NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

[Sekarang, aku di apartemen Raflesia unit no. 528, lantai 10, Baby. Siapa tahu, kamu mau berkunjung kesini. Aku rindu ciumanmu]

Ajeng mengernyit membaca pesan itu. Bukan, bukan perkara bualan itu.

Tapi, dia pikir, setelah membantunya kemarin, Biantara akan pulang ke tempat asalnya yang entah dimana.

Tapi kenapa, justru lelaki itu memberinya alamat apartemen mewah yang masih satu lingkup dengan tempat tinggalnya?

“Memangnya, dia nggak pulang? Kalau dia disini, gimana bisnisnya?”

“Hayo! Ngomong sama siapa?”

Ajeng terkejut sejadi-jadinya saat tiba-tiba Monik mengejutkannya.

“Apa sih, Mon? Ngagetin aja.” Kesal wanita itu.

“Abisnya, Mbak Ajeng kayak orang gila ngomong sendiri.”

“Berani kamu ya bilang aku gila?”

Bukannya takut, Monik malah cengengesan.

“Hehehe. Peace, Mbak. Kan cuma bercanda.” Wanita itu mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

“Ck. Ngapain kamu kesini?” Tanya Ajeng lagi, mengalihkan pembicaraan.

“Nggak apa-apa. Mau tanya-tanya aja.”

“Tanya apa? Kamu ini udah kayak wawancara aja.”

“Kan aku emang mau wawancara Mbak Ajeng biar tau rencana Mbak Ajeng.”

Ajeng memperhatikan pintu kamarnya yang belum ditutup oleh Monik. Beruntung, Monik pun paham maksud Ajeng.

“Aku tutup dulu kalau gitu, Mbak.”

Ajeng tak melarang, tapi juga tak mengiyakan. Dia hanya membiarkan Monik melakukan sesukanya.

Saat gadis itu kembali dan duduk di samping Ajeng, Monik kelihatan sendu.

“Kenapa? Katanya mau wawancara? Gaji kamu udah abis?”

Gadis 20 tahun itu menggelengkan kepalanya. “Nanti, kalau Mbak Ajeng pergi, boleh nggak aku ikut?”

Monik memang menunduk, tapi Ajeng tahu kalau Monik berkaca-kaca.

“Kamu nggak mau kerja sama Mas Rendy lagi?” Tanya Ajeng mengangkat dagu Monik.

“Aku kan disini kerja buat Mbak Ajeng.”

“Tapi, kamu karyawan kami, Monik. Sama seperti Mas Doni. Meskipun kalian jadi asisten kami, tapi kerjaan kalian nggak melulu soal kami.”

“Ya tapi aku mau ikut Mbak Ajeng aja kalau boleh.”

“Tapi, Mon. Apa yang aku bangun nanti, belum tentu sebesar punya Mas Rendy.”

“Nggak apa-apa. Aku akan dampingin Mbak Ajeng sampai sukses.”

Ajeng tersenyum kecil. Merasa tersentuh dengan ketulusan Monik.

Gadis itu, gadis yang dia temui sedang dibully teman-temannya di jalan hanya karena sedang mencari pekerjaan, dan tidak berkuliah seperti mereka.

Gadis penurut yang selalu ceria, tapi juga bukan gadis yang mudah tertindas.

“Kalau kamu yakin, mau ikut aku, ya udah ikut. Tapi, syaratnya kamu harus selalu setia.”

Tiba-tiba, wajah Monik berubah ceria.

“Kurang setia apa aku sama Mbak Ajeng? Nanti, akan aku buktikan kalau aku bisa lebih setia lagi.”

“Ya sudah. Kalau gitu, kamu udah dapet laporannya belum?”

“Udah, Mbak.” Ajeng mengangguk semangat. “Ini. Aku tadi sekalian sama mau laporan.”

Ajeng menerima sebuah map cukup tebal dari tangan Monik.

“Tapi, itu baru laporan keuangan, stok gudang, sama barang keluar masuk aja, Mbak. Kalau aset tetapnya belum ada. Aku nggak tahu kalian punya apa aja soalnya.”

Ajeng mengangguk paham. “Ya udah. Ini aja dulu, yang lain biar aku sendiri yang nyari sekalian aku bicarakan dulu sama temanku.”

“Wah, teman? Siapa, Mbak? Apa yang kemarin bantu Mbak Ajeng pura-pura kabur? Atau yang suka kirim makanan itu? Haha, aku tau kok kalau yang pesen makanan itu sebenarnya bukan Mbak Ajeng sendiri.”

“Kamu ini, sok tahu! Udah sana, keluar! Aku mau bicara dulu sama temenku.”

“Cewek apa cowok, Mbak?” Bukannya pergi, Monik malah masih kepo.

“Monik…!”

“Hehehe, iya… iya… aku pergi deh.”

Ajeng hanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman, mengantarkan Monik keluar dari kamarnya.

Setelah memastikan Monik benar-benar pergi, Ajeng lantas mengambil ponselnya.

Ternyata, pesan dari Biantara yang belum sempat dia jawab tadi, sudah beranak pinak menunjukkan kecurigaan si pengirim.

[Baby, kenapa nggak bales?]

[Kamu lagi sama Rendy?]

[Katamu, dia tetep sibuk sama istri mudanya. Kok kalian bersama?]

[Apa yang kalian lakukan, Baby? Sepertinya, aku salah membiarkanmu balik lagi]

[Aku cemburu]

Ajeng tersenyum. Jujur saja, dia berbunga-bunga hanya karena pesan dari selingkuhan tanpa statusnya itu.

Iya, kan? Ajeng memang sudah berselingkuh?

“Coba orang lain tahu kalau dia kayak gini, pasti hancur sudah reputasinya.” Gumam wanita itu.

Sayangnya, tepat sebelum jemarinya menekan tombol panggil pada nama Biantara, Ajeng ingat sesuatu.

“Apa jangan-jangan, dia juga kayak gini ke semua wanita?”

“Ah, Ajeng! Jangan baper dulu! Kamu nggak tahu siapa dia. Cukup terima niat baiknya membantumu saja, dan balas sebisamu. Selebihnya, pikirkan baik-baik kalau mau bermain perasaan.”

Drrrttt drrrttt drrrttt.

Entah Biantara akan panjang umur, atau memang lelaki itu tak sabaran. Pasalnya, Ajeng masih sibuk memikirkannya saja, lelaki itu sudah meneleponnya.

Dengan senyum senang yang dia tekan, Ajeng mengangkat panggilan itu.

“Halo!”

Sapaan Biantara, lebih cepat daripada sapaan Ajeng.

“Iya, Mas.” Wanita itu akhirnya menjawab dengan lembut.

“Kamu lagi apa, Baby? Kenapa nggak bales-bales chat-ku?”

Ajeng terkikik sebentar sebelum menjawab. “Ini baru mau bales. Tapi, kamu udah telepon aku duluan.”

“Kamu kelamaan. Lagi ngapain sih?” Biantara terdengar sangat penasaran dan cukup sewot.

“Aku lagi ngobrol sama Monik. Iya, aku tau kok. Kapan-kapan, aku main ke apartemen kamu.”

“Kenapa nggak sekarang aja kesininya?”

“Hah?! Yang bener aja, Mas?”

“Kenapa memangnya?”

“Kan terlalu mendadak.”

“Kamu sibuk?”

“Enggak.”

“Atau ada acara? Oh, apa jangan-jangan, kamu lagi berduaan sama suamimu?”

“Hihihi.” Ajeng tertawa lagi. “Kamu ini kayak pacarku aja, Mas. Masa gitu aja posesif banget.”

“Anggap saja begitu. Aku ini kekasihmu yang sebentar lagi akan menikahimu.”

“Mas…. Mas… kamu itu.” Ajeng menghentikan tawanya. “Oh ya, aku udah dapat sebagian laporan dari Monik. Cuma, cara memindahkan setengahnya gimana ya, Mas? Kalau aku bertindak terlalu banyak, apa Mas Rendy nggak akan curiga?”

Biantara terdiam, tak terdengar suaranya.

“Mas?” panggil Ajeng lagi.

“Hem, ya. Kalau begitu, kita bahas aja sama notaris dan pengacara. Gimana? Kamu mau kan datang ke apartemenku?”

“Jangan modus deh. Aku belum selesai datang bulan.”

“Ck. Apa aku terlalu kelihatan merindukanmu?”

“Aku cuma waspada.”

“Tapi kamu benar, Baby. Aku sangat merindukanku. Makanya, aku mau kamu ke apartemenku. Kita make love aja, gimana? Ah, aku udah on lagi, Baby.”

“Hemh, kamu ini kenapa sih ngomongnya selalu mesum? Kalau aja aku tahu kamu begini sejak dulu, pasti aku udah ilfeel sama kamu.”

“Apa sekarang juga ilfeel?”

“Lebih ke takut kalau sekarang. Kamu serem. Hihihi.”

“Apa permainanku begitu kasar, sayang? Perasaan, aku hebat."

Ajeng tersenyum meskipun Biantara tak melihatnya. "Aku akui kamu hebat. Cuma, heran aja kenapa yang pertama cepet banget.”

“Itu karena belum terbiasa, Baby. Apalagi kamu begitu… ah, sulit diutarakan. Engh… apa kamu mau lihat dia bangun lagi? Aku sedang di kamar sekarang. Aku ganti panggilan video kalau mau.”

“Ih, nggak mau. Kapan-kapan aja, makasih.” Ajeng tergelak dengan sindiran.

“Kenapa sih harus malu-malu kayak gitu? Kita udah saling lihat tubuh masing-masing, Baby.”

“Kamu tuh malu-maluin!” Ajeng mulai kesal.

Biantara terdengar tergelak. “Baiklah… jangan kesal begitu. Nanti kalau kamu manyun, aku makin cinta.”

“Ck, Mas…” Ajeng merengek.

“Ah, jangan mende sah, sayang. Kamu memancingku.” Biantara masih menggoda.

“Aku tutup nih teleponnya.” Ancam Ajeng.

“Eh, jangan dong! Kok suka ngancem?”

“Kamu sih…”

“Iya, sayang. Maaf… terus, ini jadinya gimana? Aku panggilin notaris sama pengacara aja ya.”

“Boleh deh, kapan bisa ketemu mereka?”

“Sekarang bisa Baby.”

“Kok mendadak, Mas? Emang mereka nggak sibuk?"

“Sudahlah, jangan pikirkan itu. Yang penting, urusanmu cepat selesai dan kamu cepat cerai sama suamimu.”

“Hem…”

“Oke. Kalau gitu, aku tunggu kamu jam dua di apartemenku.”

Ajeng heran. “Loh, serius di apartemen? Mereka mau?"

“Aku nggak bohong, Baby. Mereka bisa dipanggil ke apartemen. Lagipula, pembicaraan pribadi pasti butuh privasi.”

“Tapi, aku ajak teman boleh?”

“Siapa?” Tiba-tiba, Biantara tergelak. “Kamu takut aku memaksamu saat kamu berdarah?”

“Enggak, Mas. Tapi, biar Mas Rendy nggak curiga.”

“Oh ya, kemana dia?” Biantara seperti diingatkan. “Bukankah kemarin kalian janji agar dia lebih adil? Ku kira kalian langsung mesra-mesraan setelah baikan.”

“Katanya Brina sakit. Nggak tahu betulan apa enggak. Aku nggak peduli. Yang penting, aku sudah diberi kebebasan lagi, dan bisa mengatur semuanya. Justru, bagus kan kalau nggak ada dia? Aku bebas ngapa-ngapain."

“Ya, tentu saja, Baby. Apa kamu sudah mati rasa?"

"Mungkin."

"Bagus. Kamu memang hebat."

“Tapi, aku nggak curang loh. Aku hanya ingin mendapatkan hakku saja.”

“Itu jauh lebih baik. Tidak perlu mengambil yang bukan hakmu. Nanti, aku tambahin yang lebih banyak kalau kamu masih kurang.”

Ya, begitulah mereka. Ajeng dan Biantara akan lebih bisa berbicara baik dan serius kalau memang sedang berjauhan. Pasalnya, kalau bertemu, Biantara akan lebih fokus men-treatment Ajeng dengan segala usahanya. Baik treatment secara mesum, secara materi, bahkan secara perhatian yang tak dia dapatkan dari sang suami.

Percayalah, selama Rendy menikah lagi, bahkan mereka hanya membagi hasil usaha mereka saja menjadi dua, atau tiga untuk konten. Rendy tak pernah memberi tersendiri untuk Ajeng, sedangkan dia memberi untuk Sabrina.

Jadi, sebagai manusia yang masih cinta dunia dan keimanannya hanya setipis tissue, jangan salahkan Ajeng yang lemah perasaan, begitu mudahnya tertarik kepada Biantara.

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!