Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keadilan yang Diharapkan
Di Jakarta, pada hari yang sama dengan penangkapan Bu Runi, Keyla Ayunda dan Rezi Deja berjalan ke kantor kepolisian dengan membawa berkas-berkas tebal. Mereka melaporkan Nazlian Inci atas tuduhan Pembunuhan Berencana (Melalui Sabotase) dan Pencemaran Nama Baik (dengan menjebak Rezi).
Keyla menyerahkan flash drive berisi rekaman suara Nazlian dan bukti teknis sabotase mobil Ardito. Rezi, dengan koneksi dan sumber dayanya, memastikan laporan itu ditangani oleh tim penyidik terbaik.
Keyla menyerahkan flash drive berisi rekaman suara Nazlian dan bukti teknis sabotase mobil Ardito. Rezi, dengan koneksi dan sumber dayanya, memastikan laporan itu ditangani oleh tim penyidik terbaik.
“Nazlian Inci adalah seorang pembunuh yang didorong oleh obsesi,” kata Keyla kepada penyidik, suaranya tenang, tetapi matanya dipenuhi tekad balas dendam untuk Ardito. “Dia beroperasi dari Turki, tetapi kejahatannya telah merenggut nyawa di sini.”
Rezi berdiri di samping Keyla. Meskipun Keyla masih menjaga jarak emosional, mereka kini bersatu dalam tujuan yang sama.
"Kami akan bekerja sama dengan Interpol. Kami akan memastikan wanita itu ditangkap dan diekstradisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,” janji Rezi, suaranya dingin dan penuh otoritas.
Nazlian Inci, yang kini tidak hanya menghadapi tuntutan perdata dari Keyla dan Lucia, tetapi juga tuntutan pidana pembunuhan internasional, berada dalam bahaya besar.
****
Istanbul. Nazlian Inci menerima kabar mengenai laporan polisi terhadap dirinya dengan kemarahan yang membara. Ia menggeram kesal di kediamannya yang kini dijaga ketat.
“Rezi Deja! Kau tidak akan pernah menang dariku! Aku akan membalasmu!” teriak Nazlian ke telepon, saat ia mencoba menghubungi pengacaranya.
Ia tahu, tuntutan pembunuhan adalah akhir dari segalanya. Ia tidak hanya akan kehilangan bisnis; ia akan kehilangan kebebasannya.
Tiba-tiba, suara keras dari televisi mengganggu rencananya. Berita darurat disiarkan: Ledakan di Pusat Bisnis Ankara.
Nazlian terkejut. Itu adalah salah satu properti terpentingnya di ibu kota Turki.
Tak lama setelah berita itu, teleponnya berdering. Itu adalah Lucia Rodriguez.
Nazlian menjawab dengan suara gemetar. “Kau… kau melakukannya lagi?”
Di ujung telepon, terdengar tawa yang histeris dan gembira, tawa yang menusuk tulang.
“Aku tahu kau tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam, Nazlian,” suara Lucia terdengar penuh kegembiraan yang mengerikan. “Aku harus membersihkan meja agar negosiasimu dengan Keyla dan Rezi berjalan lancar. Aku benci penundaan.”
“Aku akan memenjarakanmu!” teriak Nazlian.
“Silakan coba,” balas Lucia, tertawa lagi. “Kau tahu, ledakan di Ankara itu adalah puncak dari seni. Rasanya sangat memuaskan, melihat kehancuran yang total. Aku akan terus tertawa, Nazlian, sampai kau tidak punya apa-apa lagi selain udara yang kau hirup.”
Lucia menutup telepon. Nazlian Inci terduduk lemas. Ia menyadari ia tidak hanya melawan Keyla dan Rezi; ia melawan iblis dendam bernama Lucia, yang akan terus menghancurkan asetnya sampai ia menyerah.
Nazlian yang tadinya angkuh, kini sepenuhnya terdesak. Rezi dan Keyla mendapatkan sekutu yang jauh lebih kejam daripada yang mereka harapkan. Perburuan terhadap Nazlian Inci secara internasional telah dimulai.
****
Bandung. Meskipun Bu Runi Rosilawati telah ditahan berkat bukti tak terbantahkan yang dikumpulkan Zehra, pensiunan guru itu menolak menyerah. Ia menggunakan hak hukumnya untuk menolak semua tuduhan.
Di kantor polisi, Bu Runi bersikap dingin dan keras kepala.
“Saya tidak bersalah,” katanya kepada penyidik, wajahnya tanpa ekspresi. “Semua bukti itu direkayasa. Wanita itu, Zehra Magnolia, berhalusinasi. Saya tidak pernah menyewa preman. Saya akan menghadapi peradilan, dan di sana, saya akan membuktikan bahwa Zehra adalah penipu yang memalsukan semua ini untuk menjatuhkan saya.”
Meskipun Zehra memiliki saksi kunci dan bukti transfer, perlawanan Bu Runi menunjukkan bahwa dendam itu begitu dalam, hingga ia lebih memilih menghadapi penjara daripada mengakui kesalahannya. Zehra dan tim hukumnya harus bersiap menghadapi pertempuran hukum yang panjang dan melelahkan, tetapi Zehra tidak gentar.
“Dia bisa bilang apa saja,” kata Zehra pada pengacaranya. “Kebenaran sudah terungkap. Sekarang kita biarkan hukum yang bekerja. Saya tidak akan membuang energi lagi untuk wanita itu. Saya harus fokus pada apa yang paling penting.”
Fokus Zehra kembali pada Dapur Magnolia. Reruntuhan warung itu memang menyakitkan, tetapi ia mengubahnya menjadi energi.
****
Dengan semangat gotong royong yang luar biasa, Zehra dan semua karyawannya—bahkan mereka yang bekerja di cabang lain—bersama-sama membersihkan dan membangun kembali warung yang hancur itu. Semua karyawan bekerja sukarela, bergiliran di luar jam kerja, menunjukkan loyalitas yang tulus kepada Zehra. Mereka melihatnya bukan hanya sebagai bos, tetapi sebagai pemimpin sejati.
“Kita bangun lagi, Nun. Lebih kuat, lebih indah!” seru Zehra pada Nunik, sambil mengangkat puing-puing kayu yang hangus.
“Siap, Mbak Zehra! Kalau Mbak bisa membangun diri Mbak setelah perceraian, kita pasti bisa membangun ini lagi setelah dibakar!” balas Nunik, penuh semangat.
Zehra tersenyum. Semangat kekeluargaan ini adalah harta tak ternilai yang tidak akan pernah bisa dibakar oleh kebencian.
Di tengah proses pembangunan kembali, Zehra menemukan pelarian di dapur. Ia menciptakan resep baru, menu spesial yang merefleksikan ketahanannya: Daging Asap Bumbu Rempah Zehra.
Daging sapi premium diasapi perlahan selama berjam-jam, diresapi dengan bumbu rempah khas Indonesia—lengkuas, jahe, ketumbar—yang menghasilkan cita rasa kompleks, kuat, dan pedas. Itu adalah perpaduan antara ketekunan (proses pengasapan yang lama) dan semangat membara (pedasnya rempah).
“Ini adalah masakan yang lahir dari api,” kata Zehra pada kepala masaknya. “Rasanya harus mengingatkan orang bahwa kita telah melewati masa sulit, tetapi kita kembali dengan rasa yang lebih kuat.”
****
Di Jakarta, kehidupan Keyla Ayunda berangsur pulih. Berita penangkapan Bu Runi Rosilawati di Bandung mengalihkan perhatian publik dari somasi dan fitnah terhadap Keyla. Selain itu, Rezi, dengan koneksi medianya, memastikan bahwa narasi penarikan somasi oleh Jenama Safira ditampilkan secara menonjol. Nama baik Keyla Ayunda dipulihkan.
Namun, Keyla tidak lagi peduli pada endorsement atau engagement. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal: keadilan untuk Ardito dan pemenjaraan Nazlian Inci.
Keyla dan Rezi secara resmi mengajukan tuntutan pidana pembunuhan berencana terhadap Nazlian Inci. Dokumen, rekaman, dan bukti teknis yang mereka ajukan kuat.
Rezi mencoba merangkul Keyla, mencoba meyakinkannya bahwa kini, setelah semua rahasia terungkap, mereka bisa memulai babak baru.
“Kita bisa melewati ini, Keyla. Kita bisa bersatu. Aku akan memastikan Nazlian membusuk di penjara,” kata Rezi, mencoba meraih tangan Keyla.
Keyla menatap tangannya, tetapi menolak sentuhannya.
"Aku tidak mencintaimu, Rezi,” kata Keyla dingin. “Aku hanya ingin keadilan untuk Ardito. Kau bersalah karena menyembunyikan kebenaran dariku selama ini. Aku tidak akan pernah melupakan itu.”
Keyla melanjutkan, suaranya dipenuhi tekad yang baru ditemukan. “Fokusmu adalah mengamankan penangkapan Nazlian. Fokusku adalah mencari keadilan, tidak lebih.”
Ia telah pulih dari krisis reputasi, tetapi ia kini berada dalam krisis emosional. Keyla tahu, satu-satunya cara untuk membersihkan jiwanya adalah dengan memastikan Nazlian dihukum, dan setelah itu, ia harus menjauh dari Rezi selamanya.
