udihianati sahabat sendiri, Amalia malah dapat CEO.
ayok. ikuti kisahnya ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3 : Pria asing
"Siapa kau!?"
teriak Lia dengan suara bergetar. Ia memilih bertahan di dalam bak mandi karena ia sedang tak memakai sehelai benangpun. Dan air bisa sedikit menyamarkan tub uhnya.
Pria asing itu masih terlihat santai meneguk minumannya.
"Kamarku? Apa kau tak melihat saat masuk kemari, Nona?"
"Ini jelas kamarku. Kau mabuk!" ujar Lia tajam. "Keluarlah sebelum aku berteriak dan memanggil security."
Pria asing itu malah tertawa, "Berteriaklah... Hanya aku yang akan dengar!" tantangnya. "Kau mau keluar dari sana sendiri, atau aku seret, Nona?"
Lia menahan gelombang amarahnya, ia tak mungkin keluar dari bak mandi dengan tanpa apapun sementara ada lelaki di sana. Tapi, membiarkan lelaki asing itu menyeretnya, sungguh gila.
"Keluarlah..." katanya akhirnya.
"Ini kamar mandi ku. Aku mau menggunakannya."
"Keluarlah agar aku bisa keluar dari sini..." ujar Lia menatap tajam. "Atau kamu memang mengharap sebuah pertunjukkan."
"Aku... Tidak tertarik dengan tubuhmu. Keluar!"
"Aku tidak memakai apapun." wajah Lia memerah karena malu. Sekalipun, dia tak pernah menunjukkan tubuhnya di depan pria.
Tapi, pria itu seperti menantang, dia meletakkan gelasnya dan melepas kemeja yang melekat di tubuhnya.
"Sungguh tak tau malu, dia mele pas ba ju di hada pan seorang wanita?" batin Lia saat itu.
Namun, mata Lia terbelalak, tubuh pria itu berotot dan terdapat beberapa tato di dada, pinggang, dan perutnya.
Lia meneguk ludahnya, "Tub uhnya sempurna." Tentu saja, ini hanya dalam pikiran Lia. Tapi sesaat kemudian dia meruntuk karna sempat memuji.
Kemeja tertanggal dan teronggok begitu saja di lantai kamar mandi. Lalu pria itu mulai mele pas cela nanya. Lia refleks menutup matanya.
"Dia gila! Dia benar-benar melepas di depan mataku," batin Lia. Namun, ia jadi menyadari sesuatu. "Tidak! Ini artinya, kami sama-sama polos. Apa yang akan terjadi selanjutnya?"
Segala pikiran negatif berkelebat dalam otaknya. "Tidak! Aku harus pergi dari sini! Pria ini jelas bukan orang biasa! Dia gila! Aku salah berurusan dengannya."
"Baiklah, aku menyerah! Aku keluar!" teriak Lia sambil membuka mata. Akan dia tekan kuat rasa malunya keluar dari bak mandi tanpa sehe lai be nangpun.
"Terlambat!"
Mata Lia terbelalak lebar, pria itu sudah masuk dalam bak mandinya. Lia berteriak, namun, itu sia-sia. Pria itu sudah menci umnya dengan sangat rakus dan menin dih tu buhnya. Di bawah tu buh kekar pria itu, Lia sangat mungil.
"Tidak! Kega disanku yang ku jaga selama ini, apakah akan terenggut sekarang?"
Lia mencoba melepaskan diri, tapi, hanya membuat air memercik keluar dari dalam bak mandi. Pria itu menghujam tub uhnya dengan sangat keras, dalam, sampai ke ujung.
"Aakkkkhhh!"
"Setelah masuk ke kamarku tanpa permisi, kau tidak bisa keluar begitu saja, Nona."
Air mata Lia mengalir, mulutnya terbuka lebar, dan lo bang pera wannya terasa sangat sakit. Sebuah benda besar masuk ke sana tanpa peringatan.
"Ini tidak adil... Kenapa semua harus direngut paksa dariku?"
"Kenapa sempit sekali? Kau... Masih pera wan?"
"Lepaskan aku, brengsek! Ini pele cehan! Ini pemer kosa an!"
Tubuh Lia lemas tak berdaya. Jika dia bisa memukul Jono tanpa ampun, tapi, di bawah tubuh pria ini, Lia kehilangan tenaganya.
"Aahh.... Sakit!" teriaknya saat merasakan lagi benda keras menghu jam lob angnya.
Air mata Lia mengalir deras, ia meratapi hidupnya yang sangat sial dan merana. Belum habis rasa sedihnya dihianati calon suami dan sahabatnya sendiri, ia harus merelakan kepera wanannya diambil oleh orang asing di negara yang asing pula.
"Sesakit ini... Tapi... Kenapa orang-orang menyebutnya nikmat?" batin Lia.