NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

Pagi itu sama seperti pagi-pagi sebelumnya ,ibu Ulan membawa sarapannya ke kamar. dia harus memastikan gadis itu tampil segar dan cantik agar layak untuk rp200.

"Ibu.. aku sudah lebih baik, aku bisa mengerjakan pekerjaan di dapur dan memberi makan babi, aku ...

Ibu ulan langsung memotong perkataannya dengan tidak senang,"ada apa dengan istirahat adalah hal yang langka di rumah ini. selagi nenek membiarkanmu istirahat maka lakukanlah itu. jangan memikirkan masalah pekerjaan masih ada ibu dan bibimu yang menganggur setelah kembali dari ladang"

"tapi Bu...

"Tidak ada tapi-tapian ibu hanya sayang kepadamu dan ingin kau menjadi cantik dan dihargai oleh kakek dan nenek seperti mereka menghargai sepupumu."jika ibu lain yang menyebutkan hal ini Ulan mungkin akan menghargainya. tapi ini adalah ibu kandungnya yang bahkan tidak menganggap dirinya sebagai anak.

Untuk sekarang Ulan hanya perlu menjadi anak yang patuh.

"Baik Bu aku tidak akan mengerjakan pekerjaan lain .tapi bisakah aku pergi mandi di sungai sore nanti. sepertinya tubuhku sangat tidak nyaman dan terasa lengket karena sudah beberapa hari tidak mandi"

Ibu ulan berpikir sebentar.

Ulan tidak dibenarkan bekerja karena dia harus merawat tubuhnya lebih dulu sebelum bisa digunakan. Tapi persyaratan mandi mungkin termasuk ke dalamnya.

Dia memang harus terlihat cantik dan pada ketika waktunya tiba. ibu mertua tidak mungkin memarahinya kan hanya karena mengizinkan dia pergi mandi ke sungai.

"Ok, pergilah di sore hari tapi ingat jangan lama-lama ibu khawatir nanti kamu akan sakit lagi dan pingsan"kata ibunya yang mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang yang palsu.

Ulan tersenyum tipis dan mengangguk ,"baik ibu aku mengerti aku janji tidak akan sakit lagi kok"

Ibu Ulan tertawa kecil dan senang karena Ulan masih putrinya yang patuh. setelah itu dia pun berangkat ke ladang bersama anggota keluarga yang lain.

tidak ada alasan untuk mereka tidak pergi ke ladang karena itu menyangkut urusan makanan mereka untuk musim panen berikutnya.

ngomong-ngomong kepala desa dibuat pusing dengan kondisi akhir-akhir ini. musim panen tahun lalu hasilnya tidak banyak. tapi masih lumayan jika penduduk berhemat.

sebenarnya beberapa tahun sebelum ini pemerintah mencanangkan makan panci besar.

itu sejenis kantin yang dikelola oleh desa yang mewajibkan seluruh desa makan di sana. setiap penduduk baik di kota maupun desa tidak diizinkan untuk makan di rumah apalagi memasak.

Jadi aktivitas memasak dan makan dilakukan di kantin maka itu disebut dengan panci besar.

Tapi berhubung dengan hasil panen yang tidak mendukung, pemerintah mengubah peraturan lagi,di mana penduduk diperbolehkan untuk memasak dan makan sendiri. perubahan itu benar-benar mengubah pemikiran semua orang dalam tata cara berhemat.

Tapi tahun ini sepertinya panen akan gagal.

Kekeringan di mana-mana dan debit air turun dengan cepat.

Jadi ini adalah masalah untuk kota kabupaten dan berimbas dengan desa-desa kecil seperti mereka.

Tahun ini meskipun ada tanda-tanda panen akan gagal lagi, tapi penduduk desa termasuk dengan keluarga gu, tidak pernah ber malas-malasan. apalagi hasil gabah dan biji-bijian sudah mulai naik di kota.

inilah yang dikhawatirkan para penduduk terutama dengan para pemimpinnya termasuk dengan kepala desa.

Tapi Ulan tidak termasuk dengan golongan itu.

Sore hari datang dengan tenang, menyelimuti desa dalam cahaya lembut yang mulai menguning.*Sirene dari mikrofon desa terdengar nyaring dari kejauhan ,pertanda bahwa pekerjaan di ladang di mulai lagi.

karena kondisi panas, kepala desa mengubah jadwal ke ladang. kira-kira mereka memulainya kira-kira jam , 04.00 pagi istirahat pada jam 10.00 lalu dilanjutkan pada jam 02,00 sore dan kembali ke rumah sekitar jam 06.00.

Jadi sirene berbunyi sebenarnya itu sudah jam 02.00 sore.

Semua warga yang pulang ke rumah untuk istirahat mereka kembali berbondong-bondong ke ladang untuk menanam jagung. itu juga termasuk dengan keluarga Ulan. bahkan adik-adiknya juga dipekerjakan di ladang untuk melakukan sedikit tugas hanya meskipun hanya dihitung sebagai dua poin.

setelah semua orang pergi,rumah keluarga Gu hari ini kosong.

Ulan mulai melakukan rencana gilanya.

Sekali atau tidak sama sekali.

Ia duduk diam di tempat tidurnya selama beberapa saat, menanti dengan sabar. Ketika yakin waktu sudah begitu sore,dia bangkit.

Wajahnya segar,matanya juga terlihat tenang. Ia tidak lagi tampak seperti gadis sakit yang ketakutan akan masa depannya.

Langkahnya ringan saat berjalan ke bagian belakang rumah. Di sana, di sudut gelap dapur yang lembap, tersusun pakaian kotor dalam keranjang bambu tua.Pakaian-pakaian itu milik semua anggota keluarga. Tapi Ulan tidak peduli siapa pemiliknya hari ini.

Tangannya mengambil semuanya, memasukkan ke dalam keranjang bambu

Dia memanggul keranjang itu ke pundaknya dan berjalan keluar.

Ia melangkah melewati pekarangan, menuju arah sungai kecil yang terletak di balik rumpun bambu. Ini adalah sungai tempat para gadis desa biasa mencuci pakaian bersama.Ulan dulu menjadikan tempat ini sebagai pelabuhan hatinya yang terluka. Dia menghabiskan banyak waktu di sini tapi jika dipikir lagi sudah berapa tahun Dia melupakan sungai ini.

10 tahun penderitaan kan.

"Hari ini… aku bukan hanya akan mencuci pakaian,”* bisiknya pada diri sendiri sambil menunduk menapaki tanah berdebu.

Setelah beberapa waktu berjalan,Riak air sungai menyambut langkah Ulan.Cahaya sore yang lembut menari di permukaan air, menciptakan kilau-kilau kecil yang tampak seperti permata. Ulan menurunkan keranjang pakaian pelan-pelan, mengatur nafasnya sebelum menyingsingkan lengan baju.

Saat ia mendongak, ia melihat dua sosok gadis muda sudah lebih dulu duduk di batu besar di tepi air. Salah satu sedang membilas kain dengan cepat, sementara yang lain sibuk menyikat noda di bagian lutut celana. Mereka adalah kenalan Ulan ,gadis-gadis seusianya yang tinggal beberapa rumah dari keluarga Gu. di sisi lain sungai ada juga beberapa gadis yang seingat ulan adalah dari tim pemuda pendidikan.

Dulu ulan tidak pernah berinteraksi dengannya Tapi saat ini dia sangat berharap kenal dengan mereka. paling tidak mereka bisa menjadi saksi agar dia bisa menikah dengan paman lu.

Tapi Ulan sendiri tidak tahu bagaimana bisa membuat mereka masuk dalam skenarionya.

“Eh? Ulan?”*seru salah satunya, tersenyum walau agak canggung. “katanya kau sakit,Kupikir kau masih terbaring di rumah.”

Ulan tersenyum tipis. “memang tapi aku sudah sedikit membaik. Lagipula, kalau terus-terusan di kamar, bisa gila rasanya.”

Gadis yang satu lagi, yang bernama Lianhua, ikut angkat bicara sambil mengibas air dari tangannya.“Kami juga pikir begitu. Jadi kami kabur sebentar untuk mencuci sebelum dipanggil lagi nanti. Lagipula, siapa lagi yang akan mengerjakannya?”

Mereka tertawa kecil. Ketiganya duduk bersebelahan di tepi sungai, tangan sibuk dengan cucian tapi pikiran masing-masing melayang jauh.

“Kudengar… keluargamu sedang mengalami banyak hal, Yueqing menikah atas namamu.”*kata Lianhua pelan, memilih kata-kata dengan hati-hati. “Kau. .kau nggak apa-apa, kan?”

Berita tentang Ulan yang kemungkinan besar ttidak akan bisa melahirkan, benar-benar sudah didengar oleh para gadis. Mereka sangat prihatin,seorang wanita yang tidak bisa melahirkan bayi, jadi apa gunanya wanita itu.

Kasihan ulan.

Ulan tidak langsung menjawab. Tangannya tetap menyikat baju dalam diam.Air mengalir memperlihatkan kotoran yang mengambang di atasnya.

"aku tidak peduli tapi sekarang aku masih hidup,”** jawabnya akhirnya, lirih namun terdengar jelas. “Dan kalian tahu sendiri, di desa ini… tidak banyak yang bisa dipilih, mungkin saja aku akan dinikahkan dengan duda tua dengan banyak anak.”

Gadis satunya, yang bernama Meifen, mengangguk sambil menunduk. “Iya… semua orang miskin. Kalau bukan kita yang dikawinkan, mungkin adik perempuan,ah Kita semua cuma sepotong angka di dalam keluarga.”

Senyap sejenak,hanya suara air yang menemani mereka.

"Ulan… apa kau takut?” tanya Lianhua dengan suara rendah.

Ulan menatap ke arah aliran sungai tapi matanya tenang. “Takut. tentu saja aku takut bagaimana tidak"

Keduanya terdiam.

Ulan memandang ke arah pemuda pendidikan yang mencuci seperti mereka.Dia berkata,"menurutmu apakah mereka juga memiliki nasib yang sama seperti kita? kenapa mereka memiliki hak untuk memilih sementara kita tidak?"

Dua gadis ini, tidak tahu maksud sebenarnya, tapi mereka merasa kata-kata Ulan mengandung sesuatu yang dalam… dan berat.

Mereka kembali mencuci dalam diam,masing-masing larut dalam pikirannya. Matahari semakin condong ke barat. Ulan memandangi bayangannya sendiri yang tercermin di permukaan air .

Dia melihat waktu yang sebenarnya sudah mepet.

"Meifen aku ke hilir dulu sebentar, mau buang air"kata Ulan sambil berdiri dari tempat duduknya di pinggir sungai. Suaranya ringan sehingga tidak mencurigakan.

Lianhua melirik sekilas.“Sakit perut lagi?” tanyanya setengah bercanda.

“Iya, entah kenapa perutku nggak nyaman,” jawab Ulan dengan senyum tipis sebelum berbalik . Dua gadis yang ditinggalkannya hanya bisa menggeleng kepala dan melanjutkan cucian mereka.

Ulan sendiri sedang melangkah cepat ke arah jalan setapak yang membelok ke belakang rerimbunan bambu.

Begitu cukup jauh dari penglihatan gadis-gadis desa, langkah Ulan berubah menjadi lari cepat.Dia tahu waktu tidak banyak. Sirene desa bisa berbunyi kapan saja menandakan waktu pulang dari ladang, dan jika itu terjadi sebelum rencananya selesai, semuanya akan sia-sia.

Ia menyusuri semak kecil dan menyeberangi jalan tanah yang berlumut. Rumah kayu tua itu sudah terlihat,sunyi, terpencil, dan setengah tersembunyi di balik pohon besar. Ia tahu penghuni rumah itu hampir tidak pernah ke luar. Dan justru itu yang ia butuhkan.

Ulan mendekati sisi rumah, tepat di bawah jendela yang tirainya sobek di salah satu ujungnya. Ia merunduk, mengamati garis kusen,mencari celah kecil.

Ada satu celah kecil di bawah jendela, lubang ini tak lebih besar dari ujung jari kelingking. Ia menghela napas, lalu melirik layar transparan dan membeli sesuatu di sana.

Barang ini adalah afrodisiak dengan tipe asap. mengingat tubuh tua paman lu, Ulan hanya memakai setengah dari dosis yang seharusnya.

"maaf paman lu aku akan membalasmu dengan seumur hidup"gumamnya di dalam hati.

Dengan hati-hati, ulan membuka bungkusan itu.

Asap tipis mulai keluar perlahan dari benda kecil yang dia nyalakan dengan api dari batu korek tua. Baunya samar dan tidak menyengat, tapi cukup untuk menusuk jika dihirup dari dekat. Dengan gerakan perlahan, Ulan mengarahkan asap itu ke celah jendela, meniupnya perlahan.

Satu kali... dua kali... tiga kali.

Di dalam rumah, terdengar suara batuk berat.

Uhuk.. uhuk ...uhuk ..uhuk.....

Satu kali. Dua kali. Lalu diam,itu sudah cukup.

Ulan segera memadamkan api di kantung kecil itu, menyelipkannya kembali ke balik pakaian. Kemudian berbalik dan berlari cepat kembali ke arah sungai, menyusuri jalan yang sama dengan napas sedikit memburu tapi tanpa ragu.

Sesampainya di dekat gadis-gadis desa, dia kembali tenang, seolah-olah tidak ada yang terjadi sama.

“Kau lama sekali, Lan,”tegur Meifen sambil memeras baju.

"Ulan hanya tersenyum.“Sakit perutku kambuh.”

Gadis-gadis lainnya tertawa kecil, bercanda seolah tak ada yang terjadi. Tapi di dalam hati Ulan, ada suara yang lebih dingin dan penuh keyakinan,

"Jika ini berhasil... maka satu langkah besar sudah kuambil untuk mengubah nasibku.”

Rencana Ulan coba sudah bagus tapi, rencana Tuhan lebih bagus dari yang dia pikirkan.

Sebuah perubahan yang tidak pernah diduga Ulan sedang berlangsung di rumah itu.

1
Etty Rohaeti
lanjut
Fauziah Daud
yup betul ulan.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
Cha Sumuk
sdh bab 3 tp mc cewek nya msh bodoh ms ga phm2 bahwa dirinya lg ngulang waktu, cerita ga jls berbelit Belit kesan nya,
samsuryati: say mc nya, sejak awal hanyalah seorang gadis tanpa pengalaman bahkan tanpa ilmu pengetahuan. tidak seperti kita yang tahu membaca dia hanya tahu desa bahkan belum pernah menikmati kota. meninggal pada tahun 70 sekian, hidupnya memang seperti katak di bawah tempurung.

jadi kelahiran kembali memberikan dia pilihan namun pilihan itu belum serta merta membuat dirinya berubah dari gadis muda yang bodoh menjadi gadis muda yang pintar.
ingatlah di dalam dua kehidupan dia bahkan belum pernah belajar.
Ini bukan tentang transmigrasi gadis pintar era 21 ke zaman 60-an di mana era kelaparan terjadi.
bukan say, cerita ini di buat membuat ulan mampu merubah hidupnya selangkah demi selangkah tidak langsung instan.

salah satunya adalah dia yang tidak pernah belajar sebenarnya bisa membaca tulisan-tulisan yang dipaparkan oleh layar virtual.
ya say, anggap saja itu adalah modal pertama dia untuk berubah.
jadi aku masih perlu kamu untuk mendukung agar perubahannya bisa membuatmu puas
total 1 replies
Fauziah Daud
bagus.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt
Andira Rahmawati
ulan nya terlalu lambat telminya kelamaan..😔
Fauziah Daud
bijak ulang.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt.. lanjut
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
lanjuttt
Fauziah Daud
luarbiasa
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hadir thor
Cilel Cilel
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!