Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Bu Lurah sudah masuk ke dalam kamar sejak sore, dia merasa kepalanya begitu pusing karena terlalu banyak menyambut tamu. Dia memang kekurangan istirahat, alhasil wanita itu meminum obat dan bisa tidur dengan pulas.
Namun, saat malam hari tiba matanya terbuka. Dia begitu kaget karena suaminya belum masuk ke dalam kamar, padahal waktu sudah menunjukkan pukul dua.
"Si ayah ke mana ya?"
Bu Lurah turun dari tempat tidur, lalu dia melangkahkan kakinya keluar dari dalam rumah itu. Dia menatap halamannya yang sudah sepi, itu artinya suaminya juga tidak ada di sana.
"Apa dia ketiduran di ruang kerja ya?"
Bu Lurah melangkahkan kakinya menuju ruang kerja pria itu, dia ingin masuk ke dalam ruang kerja itu tetapi ternyata dikunci.
"Kok tumben dikunci? Biasanya nggak pernah dikunci," ujar Bu Lurah.
Wanita itu mencoba mengintip apa yang terjadi di dalam sana lewat lubang kunci, tetapi ternyata dia tidak bisa melihat apa-apa karena lubang kunci itu tertutup dengan kunci ruang kerja tersebut.
"Aih! Sebenarnya sedang apa sih si ayah di dalam?"
Bu Lurah yang merasa penasaran akhirnya menempelkan kupingnya pada pintu, tak lama dia mendengar suara aneh dari dalam ruangan itu.
"Ya ampun, apa mungkin si ayah bawa perempuan malam ke sini?"
Bu Lurah tersulut emosi, wanita itu dengan cepat mengetuk pintu ruangan tersebut. Namun, tak mendapatkan sahutan. Wanita itu semakin gencar mengetuk pintu ruangan tersebut, bahkan berkali-kali dia memanggil nama suaminya.
"Ayah! Kenapa sih pintunya dikunci? Ayah lagi ngapain di dalam? Ayah lagi sama siapa?"
Bu Lurah yang kesal bercampur penasaran kini bukan hanya mengetuk pintu itu, tetapi wanita itu menggedor-gedor pintu ruangan tersebut.
"Ayah!" teriaknya.
Pak Lurah yang sedang menikmati kegiatannya merasa terganggu dengan suara ketukan pintu, tetapi rasa terganggu itu berubah menjadi rasa takut dan juga gelisah ketika mendengar suara istrinya.
"Pak, ada bunda. Gimana dong?" tanya Mirna terlihat panik.
Wanita itu bahkan langsung berdiri sambil menatap mertuanya itu dengan tatapan takut dan juga bingung, pak Lurah lalu memakai celana yang tadi dia buka.
"Kamu ngumpet, Mir. Di mana kek," ujar Pak Lurah.
Mirna mengedarkan pandangannya, dia begitu bingung harus bersembunyi di mana. Karena dia takut ketahuan oleh mertua perempuannya itu.
"Ayah! Sebenarnya lagi ngapain sih? Kenapa pintunya nggak dibuka-buka?"
Teriakan bu Lurah semakin kencang, Mirna dan juga pak Lurah semakin panik dibuatnya. Keduanya kalau bisa ingin meminjam pintu Doraemon, agar bisa pergi dari sana dengan selamat.
"Yah, gimana dong?" tanya Mirna semakin panik saja.
Ini pertama kalinya mereka melakukan hal ini, tetapi rasanya tidak lucu kalau bu Lurah langsung memergoki apa yang mereka lakukan berdua. Terlebih lagi keduanya baru memulai, belum panas malah, baru anget kuku saja.
"Ngumpet, Mir. Ngumpet," ujar Pak Lurah yang sibuk membenahi penampilannya.
"Di mana ya?"
Mirna dirasa begitu lelet sekali, setelah mengedarkan pandangannya, akhirnya pak Lurah menarik tangan Mirna dan mendorong wanita itu untuk bersembunyi di balik meja kerjanya.
"Aduh!" pekik Mirna karena kepala wanita itu terbentur meja.
"Maaf, Sayang."
'Sial!' umpat Mirna dalam hati dengan wajahnya yang begitu kesal.
Pak Lurah menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, dia berharap kalau Mirna tidak akan berisik. Bahaya kalau nanti ketahuan oleh istrinya, karena kekayaan yang melimpah itu adalah milik istrinya. Pak Lurah hanya seorang mokondoo ketika dia mendekati bu Lurah dulu.
"Ehm!"
Pak Lurah berdehem beberapa kali untuk menetralkan emosi yang bergelora di dalam jiwa, setelah merasa cukup tenang dia membuka pintu ruang kerjanya tersebut.
"Ada apa sih, Bun? Kenapa gedor-gedor pintu sambil teriak-teriak kayak gitu?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari suaminya, bu Lurah malah menerobos masuk ke dalam ruang kerja suaminya dan mengedarkan pandangannya.
"Tadi Bunda dengar suara rintihan perempuan loh, Bunda juga denger erangan dari bibir Ayah. Ayah selingkuh dan bawa perempuan ke dalam ruang kerja Ayah?"
Glek!
Wajah pak Lurah langsung pias mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Dia berkali-kali melirik meja kerjanya dengan ekor matanya, takut-takutnya Mirna akan ketahuan sedang berada di kolong meja.
"Jawab, Ayah! Bunda itu sedang bertanya, terus itu kenapa wajahnya jadi pias begitu?"
"Anu, Bun. Itu, emmm---"
"Ada apa sih? Kenapa ribut?"
Belum juga pak Lurah menyelesaikan ucapannya, Rahmat yang merasa terganggu dengan keributan yang dibuat oleh ayah dan ibunya langsung menghampiri keduanya.
Bu Lurah menatap sengit ke arah suaminya, kalau dia menghampiri Rahmat seperti anak kecil yang siap mengadu kepada ibunya.
"Itu loh, Nak. Masa tadi Bunda dengar dari luar kalau Ayah itu kayak lagi berhubungan dengan seorang wanita," adu Bu Lurah.
Rahmat juga sama seperti ayahnya, merupakan pria tidak setia. Namun, mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya Rahmat langsung menatap tajam ke arah ayahnya.
Pak Lurah menampilkan wajah memelas kepada putranya itu, dia menangkupkan kedua tangannya di depan dada sambil berkata tanpa suara seperti meminta pertolongan kepada Rahmat.
Rahmat menghela napas berat. "Mungkin tadi Ayah lagi nonton video, Bun."
"Hah? Video? Video apaan?"
"Video enak enak, buat referensi kalau nanti main sama Bunda. Bunda gak boleh suudzon sama Ayah," jawab Rahmat pada akhirnya.
"Gitu ya?"
"Hem," ujar Rahmat memberi tatapan tajam terhadap ayahnya.
Pak Lurah tidak apa-apa diberikan tatapan tajam seperti itu oleh putranya, karena sepertinya istrinya begitu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rahmat.
"Emang iya, Yah?"
"Iya, Bun. Nyari referensi, biar nanti main sama Bunda gak bosen dengan gaya itu itu aja."
Bu Lurah yang tadinya marah-marah berubah jadi mesem, lalu dia menghampiri suaminya dan memeluk lengan suaminya tersebut.
"Kalau gitu ayo kita coba gaya yang tadi Ayah tonton di video," ujar Bu Lurah yang langsung menarik tangan pria itu agar keluar dari dalam ruang kerjanya.
Sebelum pergi pak Lurah mengembangkan senyumnya ke arah Rahmat, dia seolah mengatakan terima kasih kepada putranya itu.
Rahmat hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian pria itu juga berniat untuk keluar dari dalam ruang kerja ayahnya itu. Namun, dari cermin yang ada di pojok ruangan ayahnya dia melihat ada sosok wanita yang sedang menunduk di kolong meja.
"Siapa kamu?" tanya Rahmat sambil melangkahkan kakinya menuju meja dan bahkan menendang meja itu.
"Aduh!"
Rahmat begitu kaget mendengar suara teriakan dari kolong meja tersebut, suaranya sangat dia hafal sekali. Dia menunduk untuk memastikan siapa wanita yang ada di kolong meja itu, wajahnya langsung merah padam.
"Mirna! Sedang apa kamu di situ, hah?!"
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...