sulit. Tetapi, mereka bertekad untuk mengalahkan Mordath dan menyelamatkan dunia.

Saat mereka berlari melalui hutan, mereka melihat para elf bertempur melawan pasukan Mordath. Pertempuran itu sangat sengit, dan banyak elf yang terluka dan terbunuh.

Alistair melihat seorang elf muda yang sedang dikepung oleh beberapa pengikut Mordath. Ia bergegas membantu elf itu.

Ia menebas para pengikut Mordath dengan Lightbringer, membunuh mereka dengan cepat. Elf muda itu terkejut dan berterima kasih kepada Alistair.

"Terima kasih telah menyelamatkan saya," kata elf muda itu.

"Tidak masalah," jawab Alistair. "Kita harus bersatu untuk mengalahkan Mordath."

Alistair dan elf muda itu bergabung dengan para elf lainnya dan bertempur melawan pasukan Mordath. Mereka bertempur dengan berani dan gigih, dan mereka berhasil mengalahkan banyak pengikut Mordath.

Lyra menembakkan anak panah ke arah para pengikut Mordath, membunuh mereka dari jarak jauh. Merlin menggunakan sihirnya untuk melindungi para elf dan menyerang para pengikut Mordath. Baruk menyerang para pengikut Mordath dengan pedangnya, membunuh mereka dengan ganas.

Para penyihir Ordo Cahaya menggunakan sihir mereka untuk menyembuhkan para elf yang terluka dan untuk menciptakan perisai energi yang melindungi mereka dari serangan para pengikut Mordath.

Pertempuran itu berlangsung selama berjam-jam, dan akhirnya para elf berhasil mengalahkan pasukan Mordath. Para pengikut Mordath melarikan diri, meninggalkan banyak mayat di belakang mereka.

Para elf bersukacita atas kemenangan mereka. Mereka berterima kasih kepada Alistair, Lyra, Merlin, Baruk, dan para penyihir Ordo Cahaya atas bantuan mereka.

"Kalian telah menyelamatkan kami," kata elf tua yang bijaksana. "Kami berutang budi kepada kalian."

"Kami senang bisa membantu," jawab Alistair. "Tapi, pertempuran ini belum berakhir. Mordath masih ada di luar sana, dan ia akan kembali."

"Kami tahu," kata elf tua itu. "Kami harus bersiap untuk menghadapi pertempuran terakhir."

Alistair, Lyra, Merlin, Baruk, dan para penyihir Ordo Cahaya setuju untuk membantu para elf mempersiapkan diri untuk pertempuran terakhir melawan Mordath. Mereka tahu bahwa pertempuran itu akan sulit, tetapi mereka bertekad untuk mengalahkan Mordath dan menyelamatkan dunia.

Namun, di tengah perayaan kemenangan itu, Alistair merasakan sesuatu yang aneh. Ia merasakan kehadiran yang jahat di dekatnya.

Ia melihat ke sekeliling, dan ia melihat seorang elf yang berdiri di dekatnya. Elf itu menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Siapa kamu?" tanya Alistair, merasa curiga.

Elf itu tersenyum sinis kepada Alistair. Kemudian, ia berubah menjadi asap hitam dan menghilang.

Alistair terkejut melihat kejadian itu. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Apa yang terjadi?" tanya Lyra, merasa khawatir.

"Aku tidak tahu," jawab Alistair. "Tapi, aku merasakan sesuatu yang aneh. Aku pikir ada pengkhianat di antara kita."

Alistair tahu bahwa ia harus berhati-hati. Ia tidak tahu siapa yang bisa ia percayai. Ia harus mencari tahu siapa pengkhianat itu sebelum terlambat.

Di tengah kekacauan dan ketidakpastian itu, Alistair menyadari bahwa ia harus membuat keputusan yang sulit. Ia harus memilih antara mempercayai para elf atau mempercayai intuisinya sendiri. Ia harus memilih antara mengikuti jalan yang telah ditetapkan untuknya atau mengikuti hatinya sendiri.

Keputusan yang akan ia ambil akan menentukan nasib dunia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!