NovelToon NovelToon
Ayudia Putri Dari Istriku

Ayudia Putri Dari Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Anak Haram Sang Istri / Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Hania

Karena cinta kah seseorang akan memasuki gerbang pernikahan? Ah, itu hanya sebuah dongeng yang indah untuk diriku yang telah memendam rasa cinta padamu. Ketulusan ku untuk menikahi mu telah engkau balas dengan sebuah pengkhianatan.

Aku yang telah lama mengenalmu, melindungi mu, menjagamu dengan ketulusanku harus menerima kenyataan pahit ini.

Kamu yang lama aku sayangi telah menjadikan ketulusanku untuk menutupi sebuah aib yang tak mampu aku terima. Dan mengapa aku baru tahu setelah kata SAH di hadapan penghulu.

"Sudah berapa bulan?"

"Tiga bulan."

Dada ini terasa dihantam beban yang sangat berat. Mengapa engkau begitu tega.

"Kakak, Kalau engkau berat menerimaku, baiklah aku akan pulang."

"Tunggulah sampai anak itu lahir."

"Terima kasih, Kak."

Namun mengapa dirimu harus pergi di saat aku telah memaafkan mu. Dan engkau meninggalkanku dengan seorang bayi mungil nan cantik, Ayudia Wardhana.

Apa yang mesti ku perbuat, aku bukan manusia sempurna....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 : Kepergian Ayu

Liburan yang sangat menyenangkan, baik untuk Ayu atau pun Dika. Sampai-sampai Ayu berkata, “Papa, andai kita bisa liburan seperti ini setiap hari.”

“Hahaha… kamu ada-ada saja. Kamu nggak sekolah, ayah nggak kerja. Yang ada kamu nggak pernah bisa mewujudkan cita-citamu. Katanya mau jadi pengusaha yang punya cabang di seluruh dunia, mengalahkan kakek dan Papa…”

“Nggak mau ah, jadi pengusaha, capek. Enakan jadi wanita seperti tante Sofia. Tinggal di rumah, tapi uang tak pernah kekurangan dan bisa pergi ke mana-mana," kata Ayu sambil membangun istana pasir.

“Terserah Ayu lah. Kalau Ayu bahagia, Papa juga bahagia. Tapi bagaimana pun juga, Ayu harus sekolah yang rajin agar pinter mengelola uang.”

“Ya Pa,” ucapnya sambil menyelesaikan sentuhan terakhir pada istana pasirnya yang dia bangun bersama dengan papa tersayang.

Ketika istana sudah berdiri tegak, Ayu pun bangkit. Dia meninggalkan istana pasirnya dan berlari kencang ke arah ombak yang menggulung ke tepian.

“Papa kejar aku…” teriaknya.

“Ayu, hati-hati.” Dika segera berlari mengejar. Untung saja dia datang di saat yang tepat, sebelum ombak itu mengguyur tubuhnya.

“Ayu, kamu membuat papa khawatir.”

“Hahaha… Ayu senang, Papa peluk Ayu.”

“Kamu…” Dika memeluk dengan erat sebelum mengangkat nya tinggi-tinggi dan mendudukkannya di atas pudak.

“Sudah sore. Kita pulang, yuk!” ajak Dika.

“Ya… pulang. Aku belum puas, Pa,” ucapnya manja sambil memegang leher Dika dengan erat.

“Kapan-kapan lagi, Sayang,” ucap Dika dengan riang. Padahal dalam hatinya, dia sangsi. Apakah dia bisa bermain-main bersama Ayu seperti ini lagi, atau tidak. Karena begitu dia menyerahkan Ayu pada Sofia, maka saat itu juga dia tak ingin berharap Ayu akan kembali padanya. Dia harus sadar kalau Ayu bukan lagi putrinya.

“Janji ya, Pa.”

Dika tersenyum tipis. Dia tak tahu harus bilang apa dengan permintaan Ayu yang sangat sulit untuk dipenuhinya.

“Semoga kesempatan itu selalu ada,” ucapnya sendu dan penuh harap.

“Aku mengerti, Pa.” Yang Ayu tahu Papa Dika selalu sibuk bekerja, sering tak punya waktu untuk dirinya.

Matahari sudah hampir tenggelam, saat Dika beranjak meninggalkan pantai. Ada rasa bahagia, bisa menemani putrinya bersenang-senang. Namun terselip rasa sedih manakala mengingat bahwa besok Ayu tak ada di sampingnya lagi.

Perjalanan pulang mereka harus terhalang dengan keinginan Ayu untuk memiliki boneka beruang teddy yang sangat besar, sebesar tubuhnya. Ada-ada saja, deh.

Tak apalah menuruti keinginannnya, karena Dika juga tak begitu tahu akan membelikan apa untuk putrinya sebagai kenangan-kenangan.

Setelah itu mereka baru benar-benar pulang. Tubuhnya yang lelah membuat Ayu tertidur saat masih dalam perjalanan pulang.

Mereka tiba di rumah sudah larut malam. Semua penghuni rumah sudah pergi tidur. Meskipun badan capek dan lelah, Dika tidak lekas istirahat. Ada satu tugas yang belum ia selesaikan, menyiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan Ayu esok hari.

Setelah mengantarkan Ayu tidur, Dika menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke Sidney, dengan dibantu oleh Mbok Sari.

“Non Ayu jadi pergi, Den.”

“Iya, Mbok. Aku nggak bisa menghalangi kemauan tante untuk merawat Ayu. Dia saudara Ayu yang paling dekat.”

“Semoga Non Ayu kerasan.”

“Aku berharap juga demikian, Mbok.”

Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Dika untuk menyertakan Mbok Sari agar dapat mendampingi Ayu di Sidney. Bukannya tak percaya dengan Tante Sofia, tapi Dika merasa nyaman dan bebas jika bertukar informasi melalui mbok Sari dari pada dengan tante Sofia atau Steve.

“Mbok, bagaimana seumpama Mbok ikut ke Sidney?”

Mbok Sari tersenyum simpul. Dia terharu dengan perhatian Dika pada Ayu, meski dia bukan putrinya. Bahkan ibunya dulu telah memberi luka yang mendalam yang hingga saat belum bisa disembuhkan.

Namun sebagai orang tua, dia juga perlu mempertimbangkan bagaimana tak nyamannya Sofia dan Steve dalam merawat Ayu jika dia bersama mereka. Nanti malah menyangka kalau keikutsertaannya ke Sidney adalah untuk memata-matai mereka dalam mendidik Ayu.

“Tidak, Den. Biar Mbok tunggu di sini saja. Lagi pula kalau mbok berada di Sidney, mbok nggak bisa bebas menjenguk keluarga,” tolaknya dengan halus.

Untuk saat ini biarlah semua berjalan apa adanya. Mencoba untuk saling percaya, agar nyaman untuk semua. Terutama bagi tumbuh kembang Ayu yang notabene-nya anak yatim piatu, ibu telah meninggal sedangkan ayah tak diketahui keberadaannya.

Dia hanyalah papa di atas kertas yang tak memiliki hubungan apapun dengan Ayu.

Dika menghembuskan nafasnya dengan deras. Rasanya berat benar berat, melepas Ayu. Bagaimana pun kenangan-kenangan indah bersama Ayu telah terukir indah dalam ingatannya.

Saat menggendong pertama kalinya, saat menyaksikan pertama kali dia bisa bicara, saat dia bisa berjalan, atau pun keceriaan dan kenakalan yang membuat seluruh berantakan atau yang lainnya.

Semua akan menjadi sebuah kenangan yang harus dia simpan dalam dalam kotak masa lalunya, sebagaimana ia menyimpan kenangan bersama Lea dulu.

Sambil memasukkan barang-barang milik Ayu ke dalam sebuah koper, Dika berbisik dalam hati.

“Lea, maafkan aku tak bisa menjaga Ayu lagi.”

***

Dika mengantarkan Ayu ke Bandara. Di sana mereka sudah ditunggu oleh Sofia dan Steve.

“Ayu …” teriak Sofia gembira. Dia segera membentangkan tangannya, menyambut kedatangan Ayu. Dia sudah sangat khawatir kalau-kalau Dika berubah pikiran, tidak mengijinkan mereka membawa Ayu.

“Ah, Tante. Aku masih mengantuk. Mengapa sih, berangkatnya pagi sekali.”

Hehehe….

“Kalau Ayu masih mengantuk, Ayu tidur saja dulu di sini.”

“Nggak mau. Aku mau tidur dipeluk papa,” kata Ayu sambil menggapai lengan papanya.

Dika pun langsung menyambutnya. Dia meraih Ayu yang masih terlihat bermalas-malasan, sinar matanya saja masih redup cerah, belum benar-benar terbuka. Dia baru benar-benar sadar manakala akan masuk ke dalam pesawat.

“Ayu, baik-baik saja di sana ya… kalau ada apa-apa bilang ke Papa.”

“Ya, Papa. Tapi Papa jangan lupa untuk mengunjungi Ayu, ya. Jangan kerja terus dan jangan dekat sama cewek-cewek lagi ya. Ayu nggak rela kalau Papa menikah lagi. Ayu akan menangis.”

Dika tersenyum tipis sambil menyentuh hidung Ayu dengan telunjuk. Dia tak menyangka kalau putrinya begitu cemburu dengan wanita-wanita yang ada disekitarnya.

“Eh, putri papa bisa saja cemburu. Sudah jangan pikirkan Papa. Papa akan baik-baik saja di sini. Yakinlah bahwa Papa tak akan mengabaikan Ayu meski ada wanita di samping Papa.”

“Nggak boleh. Pokoknya Papa hanya untuk Ayu.”

“Oke, oke. Papa nurut Ayu. Sekarang Ayu ikut Tante Sofia dan Om Steve geh. Nanti ketinggalan penerbangan,” ucapnya sambil menurunkan tubuh Ayu.

“Om, Aku titip Ayu. Jangan lukai anak itu. Apalagi membuka identitasnya. Kasihan dia.”

“Tenang saja Dika. Dia keponakanku. Aku akan menjaganya sampai dia dewasa. Terima kasih sudah menjaga Ayu selama ini dengan baik.”

“Sudah ya, Assalamualaikum.”

“Walaikum salam,” ucap Dika.

Matanya tampak berkaca-kaca saat melihat Ayu berlari dengan diapit oleh Sofia dan Steve menuju ke pesawat.

Tak lama pesawat itu pun lepas landas, meninggalkan Dika yang masih berdiri termangu, menatap kepergian Ayu.

1
Mike Shrye❀∂я
mampir akak.
mampir juga di karya aku ya🤭
partini
lanjut Thor,aku berharap perjodohan ayu ga ada Thor di ganti yg lain
partini
good story 👍👍👍👍
Hania
iya kakak.
cuman akan aku persingkat.

sayang kalau tak ku teruskan tulisan ini.

biar deh, walaupun tak lulus review.
yang penting selesai dulu.
Hania: terima kasih kk🙏
total 3 replies
partini
Thor ini dari awal lagi yah,,kemarin kan ayu udah di jodohin biarpun sama ayah dika saling mencintai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!