Hanashiro Anzu, Seorang pria Yatim piatu yang menemukan sebuah portal di dalam hutan.
suara misterius menyuruhnya untuk masuk kedalam portal itu.
apa yang menanti anzu didalam portal?
ini cerita tentang petualangan Anzu dalam mencari 7 senjata dari seven deadly sins.
ini adalah akun kedua dari akun HDRstudio.Di karna kan beberapa kendala,akun HDRstudio harus dihapus dan novelnya dialihkan ke akun ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bisquit D Kairifz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa lalu iblis satan.
Iblis Satan adalah salah satu dari The Seven Deadly Sins—tujuh dosa besar yang menjadi simbol kejatuhan para iblis tertinggi.
Konon, Satan adalah salah satu iblis terkuat dalam sejarah neraka.
Ada yang berkata, kekuatannya mampu menyapu bersih satu kerajaan hanya dengan satu kali serangan.
Dahulu kala, Satan pernah muncul di dunia ini—dan memporak-porandakan sebuah kerajaan besar yang dulu dikenal sebagai kerajaan terkuat, Kerajaan Vosternix.
Kerajaan Vosternix berdiri pada tahun 1260 dan berkembang pesat di bawah kepemimpinan raja pertamanya, Abraham Erterz de Vosternix.
Abraham adalah raja yang bijaksana—ia menilai rakyatnya bukan dari kasta atau darah, tapi dari hati dan keberanian.
Di bawah pemerintahannya, bangsawan dan rakyat hidup berdampingan dalam damai.
Namun kedamaian itu tidak bertahan lama.
Hari itu, langit mendadak menghitam. Petir menyambar, dan angin berhembus dengan suara mengerikan.
Suasana menjadi mencekam, seolah alam sendiri menolak kehadiran sesuatu.
Dari dalam hutan, monster-monster menjadi semakin liar. Mereka menyerang pemukiman di perbatasan tanpa kendali.
Raja yang belum mengetahui keberadaan Satan segera mengerahkan para kesatria dan seratus ribu prajuritnya untuk menahan serangan itu.
Pertempuran berlangsung sengit.
Monster demi monster ditebas, namun semakin banyak yang datang.
Darah menggenangi tanah, udara dipenuhi bau besi dan daging terbakar.
Meskipun jumlah pasukan besar, kekuatan monster-monster itu di luar nalar.
Hingga akhirnya, dari seratus ribu pasukan, hanya dua puluh ribu yang tersisa.
Saat pertempuran usai, mereka sempat merasa lega—hingga salah satu prajurit berteriak, menunjuk ke arah langit yang retak oleh cahaya merah.
Dan di sanalah dia muncul.
Tak ada kata yang bisa menggambarkan sosok itu—selain satu: Bencana.
Raja Abraham hanya bisa berdiri terpaku, wajahnya membeku antara ngeri dan tak percaya.
Aura iblis itu begitu pekat hingga tanah di sekitarnya retak, dan udara terasa seperti terbakar.
Dengan satu kibasan tangannya, Satan menghancurkan setengah wilayah Kerajaan Vosternix.
Kota megah yang dulu disebut “permata utara” berubah menjadi lautan api dan debu dalam sekejap.
Raja berteriak memerintahkan para prajurit untuk mundur, namun sebagian besar menolak.
Walau ketakutan menguasai mereka, mereka tetap mengangkat pedang demi melindungi rakyatnya.
Namun hasilnya tragis.
Mereka bahkan tidak sempat menyentuh Satan.
Dalam sekejap mata, seluruh pasukan musnah—bukan karena pertempuran, tapi pembantaian sepihak.
Dan ketika Vosternix benar-benar runtuh, iblis itu menghilang… tanpa jejak.
Kabar kehancuran Vosternix menyebar dengan cepat.
Kerajaan-kerajaan tetangga tak percaya bahwa kekuatan sebesar itu bisa lenyap hanya dalam satu malam.
Orang-orang mulai bertanya-tanya: ke mana perginya Satan?
Sebagian percaya ia kembali ke neraka setelah puas menghancurkan Vosternix.
Sebagian lain yakin ia dikalahkan dan disegel oleh para malaikat karena kekejamannya menelan ribuan jiwa.
Namun tak ada bukti, hanya kisah yang menjadi legenda.
---
Kembali ke Masa Kini
“Jadi, Anzu… kita akan ke mana sekarang?” tanya Alfred, memecah keheningan perjalanan mereka.
“Kita tetap menuju Lambergeth,” jawab Anzu datar tanpa menoleh.
“Oh, baiklah. Tapi, Anzu…” Alfred menatapnya ragu. “Kau… tidak apa-apa?”
Anzu mengangkat alis, nada suaranya dingin.
“Maksudmu?”
“Itu… waktu kau membunuh mereka. Mereka kan… sama sepertimu, dari ras yang sama.”
Anzu diam sejenak sebelum menjawab, suaranya tenang namun menusuk.
“Ras yang sama? Dunia ini tidak peduli soal itu. Di dunia ini, hanya ada satu hukum—yang kuat akan memangsa yang lemah.”
Alfred hanya menunduk. Ia tak punya kata-kata untuk membantah.
---
Mereka berjalan beberapa jam sebelum memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar.
“Huah~ Anzu, aku benar-benar lelah… boleh kita istirahat sebentar?” keluh Alfred sambil menjatuhkan diri ke tanah.
Anzu mendesah pelan. “Baiklah. Tapi hanya sebentar.”
“Hey, Anzu…” panggil Alfred pelan setelah beberapa menit.
“Hm?” sahut Anzu tanpa membuka mata.
“Sebenarnya, apa tujuanmu dalam perjalanan ini?”
Anzu membuka matanya perlahan. “Kenapa? Kau menyesal mengikutiku?”
“Tidak… hanya ingin tahu.”
“…Balas dendam.”
Nada suaranya dingin, tegas, dan tanpa ragu.
“Balas dendam? Pada siapa?”
“Kerajaan Celestia.”
“Celestia? Tapi bukankah mereka dikenal sebagai kerajaan suci? Mengapa—”
“Jangan sebut mereka suci di depanku.” Suara Anzu memotong tajam, penuh kebencian yang terpendam.
“Mereka… menghancurkan segalanya. Termasuk aku.”
Alfred terdiam. Wajahnya menunjukkan campuran terkejut dan iba.
“Kalau kau takut atau menyesal, kau bisa pergi sekarang,” lanjut Anzu tanpa ekspresi.
“Aku tidak butuh beban.”
Alfred menggeleng cepat. “Aku tidak akan pergi. Aku ingin ikut. Lagipula… bersamamu tidak membosankan.”
Anzu menatapnya datar. “Atau mungkin karena kau suka makan gratis setiap kali aku yang bayar?”
Alfred tertawa canggung. “Hehehe… itu juga sih.”
Untuk sesaat, senyum tipis muncul di wajah Anzu—hanya sekejap, sebelum ia berdiri kembali.
“Cukup istirahatnya. Kita lanjut.”
“Eeeeh, baru juga duduk…” keluh Alfred sambil bangkit.
Saat perjalanan berlanjut, pikiran Anzu melayang pada pedang tua berkarat yang ia bawa.
Ia menatapnya, lalu berbisik pelan,
“Hey, Satan.”
Suara berat menggema di kepalanya.
“Hmm? Ada apa, manusia?”
“Aku ingin tahu. Kenapa kau bisa tersegel di dalam pedang ini?”
Iblis itu terdiam lama.
“Suatu saat… kau akan tahu.”
“Tch, beritahu saja sekarang.”
Tidak ada jawaban. Hanya keheningan.
Anzu mendesah pelan. “Terserah.”
Beberapa saat kemudian, ia kembali membuka percakapan, kali ini dengan nada serius.
“Cerita tentang masa lalumu… aku ingin mendengarnya. Mungkin aku bisa belajar sesuatu.”
“Heh. Baiklah, dengarkan baik-baik, manusia bodoh.”
Dan Satan pun menceritakan bagaimana ia menghancurkan Kerajaan Vosternix—dengan satu serangan, dengan satu amarah.
Anzu mendengarkan tanpa berkedip.
Saat cerita usai, ia hanya bergumam pelan, “Gila… jadi itu kekuatanmu?”
Satan tertawa rendah. “Percaya atau tidak, terserahmu. Kau terlalu lemah untuk memahami apa artinya kekuatan sejati.”
Anzu tidak menanggapi. Ia hanya menggenggam pedangnya lebih erat.
(Dia benar… Aku lemah. Tapi tidak untuk selamanya.)
---
Tanpa sadar, mereka telah sampai di wilayah Lambergeth.
Dari atas bukit, tampak kota luas yang dikelilingi ladang jeruk yang subur.
Suara tawa dan aroma buah segar memenuhi udara.
“Wow! Tempat ini besar sekali!” seru Alfred kagum.
Anzu hanya menatap kota itu dengan tatapan dingin. “Hmph.”
Mereka berjalan menuruni bukit hingga tiba di gerbang utama.
Dua penjaga berdiri tegap di depan mereka.
“Kalian berdua! Berhenti di situ!” seru salah satu penjaga.
Anzu menghentikan langkahnya tanpa ekspresi, menatap lurus ke arah penjaga.
Udara di sekelilingnya terasa menegang.
Para penjaga itu maju selangkah, menjulurkan tangan mereka dan—
tapi gpp aku suka kok sama alur kisahnya semangat yahh💪