Casanova Of Devil

Yofan berusaha keras memanjakan Vera dalam keadaan apapun. Membuat Vera semakin jatuh ke dalam perangkapnya. Gadis itu bahkan mulai terbiasa menerima pemberian Yofan.

Hari demi hari Yofan dan Vera semakin dekat. Meskipun begitu, Yofan masih belum berniat meresmikan hubungan dengan gadis tersebut. Di sisi lain, dirinya terus menghitung hari menuju bulan purnama.

"Tiga hari lagi bulan purnama," gumam Yofan. Bersamaan dengan itu, bel pintu berbunyi. Dia lantas membuka pintu.

Orang yang datang adalah Marvel, dan Yofan sudah tahu itu. Kebetulan hari ini Yofan ingin memperkenalkan Jamal dengan Marvel.

"Masuklah!" ujar Yofan.

Jamal terlihat baru keluar dari kamar. Saat itulah dia berkenalan dengan Marvel. Keduanya terlihat sangat canggung, terutama Jamal yang tampak terintimidasi.

"Ternyata kau yang namanya Jamal. Sesuai dengan yang aku bayangkan," komentar Marvel.

"Iya. Kau mau minum apa? Aku akan buatkan sesuatu," tawar Jamal sembari melangkah ke dapur.

"Kopi boleh deh," pinta Marvel.

"Aku juga, Mal!" imbuh Yofan.

"Iya!" sahut Jamal.

Setelah selesai membuat kopi, Jamal menyajikannya pada semua orang. Kini dia, Yofan, dan Marvel duduk di sofa.

"Sebentar lagi bulan purnama. Kita harus bersiap," ujar Yofan.

"Terus, apa yang harus disiapkan. Perawannya sudah, lalu?" tanya Marvel.

"Mbah Karso beberapa hari lalu mengirimiku pesan. Dia memberitahuku kalau saat ritual bulan purnama nanti, aku harus menyiapkan kamar khusus. Bisa dimana saja, yang penting aku harus membawa gadis perawan ke sana dan juga darah ayam cemani, dupa, serta bunga tujuh rupa," jelas Yofan panjang lebar.

"Tunggu dulu. Mbah Karso ngechat kamu? Dia punya hp? Dia kan dukun," sergah Jamal.

"Kenapa? Emang kenapa kalau Mbah Karso punya hp? Nggak boleh? Dia harus punya lah biar jasa dukun dia laku," sahut Yofan. Tanpa sengaja dia dan Jamal membicarakan topik berbeda.

"Kok kalian jadi malah ngebahas hp Mbah Karso. Bukan kah kita harus bicarakan persiapannya? Kalau disuruh menyiapkan kamar, apa kau sudah dapat kamarnya, Fan?" imbuh Marvel.

"Itulah masalahnya. Aku masih bingung dimana," ungkap Yofan.

"Boleh aku beri usul? Menurutku kau harus melakukannya di villa. Karena biasanya villa ada di tempat sepi dan dekat dengan tempat wisata," ujar Marvel.

"Ide bagus. Bisakah kau carikan tempatnya?" balas Yofan.

"Tentu saja." Marvel mengangguk setuju.

"Kalau begitu, aku akan bantu carikan darah ayam dan yang lainnya," cetus Jamal.

Saat itu mereka sudah berbagi tugas. Sementara itu Yofan mendapat tugas paling sulit. Dia harus membuat alasan terpercaya agar bisa mengajak Vera ke villa nanti.

...***...

Kini Vera berada di kamarnya. Dia sedang bersolek di depan cermin. Hari ini Yofan mengajaknya bertemu lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Apa dia akan menyatakan cinta hari ini?" gumam Vera. "Mas Yudha sebenarnya suka atau nggak sih sama aku," lanjutnya.

Jujur saja, sudah lama Vera menanti pernyataan cinta Yofan. Ia ingin sekali-kali menyombong pada teman-temannya karena punya pacar yang keren.

Bertepatan dengan itu, terdengar suara pintu terbuka dari luar. Vera tahu betul kalau yang datang adalah ayahnya.

"Vera!" panggil Gogon.

"Iya, Pak!" Vera bergegas keluar dan menemui Gogon.

Dahi Gogon berkerut dalam saat melihat wajah putrinya berselimut make up. Belum lagi gaya dan pakaiannya tampak berbeda dari biasanya.

"Kau mau kemana?" tanya Gogon.

"Ke-kerja, Pak... Hari ini ada acara di restoran. Aku dan karyawan lain disuruh berdandan," kilah Vera.