NovelToon NovelToon
AMBISI SANG SELIR

AMBISI SANG SELIR

Status: sedang berlangsung
Genre:Harem / Fantasi Wanita / Konflik etika / Cinta Istana/Kuno / Romantis / Balas Dendam
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Jika aku berhasil menaiki takhta ... kau adalah orang pertama yang akan ku buat binasa!”

Dijual sebagai budak. Diangkat menjadi selir. Hidup Esma berubah seketika tatkala pesonanya menjerat hati Padishah Bey Murad, penguasa yang ditakuti sekaligus dipuja.

Namun, di balik kemewahan harem, Esma justru terjerat dalam pergulatan kuasa yang kejam. Iri hati dan dendam siap mengancam nyawanya. Intrik, fitnah, hingga ilmu hitam dikerahkan untuk menjatuhkannya.

Budak asal Ruthenia itu pun berambisi menguasai takhta demi keselamatannya, serta demi menuntaskan tujuannya. Akankah Esma mampu bertahan di tengah perebutan kekuasaan yang mengancam hidupnya, ataukah ia akan menjadi korban selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ASS18

“Karem adalah budak yang telah kumerdekakan, Orhan. Bahkan adiknya pun telah kubebaskan dari pasar budak. Berkhianat?” Bey Murad menatap panglimanya dengan penuh keyakinan. “Itu mustahil.”

“Baginda benar. Lagipula, pelayan bernama Fatma itu sejak dulu memang telah menjadi buah bibir di kalangan harem. Ia kerap membujuk Mansur Ağa agar namanya dipertimbangkan menjadi salah satu kandidat selir,” sahut Orhan dengan raut serius. “Mustahil dalam sekejap ia menjalin hubungan khusus dengan salah satu prajurit, apalagi dengan Karem.”

Bey Murad menatapnya lama, seolah menimbang tiap kata yang diucapkan Orhan.

“Selidiki lagi masalah ini, Orhan,” ujarnya.

Orhan mengangguk patuh, namun wajahnya tampak ragu. “Tapi, Baginda ... bagaimana jika dalang dibalik semua permasalahan ini adalah—”

“Yasmin?” sela Bey Murad.

Orhan kembali mengangguk. “Bagaimanapun juga, Yasmin Hatun tengah mengandung keturunan dinasti. Segala tindakan terhadapnya harus dipertimbangkan dengan matang. Apalagi, Yasmin merupakan putri dari perdana menteri.”

Bey Murad menghela napas berat, menatap lantai seolah pikirannya sedang menelusuri sesuatu.

“Lupakan dulu soal Yasmin,” ujarnya tegas. “Katakan padaku, akhir-akhir ini ... siapa yang kerap bersama Karem?”

Orhan menatap Baginda, berusaha memahami pertanyaan itu.

“Karem adalah prajurit yang terlatih, tangguh dan selalu berhati-hati,” lanjut Bey Murad. “Mustahil ia bisa tewas begitu saja tanpa adanya tanda-tanda perlawanan. Artinya ....” Ia menatap Orhan serius. “Orang yang membunuhnya—adalah seseorang yang ia percayai.”

Orhan menarik napas. “Hamba mengerti maksud Baginda. Hamba akan menyelidikinya. Lalu ... mengenai ....”

...***...

Beberapa hari kemudian, Esma yang tengah melintas di lorong istana bersama Mansur—tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Yasmin dan Safiye.

“Sepertinya ... keadaanmu sudah membaik, ya, Esma?” sapa Yasmin lembut, bibirnya mengulas senyuman palsu.

Langkah Esma seketika terhenti, wajahnya tenang, emosinya tak terbaca.

“Alhamdulillah, Allah melindungi ku melalui Baginda,” sahutnya sambil mengamati ekspresi Yasmin yang sempat berubah sedetik. “Terutama sejak JI-MAT itu dibakar, tubuhku pulih dengan cepat.”

Waktu sempat berlalu dalam diam. Yasmin menatapnya tanpa ekspresi, seolah menimbang sesuatu di balik tatapan tenangnya.

“Benarkah? Baguslah,” balas Yasmin datar.

Keduanya akhirnya sama-sama menunduk, sama-sama hendak berlalu. Namun sebelum berlalu, Esma kembali berkata—

“Ah, hampir lupa,” ucapnya santai. “Di saat Baginda sibuk mengurus ahli doa sesat itu, aku dan Mansur sempat menggeledah kamar Baginda. Dan di sana, kami menemukan jimat yang serupa bentuknya. Benar begitu, kan, Mansur?”

Mansur yang berdiri di belakangnya sontak mendelik dan menggerutu di dalam hati. ‘Berhentilah membawa-bawa namaku!’

Esma tersenyum kecil, menatap Yasmin sekilas. “Tetapi, kau tidak perlu cemas, Yasmin Hatun. InshaAllah, Baginda akan baik-baik saja—karena aku sudah menyuruh Mansur Ağa mengencingi jimat itu. Konon, cara itu akan membuat pengaruh jimat seketika hilang. Setidaknya, semuanya akan segera kembali seperti semula. Tindakanku ... sudah benar, kan, Yasmin Hatun?”

Esma menatap Yasmin yang memilih membisu dengan kedua tangan sudah mengepal erat di sisi tubuh.

‘Cih! Kau berusaha sekuat tenaga untuk tak terpancing rupanya,’ batin Esma.

...***...

Esma melangkah pelan ke area latihan memanah di taman istana, di mana suara senar busur dan deru anak panah terdengar bersahutan. Begitu melihat kehadiran Esma, Bey Murad segera menghentikan latihannya.

“Baginda tampak sangat bersemangat hari ini,” ucap Esma dengan senyum hangat, matanya menatap deretan anak panah di meja. Ia mengambil salah satunya, menimangnya di tangan. “Bentuknya ramping, tapi terasa kuat.”

Bey Murad menatapnya lembut. “Kau tertarik dengan memanah?” tanyanya. “Ingin mencobanya?”

Esma mengangguk pelan. Bey Murad pun berdiri di belakangnya, tangannya membantu mengarahkan busur.

“Tarik perlahan ... jangan tegang kan bahumu,” bisiknya.

SYIUT!

Anak panah melesat cepat, menancap tepat di tengah papan sasaran.

Baik Bey Murad maupun Orhan yang menyaksikan pemandangan itu sempat terkejut, pun Mansur Ağa.

Esma tersenyum puas, lalu tanpa ragu mengambil satu anak panah lagi.

SYIUT!

Kali ini hasilnya sama—tepat di tengah.

“Kau ... jago memanah rupanya,” ucap Bey Murad kagum.

Esma menunduk sopan, senyuman bangga terukir di bibirnya. “Sejak kecil, hamba sangat tertarik dengan aktivitas ini. Ayah hamba sering berkata, perempuan yang tau cara membidik akan selalu tau ke mana arah tujuannya. Maka, hamba mempelajarinya dengan tekun.”

Bey Murad dan Orhan saling berpandangan, saling melempar senyuman kagum.

“Begitu, ya,” ujar Bey Murad akhirnya, mengusap lembut bahu Esma, “Baguslah, kekhawatiranku jadi sedikit berkurang. Setidaknya, aku tau istana ini akan aman saat aku pergi nanti.”

Esma membelalakkan mata, busur di tangannya nyaris terjatuh. “Pergi? Baginda akan pergi? Ke mana?” cecarnya cepat, ia mengekori setiap langkah Bey Murad — layaknya anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan.

Bey Murad terkekeh, meletakkan busur dan melangkah menuju meja minum di sisi taman. Esma terus membuntuti langkahnya.

“Apakah jauh, Baginda? Berapa lama? Siapa yang ikut? Kapan berangkat?”

Bey Murad menghela napas pelan, menatapnya sekilas sambil tersenyum geli. “Kau bahkan belum memberi kesempatan diri ini untuk menjawab satu pun pertanyaanmu.”

Esma menatapnya dengan wajah setengah merajuk. “Itu karena hamba tidak suka ditinggal,” gumamnya pelan. “Apa Baginda akan pergi berperang?”

Bey Murad terkekeh lagi, kali ini lebih lembut. “Tenanglah, bukan ke medan perang,” ujarnya. “Aku hanya akan melakukan perjalanan ke Edirne, meninjau pembangunan jembatan dan madrasah baru. Hanya beberapa hari saja.”

Esma mendengus kecil. “Beberapa hari pun ... tetap saja lama. Apalagi harus hidup seatap dengan iblis betina itu, entah kejahatan apalagi nanti yang akan perempuan itu lakukan padaku.” Tentu kalimat terakhir itu hanya Esma ucapkan di dalam hatinya.

“Apa kau sudah merindukan diri ini bahkan sebelum aku berangkat?” goda Bey Murad, menatapnya dengan tatapan hangat.

Esma buru-buru berpaling, pura-pura sibuk memeriksa anak panah di tangannya. “Hamba hanya khawatir, itu saja,” elaknya.

Bey Murad menyingkirkan anak panah dari tangan Esma, lalu meraih jemari istri keduanya—mengecupnya dengan sangat lembut. “Begitukah?”

Wajah Esma memerah seketika. “Baginda suka sekali menggoda, ya. Apakah, malam ini hamba harus berdandan secantik mungkin?”

...***...

3 hari kemudian — di harem.

Bey Murad mencium takzim punggung tangan Ibu Suri. “Izinkan hamba berangkat, Ibunda. Perjalanan ini hanya memakan waktu beberapa hari saja, tetapi, hamba memohon—Ibunda sudi menjaga orang-orang terkasih di istana selama kepergian hamba.”

Ibu Suri menatapnya dengan lembut. “Semoga Allah melindungi setiap langkahmu. Dan jangan khawatir, istana akan tetap aman di bawah penjagaan kami.”

Bey Murad memeluknya singkat, lalu beralih menatap Yasmin dan para selir yang berdiri sejajar.

“Yasmin Hatun,” ucapnya dengan wajah kaku, “jagalah ketertiban harem. Engkau ibu dari penerus dinasti—bawalah dirimu sebagaimana mestinya.”

Yasmin menunduk sopan. “Perintah Baginda adalah kehormatan bagi hamba.”

Setelah itu, pandangan Bey Murad beralih pada Esma. Wajahnya melunak, lalu dengan langkah perlahan ia menghampiri wanita itu, mengabaikan tatapan semua mata yang kini tertuju pada mereka.

“Dan engkau, Esma Hatun ...,” ucapnya sambil menatap lembut, “jaga dirimu baik-baik. Aku akan pulang secepatnya.”

Esma mengangguk patuh, ia mencium punggung tangan Bey Murad dengan takzim. Berat hati ia melepaskan kepergian sang suami, ditambah lagi—firasatnya kali ini benar-benar tak enak.

‘Cepatlah pulang, Baginda ....’

.

.

“Bawa budak lancang ini ke tiang gantungan di sudut kota, laksanakan hukuman mati sekarang juga!”

*

*

*

1
Sayur 💎
kau yg go tu hel
Sayur 💎
sygnya putrimu yg peak itu gk mmpu mengambil hati bey brewok tampan
💕Bunda Iin💕
iya putra kecebong😂😂
Sayur 💎
astagfirullah. bapak dan anak sm2 biadab bgt.
💕Bunda Iin💕
eh rustum,ko anda yakin sekali klo si yasmin hamil anak nya cowo dan manusia benaran...wong itu anak dpt dri dukun n anak setan😡
💕Bunda Iin💕
jangan senang dlu ya rustum...dlu kau boleh membodohi bey murad karna ia masih muda...tpi sekrang ia telah dewasa
💕Bunda Iin💕
ini manusia sampah kapan terungkap kebusukan nya?😡...serius jahat banget😡
💕Bunda Iin💕
segitu nya banyak pasukan akoh yakin pasti ada yg lihat apa yg kau perbuat rustum😡
N Wage: pasti ada yg lihat,cuma mungkin dia/mereka takut.mudah2an siapapun dia/mereka pd saat yg tepat membuka semua tabir kelicikan si rustum rustum ini.
total 3 replies
💕Bunda Iin💕
benar² iblis kau rustum😡...pembalasan itu akan dtang...segala kebusukan kau akan terbongkar semua😡👊
💕Bunda Iin💕
woi rustum itu pintu,dinding,meja dll benda² mati itu ga bersalah woi😂🤣
Sayur 💎: iya. setipe emg ma anaknya si yasmindul
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
yuhu bukan nya kau yang akan menyusul ke alam baka 🤭...pede sekali si penghianat 🤣
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
👏👏👏👏👏👏
💕Bunda Iin💕
wah seru nih bpk sama anak kena hukuman yg begtu ringan menurut akoh ya😁
💕Bunda Iin💕
benar itu...mang enak kau rustum sih pemberontak😡
💕Bunda Iin💕
😂😂😂😂🤣🤣🤣
💕Bunda Iin💕
benar alena...yasmin itu perempuan laknatullah😂😂
💕Bunda Iin💕
😡😡😡😡😡
💕Bunda Iin💕
semangat esma💪...balas lah atas kematian saudri mu khadijah walaupun membalas dendam itu tdk baik...tpi ini masalah nyawa yg di ambil dgn begitu keji😡
💕Bunda Iin💕
wah kyk nya ada udang dibalik rempeyek nih😅apapun rencana mu esma akoh dukung tpi tetap berhati² ya cantik🥰💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!