NovelToon NovelToon
WHO¿

WHO¿

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Anak Genius / Identitas Tersembunyi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:372
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Misteri kematian Revano yang tidak pernah meninggalkan jejak, membuat gadis penderita ASPD tertantang menguak kebenaran yang selama bertahun-tahun ditutupi sebagai kasus bunuh diri.

Samudra High School dan pertemuannya bersama Khalil, menyeret pria itu pada isi pikiran yang rumit. Perjalanan melawan ego, pergolakan batin, pertaruhan nyawa. Pada ruang gelap kebenaran, apakah penyamarannya akan terungkap sebelum misinya selesai?

Siapa dalang dibalik kematian Revano, pantaskah seseorang mencurigai satu sama lain atas tuduhan tidak berdasar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tujuhbelas

Kasanda menatap jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua siang. Itu artinya bukan saatnya murid seusia Aletha pulang kerumah. Dengan deru napas tidak beraturan dan tatanan wajah yang terlihat berantakan. Sementara Avrem yang masih membaca koran diruang tengah hanya sesekali melirik pada arah tangga, yang baru saja dipijak sepatu fantofle hitam milik anaknya.

“Aku udah coba jahit sol sepatuku yang lepas, tapi itu nggak berhasil”

Pria paruh baya itu saling bertatap muka dengan Kasandra. Akibat kalimat yang baru saja Aletha lontarkan.

“Semuanya terlalu berat buat dia”

Avrem menghela napas, “Advocadnya juga sudah tidak mau membantu”

“Aku memang setuju kalau pengadilan hakim itu nggak benar, bahkan vonis yang diberikan sama Athena saat itu nggak masuk akal”

“Kita cumann butuh kasih dia bantuan walaupun dia nggak minta”

Kasandra mendengus, pasalnya untuk bicara dengan Athena saja selalu membuang banyak tenaga. Bagaimana bisa mereka mengajukan bantuan untuk membantu gadis itu menyelesaikan misi konyolnya. Harusnya mereka cukup memabayar detektif untuk memecahkan masalah ini dan selesai. Bukan pura-pura bodoh untuk ditangkap kembali.

Athena menutup pintunya perlahan, membiarkan kedua orang tuanya bergelut dengan arah pembicaraan mereka. Tubuhnya merebah ke ranjang, menyalurkan kelelahan yang tidak pernah dia keluhkan sebelumnya. Dia sadar dirinya rapuh, tapi dia tidak bisa menyerah secepat ini. Dia harus mendapat semua jawaban dan memberikan Revano keadilam. Dunia pantas tahu bahwa Revano dibunuh, bukan bunuh diri seperti apa kata pihak vorensik yang meneliti mayatnya kala itu.

Gadis itu memejamkan matanya, mengabaikan ponsel yang beberapa kali berdering. Pikirnya hanya pihak sekolah yang sedang mencarinya. Tapi mereka juga harusnya tahu bahwa jika dirinya bersama ransel hitamnya tidak ada di kelas dan tidak kembali sampai bel pulang sekolah. Itu artinya dia membolos.

Tubuhnya beranjak setelah beberapa tempat terlintas dipikirannya. Beberapa tulisan yang tertempel di papan tulis sepertinya akan jadi pacuan yang masuk akal kembali. Bahkan setelah jiwanya berhenti untuk bekerja.

“Lemari yang ada diruang kepala sekolah emang pindah ke laboratorium, berkas kelas beberapa tahun belakangan juga ada disana”

Pecah suara ponsel mengema dikamarnya. Mengarakan arah pandang pada nomor tidak dikenal. Picingan mata yang jadi jawaban valid saat ini, bahwa mereka sudah bisa bergerak lebih jauh lagi.

“Al, lo kemana sih? Pak Mahen ngamuk-ngamuk nyariin lo, kan harusnya kita latihan buat olimpiade?”

“Kita harus ke laboratorium, berkas itu ada disana”

“Aletha?”

“Khal, lemari yang gue buka waktu itu pindah kesana dan lo harus nemuin kuncinya”

Khalil menghela napas. Bahkan disaat hal genting sekalipun, Aletha masih bisa berpikir dengan jernih. Atau justru hal gentinglah yang membuat pikirannya terang dan menemukan jawaban.

“Al, Pak Mahen nyariin lo”

Aletha berdehmen, “Olimpiade bukan misi gue dan lo nggak mau kan punya saingan kaya gue?”

Khalil terdiam, menatap pantulan wajahnya pada kaca kamar mandi. Dia berpikir arah bicara yang Niko sampaikan cukup menyinggung dan membuat gadis itu menyalah artikan. Khalil rasa, Aletha bukan tipe yang seperti itu. Walau yang dia yakini, selalu ada rasa yang lain yang terjadi padanya bernama kesedihan. Meskipun gadis ini tidak tahu perasaan apa yang sebenarnya dia rasakan.

“Lo nggak perlu khawatir karena gue nggak tertarik sama perlombaan itu”

Khalil mengusap wajahnya, “Tapi ini kesempatan yang bagus buat lo”

“Kesempatan apa yang lo bicarain? Nebus semua yang diperjuangin Revano? Atau kesempatan buat buktiin ke Mamah Papah kalo gue juga bisa berhasil kaya dia?”

Kasandra membuka cerah pintu yang terbuka, menelan ludahnya dengan napas yang cukup sulit untuk dia hembuskan. Arah matanya masih terfokus pada ubin kamar Aletha, dingin. Hanya hawa ini yang bisa dia rasakan cukup pekat saat nada bicara Aletha terdengar lebih tinggi satu oktaf.

Aletha menatap jarum jam yang masih berjalan sesuai porosnya. Tidak akan pernah bisa mundur kecuali dirinya sendiri yang mengubahnya. Tapi untuk urusan perjalanan waktu, Aletha tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu, hanya untuk membuktikan hidupnya bukan sebuah hal yang bisa disesali semua orang. Luka yang mereka anggap ada itu bukan perasaan yang gadis itu rasakan.

Saat keputusaannya untuk tetap ada pada ruangan dingin yang mengepungnya dengan latar putih, bukan berarti dia tidak menolak semuanya. Dia hancur, dia ingin kabur, hanya caranya saja yang berbeda. Bahwa dia siap menerima, apapun yang menjadi keputusan alam untuknya. Bahwa dia harus sanggup pada setiap ketentuan semesta yang sudah digariskan.

Termasuk saat semua orang menganggapnya sebagai gadis gila atau saat kedua orang tuanya tidak pernah bisa melihat sisi unik, yang tidak dipunyai Revano. Mendramatisir bahwa kenormalan yang sesungguhnya adalah Revano. Hadir sebagai manusia yang benar dan telah digambarkan Tuhan. Belajar dengan alur yang terstruktur, mendapatkan segala kesuksesan berbentuk piala atau piagam, hidup dengan manusia secara adil dengan perlakuannya yang hangat, dan bisa bicara dengan masuk akal ketika di meja makan.

“Al, jam lima sore setelah gue selesai latihan paskib, gue mau tunjukin sesuatu”

Aletha hanya diam setelah tangannya menekan tombol merah dilayar. Kali ini pandangannya teralih pada pintu balkon yang masih tertutup rapat. Tubuh tegapnya berjalan membuka itu, mencari udara segar yang entah kenapa sulit sekali untuk dia cari akhir-akhir ini.

To Be Continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!