NovelToon NovelToon
Dinikahkan Diam-diam Dengan CEO

Dinikahkan Diam-diam Dengan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Percintaan Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: nonaserenade

“Gue gak akan pernah sudi nerima lo sebagai suami gue!”

“Saya tidak keberatan, Maha. Bagaimanapun kamu tidak menganggap, saya tetap suamimu.”

“Sialan lo, Sas!”

•••

Maharani tidak pernah meminta untuk terlibat dalam pernikahan yang mengikatnya dengan Sastrawira, pewaris keluarga Hardjosoemarto yang sangat tenang dan penuh kontrol. Sejak hari pertama, hidup Maha berubah menjadi medan pertempuran, di mana ia berusaha keras membuat Sastra merasa ilfeel. Baginya, Sastra adalah simbol patriarki yang berusaha mengendalikan hidupnya.

Namun, di balik kebencian yang memuncak dan perjuangannya untuk mendapatkan kebebasan, Maha mulai melihat sisi lain dari pria yang selama ini ia tolak. Sastrawira, dengan segala ketenangan dan kesabarannya, tidak pernah goyah meski Maha terus memberontak.

Apakah Maha akan berhasil membuat Sastra menyerah dan melepaskannya? Atau akankah ada simfoni tersembunyi yang mengiringi hubungan mereka, lebih kuat daripada dendam dan perlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nonaserenade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Dinikahkan Diam-diam

"Kita putus Maha!" Seru pacar ke delapan belas Maharani Lestari Wirastama yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dengan sepihak, tanpa adanya sebab yang jelas. Percekcokan pun nol besar, tapi tiba-tiba meminta putus.

"Jelasin Gak! Atau gue siram muka lo pake kuah bakso, mau?!" Ancam Maha pada laki-laki bernama Dafa yang saat ini tengah gelisah akan sesuatu.

"Maaf Maha, tapi gue gak bisa—kabur..." Pekik Dafa melarikan diri dari amukan Maha, para siswa Cendana Maharaja menyaksikan momen itu dengan tatapan sinis, ada diantara mereka yang mulai mencemooh Maha hingga timbulah pertengkaran sengit dengan saling jambak-menjambak rambut dan melempar mangkuk berisi kuah bakso, yang ujung-ujungnya masuk kedalam ruangan BK.

Maharani merasa dirinya selalu sial dalam hal yang berbau percintaan, walaupun dia sudah terbiasa dengan perasaan ini—ditinggalkan, ditolak, dan diputuskan tetapi Maharani juga ingin mendapatkan hubungan yang langgeng.

"Kalau gini terus bisa-bisa gue jadi jomblo ngenes seumur hidup. Sial! Kenapa sih? Apa gue jelek dan kurang menarik ya sampe banyak cowok yang nolak gue? Ah masa sih, orang gue cantik nan seksi begini juga. Awas aja ya mantan-mantan gue yang berani-beraninya udah mutusin gue, nanti gue pamerin cowok yang bener-bener bisa cinta dan setia sama gue, liat aja!" Ucap Maha pada angin yang berhembus tetapi akhirnya dia berteriak kencang juga.

"ARGHHH!!"

Maha mengerang kesal, saking dongkolnya dia sampai menendang botol air mineral yang sudah kosong dengan keras, yang malah mengenai kepala licin tidak berambut guru matematikanya, pak Bima.

"MAHARANI!!" Pekik pak Bima keras, Maha segera kabur dari sana.

Nafasnya terengah-engah, sial hari ini dirinya. Sudah diputuskan laki-laki berengsek, eh hampir kena amukan guru matematikanya pula.

"Arghhh!!"

"Najong banget sial!" Maha mengepalkan tangannya dengan kuat, mood-nya hari ini benar-benar berantakan parah.

DUARR!!

"Ketemu!!" Teriak Keana dengan suara lantang dan mengejutkan, jantung Maha yang kembali dibuat berjoget ria.

Maharani memutar bola matanya malas, "Bisa gak sih gausah rusuh kalau datang Kea! Bikin orang jantungan aja."

"Hehe," Keana malah terkekeh pelan. "Gue suka liat muka kaget lo Maha, lucu."

Maha protes banyak. "Suka sih suka, gue jantungan kan gak bercanda Kea!"

Keana tertawa lepas, "amit-amit lah Maha. Gue nyariin lo, eh akhirnya ketemu disini. Anak-anak udah nunggu di rooftop, gak sabar pengen megang uang hasil taruhan lo yang gagal lagi."

Maha merengut kesal, semua teman-teman nya memang tidak beres otak pikirannya. "Jahat banget lo semua, fuck!" Maha menjentikkan jari tengahnya kesal, Keana malah tertawa ngakak.

"Masih banyak cowok diluar sana Maha, lo cantik plus aduhai begini masa sih kagak ada yang setia. Ditunggu aja ya Maha, gue doain lo dapet cowok spek malaikat, Perfect lah pokoknya."

Maha menghela nafas panjang. "Pastilah, gue pasti coba lagi, mau berapapun itu gue jabanin."

Mereka berdua tersenyum lebar, langkah kakinya Bergerak menuju rooftop sekolah. Semuanya menunggu kabar kekalahan Maharani.

"Iya gue kalah lagi, puas kalian?"

"Banget!!" Seru empat sahabat Maharani. Risa yang paling senang karena dia tahu Maha memang tidak cocok dengan Dafa, pria yang modelnya kayak ulat keket.

"Di kelas dua belas ini, banyakin lagi masa-masa indahnya. Kayak lo Maha, gaskeunn semangat cari yang setia, hempaskan cowok-cowok tidak berguna seperti delapan belas mantan Lo yang wakanda itu." Seru Nadin, si paling tidak suka sahabatnya dibeginikan terus laki-laki.

Maharani malah memikirkan hal yang aneh, kemudian dia menceritakan pada sahabatnya. "Gue rasa ada seseorang yang gak mau gue bahagia punya doi deh. Sosok misterius itu masih gue liat tau, kayaknya dia cowok."

Keana mengangguk setuju, dia juga sempat melihat sosok misterius yang dikatakan Maha.

"Hati-hati Maha, takutnya dia pakai ilmu magis, kita kan gak tau." Keana mulai dengan asumsi anehnya, tapi perkataannya ada benarnya juga.

"Banyak berdoa aja kali, yakin sama yang diatas." Hani menambahi, menenangkan Maha yang mulai resah.

•••

Setelah aktifitas yang cukup melelahkan di sekolahnya, Maha segera pulang. Langkahnya cukup malas masuk kedalam rumah namun suara bariton seseorang yang sangat familiar membuat Maha terdiam diambang pintu.

"Tolong jaga putri saya nak Sastra, saya harap nak Sastra dapat membimbing Maharani menjadi istri yang berbakti."

DEG!!

Maharani berdiri mematung di ambang pintu. Kalimat terakhir yang baru saja didengarnya seperti petir di siang bolong, menyambar hingga membuat tubuhnya kaku. "Istri yang berbakti?" Pikirnya. Apa yang sebenarnya sedang terjadi didalam sana?

Dengan langkah yang tertahan, Maha melangkah masuk ke ruang tamu. Di sana, duduklah ayahnya dengan ekspresi serius, berbincang dengan seorang pria tinggi, berkulit sawo matang, berwajah dingin, namun sangat tampan. Pria itu adalah Raden Sastawira Atmajaya Hardjosoemarto, putra tertua dari pasangan keluarga Hardjosoemarto, lebih tepatnya anak dari teman bisnis Papanya.

"Papa..." Maha berbisik, suaranya nyaris tak keluar. "Apa maksudnya tadi?"

Ayahnya, Wirastama, menatapnya dengan tenang, namun di balik tatapan itu ada sedikit rasa bersalah yang Maha tangkap. "Maha, duduklah dulu, Papa akan jelaskan semuanya."

Namun Maha tidak ingin duduk. Dia merasa tidak nyaman, perasaan cemas mulai merayap ke seluruh tubuhnya. "Jelaskan apa, Pa? Kenapa Papa bilang begitu? Kenapa ada cowok itu di sini?"

Sastawira, tetap diam namun matanya menatap lekat sosok wanita yang sudah ia peristri lima bulan lalu.

Wirastama akhirnya menarik nafas panjang dan mulai berbicara, "Maha, Papa tahu ini mendadak, dan mungkin kamu marah. Tapi ini keputusan keluarga. Keluarga kita dan keluarga Hardjosoemarto sudah lama memiliki kesepakatan ini. Untuk menjaga kehormatan keluarga, kalian sudah dijodohkan, kamu... sudah Papa nikahkan dengan Nak Sastrawira, lima bulan lalu."

Maha menatapnya dengan tatapan terbelalak, seolah tidak mempercayai apa yang baru saja didengarnya. "Menikah? Papa?! Maha gak pernah menikah sama siapapun! Apa-apaan ini?!"

Wirastama menundukkan kepalanya, merasa berat harus menjelaskan situasi yang sudah ia sembunyikan selama ini. "Papa tahu, Maha. Kamu pasti syok. Tapi pernikahan ini dilakukan demi menjaga kehormatan keluarga. Kamu tidak ada di sana saat pernikahan berlangsung karena kami sengaja melangsungkannya secara tertutup. Semua sudah diatur oleh keluarga."

Maha tersentak mundur, menatap Wirastama dengan pandangan terluka. "Bagaimana bisa, Pa? Kenapa Papa melakukan ini tanpa bilang ke Maha? Ini hidup Maha, bukan permainan keluarga."

Sastrawira, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara dengan suaranya yang tenang. "Maha, saya tahu ini sulit diterima. Tapi pernikahan kita sudah sah. Saya akan menghargai ruang yang kamu butuhkan."

Maha memandang Sastrawira dengan tatapan tajam. "Gue gak pernah setuju dengan ini! Gue gak pernah tanda tangan apapun, dan gue gak akan pernah terima lo sebagai suami gue!"

Sastrawira mengangguk, tetap tenang meskipun Maha sudah meledak dengan amarah. "Saya mengerti kalau kamu butuh waktu, Maha."

Maha mengepalkan tangannya, merasa marah dan bingung. "Papa udah jahat, merusak hidup Maha kayak gini! Maha gak akan pernah terima ini, gak peduli apa pun yang Papa atau cowok itu katakan!"

Wirastama mencoba mendekati anaknya dengan tatapan penuh harap, tapi Maha sudah lebih dulu berbalik dan lari ke kamarnya. Air mata yang ia tahan akhirnya mengalir deras begitu pintu kamarnya tertutup.

Di dalam kamar, Maha merasa dunianya runtuh. Bagaimana bisa ini terjadi? Bagaimana bisa hidupnya yang bebas sekarang dikendalikan oleh keputusan keluarga yang ia sendiri tak pernah tahu?

Sastrawira tetap duduk di ruang tamu, menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dibanting Maha. Pak Wirastama menghela napas panjang, memandangi Sastrawira dengan perasaan tak enak. "Nak Sastra, beri dia waktu. Maha butuh waktu untuk menerima ini."

Sastrawira hanya mengangguk pelan. "Saya paham, Pak. Saya tidak akan memaksa. Saya akan tunggu sampai Maha siap."

"Sial banget hidup gue, arghhh..." Maha membanting gelas yang sebelumnya berada diatas nakas, Wirastama yang mendengar itu segera menggedor pintu putri bungsunya.

"Maha, buka tidak pintunya?!" Pekik Wirastama dengan keras, takut putrinya melakukan hal nekat yang tidak-tidak.

"Pak, biar saya saja yang dobrak." Ucap Sastrawira mulai ancang-ancang untuk mendobrak pintu kamar Maha. Wirastama mengangguk, membiarkan Sastra mendobrak pintu kamar putrinya.

BRAK!!

Pintu didobrak dengan kencang, membuat Maha terlonjak kaget didalam kamarnya, dia langsung menyusut air matanya dengan kasar.

"Bang*at!! Apa-apaan sih lo?!" Pekik keras Maha melihat pintu kamarnya dirudapaksa oleh laki-laki itu.

Wirastama segera masuk kedalam dan melihat pecahan gelas berserakan dilantai.

"Bi!!" Panggil Wirastama pada asisten rumah tangganya. Bi Lastri segera datang dan membersihkan pecahan gelas dibantu oleh Sastra.

"Tuan, tidak usah," ujar bi Lastri tak enak, apalagi mengetahui laki-laki tampan di hadapannya itu adalah putra tertua Hardjosoemarto.

"Tidak apa-apa Bi, saya bantu."

Wirastama mengeraskan rahangnya, tatapannya tajam menatap Maha. "Kamu apa-apaan sih Maha? Kalau marah sama Papa gak gini caranya!"

"Maha berhak marah Pa, anak perempuan mana yang nggak ngamuk kalau hak nya direnggut seperti ini? Papa kenapa sih dari dulu selalu aja mojokin Maha? mungkin...kalau Mama masih hidup Maha gak semenderita ini!" Pekik Maha akhirnya tumpah unek-unek nya, tetapi dia tidak sedikitpun memperlihatkan air matanya, bagi Maha pantang memperlihatkan kesedihan didepan laki-laki, mereka semua hanya menganggap wanita sebagai makhluk cengeng yang mudah dimanipulasi.

"MAHA!!" Wirastama tak kalah berang mendengar nada tinggi putri bungsunya, Maha memang anak yang sangat sulit diatur.

Sastrawira yang melihat pertengkaran anak dan bapak semakin sengit akhirnya membantu meredakan, tak ingin situasi semakin panas.

"Pak Wirastama tenanglah Pak, kita biarkan Maha mencari ketenangan terlebih dahu—"

"Karena lo sialan," tunjuk Maha pada Sastrawira, "gue benci banget sama lo. Diantara jutaan cewek di berbagai belahan dunia, kenapa harus gue sih?! Lo tuh bisa cari yang lebih dari gue, yang sepadan sama lo dan keluarga ningrat lo itu."

Maha mendengus dingin, "Lo itu gak beda jauh sama om-om pedo, tau gak sih?!"

"Astaghfirullah Maha!!" Hampir saja Wirastama melayangkan tangannya memukul wajah Maha jika tidak ditahan oleh Sastrawira.

Sastra kembali membuka sura. "Maha, saya akan beri kamu ruang dan waktu. Saya tidak akan menuntut apapun dari kamu, tapi tolong pikirkan ini baik-baik. Kita bisa bicarakan ini nanti, saat kamu sudah lebih tenang."

Maha mendengus kesal, matanya masih menatap Sastrawira penuh kebencian. "Gue gak butuh waktu untuk mikir. Jawaban gue tetap sama. Gue gak akan pernah setuju sama pernikahan ini, dan gue gak akan pernah terima lo sebagai suami gue, titik."

Sastrawira mengangguk paham. "Baik, Maha. Saya mengerti."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Sastrawira meninggalkan kamar Maha, diikuti oleh Pak Wirastama yang masih terlihat gelisah. Setelah mereka keluar, Maha terduduk di pinggir tempat tidurnya, merasa kelelahan setelah semua emosi yang baru saja ia keluarkan.

"HUFT!!"

"Mama, nggak adil ya, laki-laki selalu ingin berada di depan dengan segala kuasanya," gumam Maha pada angin yang berhembus dari jendelanya yang terbuka. "Karena itu, Maha ingin menaklukkan laki-laki. Bukan karena Maha haus akan cinta dan perhatiannya, tapi... Maha cuma ingin mencari laki-laki yang nggak seenaknya terhadap perempuan. Hah!" Maha mendengus lelah. "Kayaknya sulit deh, seribu satu. Ada juga... malah belok, arghh... sialan!"

Maha mengingat salah satu mantannya yang terlihat sempurna di awal, namun setelah kedoknya terbuka, Maha jadi ilfeel. "Selingkuh sama cewek sih normal, tapi kalau selingkuhnya sama... batang lagi, ngeri deh!" Pikirannya merinding setiap kali ia mengingatnya.

"Amit-amit ish!! Bisa berabe kalau terus lanjut waktu itu." Katanya dengan tubuh yang tiba-tiba merinding parah.

Maha menggelengkan kepala, mencoba menyingkirkan pikiran itu. "Nggak, nggak, nggak! Sekarang bukan waktunya mikirin itu." Wajah Sastrawira tiba-tiba muncul dalam pikirannya, membuat Maha semakin kesal. "Sastrawira Atmajaya Hardjosoemarto," ucapnya pelan, namun dengan penuh kekesalan. Tangannya mengepal erat, menahan perasaan yang menggelora di dalam dirinya.

Maha bangkit dari tempat tidur menuju meja belajarnya yang jarang sekali terjamah olehnya, lalu dia mulai membuka internet untuk mencari lebih detail tentang profil dan latar keluarga Hardjosoemarto.

"Buset si Sastrawira namanya nongol paling atas di pencarian, dih... ni orang se-famous apa sih?"

KLIK!

Raden Sastrawira Atmajaya Hardjosoemarto, putra pertama dari keluarga Hardjosoemarto. Usianya saat ini tiga puluh dua tahun, sudah sukses sebagai pengusaha muda di usia dua puluh tujuh tahun dalam bisnisnya, yang terfokus pada teknologi dan infrastruktur.

Sastrawira adalah pendiri sekaligus CEO dari AtmajayaTek, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan pengembangan aplikasi digital. Perusahaan ini dikenal sebagai salah satu inovator terdepan dalam industri teknologi, khususnya dalam pengembangan solusi berbasis AI dan big data untuk sektor bisnis. Sastrawira memiliki visi untuk menjadikan AtmajayaTek sebagai pionir dalam menciptakan teknologi yang dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia dan wilayah Asia Tenggara.

Selain AtmajayaTek, Sastrawira juga terlibat dalam proyek-proyek besar infrastruktur melalui Hardjosoemarto Group, perusahaan utama keluarga yang bergerak di bidang properti dan pembangunan. Di bawah kepemimpinannya, Hardjosoemarto Group telah memperluas portofolio mereka dengan mengakuisisi sejumlah properti strategis di kota-kota besar dan mengembangkan proyek-proyek pembangunan yang bernilai miliaran rupiah.

Bisnis-bisnis ini menjadikan Sastrawira tidak dikenal hanya sebagai pengusaha sukses tetapi juga sebagai salah satu tokoh muda yang paling berpengaruh di kalangan elit. Di balik kesuksesannya, Sastrawira dikenal sebagai sosok yang ambisius, tenang, dan berdisiplin tinggi—sifat-sifat yang sering membuatnya sulit didekati, namun juga dihormati oleh mereka yang bekerja bersamanya.

Maha duduk termenung di pinggir tempat tidurnya, kepalanya mulai ngebul memikirkan Sastrawira yang memang setajir dan sekuat itu citra namanya.

Maha mendesah panjang dan menggeleng keras, mencoba menepis pikirannya. "No! Gue akui dia memang unggul dalam hal ini, tapi... nggak sesuai sama aslinya yang ternyata edan," gumam Maha dongkol sekali. "Masa bisa-bisanya dia mau nikah sama anak usia tujuh belas tahun otw delapan belas sih? Najis. Sastrwira, lo dasar om-om pedo!"

Baginya, Sastrawira adalah simbol dari kekuatan patriarki yang berusaha mengendalikan hidupnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!