Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Aidan yang melihat Emily lebih dulu meninggalkan dirinya seketika melangkahkan kakinya mengikuti Emily.
saat dirinya membuka pintu saat itu juga kamarnya kosong, akan tetapi terdengar suara gemericik air di dalam kamar mandi.
Aidan pun melangkahkan kakinya menuju sofa, ia meraih sebungkus rokok yang terletak tak jauh dari tempat dirinya berada.
Tak lama kemudian Emily pun keluar. Emily melihat Aidan sekilas lalu meraih pakaian yang ada di lemari.
sedangkan Aidan yang merasa dirinya di abaikan oleh sang istri seketika melangkahkan kakinya mendekati Emily yang masih mengenakan pakaiannya. Tangannya melingkar di pinggang Emily, kepalanya terlihat bersandar di celuk leher Emily.
"Sayang... " panggil Aidan dengan menatap Emily di balik kaca.
"Aku sedang datang bulan. " jawab Emily dengan tangan yang saat ini melepaskan tangan yang melingkar di tubuhnya. Lalu pergi meninggalkan Aidan yang masih berdiri di tempat.
Aidan yang mendengarkan ucapan Emily seketika wajahnya memerah. Terlihat Aidan yang berjalan menuju kamar mandi lalu...
Brakkkkk...
Terdengar suara pintu yang tertutup dengan keras.
Emily yang mendengarkan suara pintu yang tertutup pun hanya menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan mengenakan pakaiannya.
Setelah itu Emily pun merebahkan tubuhnya di ranjang kasur empuknya, perlahan matanya terpejam dengan pikiran yang entah apa saja yang saat ini memenuhi kepalanya.
Berbeda dengan Emily yang telah berlayar melukis sebuah mimpi, kini Aidan masih terlihat kesal dengan air yang membasahi tubuhnya. Pikiran yang kesal, ketakutan dan juga sifat dan juga sikap egoisnya yang tak ingin melihat Emily pergi dari dirinya.
Beberapa menit pun berlalu, terlihat Aidan yang keluar dari kamar mandi, tatapan matanya melihat Emily yang saat ini telah tertidur dengan lelapnya di ranjang. sedangkan Dirinya masih terlihat begitu kesal mengingat dirinya yang tak terpenuhi keinginannya. Aidan menatap meja yang biasa di siapkan oleh Emily, akan tetapi saat ini tak terlihat pakaian dirinya. Melihat meja kosong, ia pun melangkahkan kakinya menuju ke lemari. Tangannya meraih beberapa stel pakaian yang tersusun rapi di lemari, lalu ia kenakan. Tak lama kemudian ponselnya pun berbunyi, ada notice pesan yang disampaikan di ponselnya.
Aidan pun meraih ponselnya, menatap pesan yang ia Terima.
Sudut bibirnya terlihat tersenyum walaupun hanya terlihat tipis.
"Dasar Nakal.! " Gumamnya yang saat ini menatap ponselnya.
Ia pun meletakkan ponselnya, ia kembali mengenakan pakaiannya. Akan tetapi ponselnya pun kembali berdering, bukan foto yang di Terima akan tetapi sebuah panggilan video yang saat ini menunggu dirinya.
Aidan pun mengangkat panggilan video yang saat ini sedang menunggu dirinya.
"Kenapa.?" tanya Aidan yang saat ini masih mengancingkan kemejanya.
"Coba lihat bagus gak si.? " tanya Salsa yang saat ini memperlihatkan baju yang ia kenakan. Dengan memperlihatkan lekuk tubuhnya, sedangkan Aidan terlihat menatap Salsa dengan wajah yang memerah.
"Kamu goda saya.? " tanya Aidan yang saat ini menatap Salsa yang memperlihatkan tubuhnya.
"Bisa di bilang seperti itu... " ucap Salsa dengan tersenyum menggoda Aidan.
Aidan yang mendengarkan ucapan Salsa seketika melangkahkan kakinya meninggalkan kamar.
"Shitttt dasar kamu, tunggu lima menit lagi. Awas saja kamu..." ucap Aidan yang saat ini masih melakukan video call terhadap Salsa.
sedangkan Salsa yang tahu Aidan telah keluar dari kamar, tersenyum puas. sebuah gaun merah yang menjadi favorit Aidan telah ia kenakan. Gaun transparan membentuk lekuk tubuh membuat dirinya berhasil merayu Aidan dan membuat Aidan menginginkan dirinya.