Dikhianati pacar, siapa yang tidak sakit hati? Apalagi mau menikah dua hari lagi, tapi malah menemukan sebuah fakta jika pacarnya telah berkhianat.
Alexia yang buntu, dengan bodohnya meminta tukang kurir untuk menikah dengannya. Bagaimana jalan ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Usai melaksanakan kewajibannya, Alex menyusul istrinya yang sedang memasak di dapur. Dilihatnya, istrinya sedang mengaduk masakannya. Ia berjalan menghampiri dan memeluknya dari belakang. Mungkin sekarang hal ini akan menjadi kebiasaannya.
Alexia sedikit berjingkat karena terkejut. "Eh, Mas Alex. Kebiasaan deh. Bikin kaget saja."
Alex tersenyum. "Masak apa, sayang?"
"Ini, masak ayam pedas manis dan itu tumis tempe penyet, Mas."
"Sepertinya enak, dari baunya saja sudah menggoda."
"Kalau aku menggoda tidak, Mas?"
Aih, pertanyaan macam apa ini?
"Maaf, Mas. Hanya bercanda. Jangan dianggap serius." Alexia merutuki dirinya yang keceplosan. Apa iya dirinya se menginginkan hal itu sehingga dengan bodohnya dirinya bisa menanyakan hal itu?
"Kamu itu terlalu menggoda, sayang. Bahkan sebenarnya Mas sudah tidak dapat menahannya." Bisik Alex berkata jujur.
Seketika Alexia merinding mendengar jawaban Alex. Alexia menjadi salah tingkah sendiri.
"Masakannya sudah matang, Mas. Aku pindahin dulu ya."
Alex tersenyum dan melepaskan pelukannya, Ia akan membantu membawakan piring dan menunggu di meja makan.
Ambar dan Sukma ikut bergabung, sehingga malam ini mereka makan berempat.
Disini Alexia merasa ada yang aneh dengan mama dan kakak tirinya itu. Tumben sekali mereka berdua anteng tidak seperti biasanya. Mencurigakan!
Alexia mengedikkan bahunya merasa bodo amat.
Makan malam pun berjalan dengan khidmat.
Hanya saja satu yang membuat Alexia tidak senang. Sukma selalu curi-curi pandang menatap Alex. Hal tersebut semakin membuat Alexia ingin segera menyempurnakan pernikahannya dengan Alex.
*****
Kini Alex dan Alexia sudah berada di dalam kamar. Alex mengajak Alexia untuk duduk di tepi ranjang karena ada hal yang ingin dia sampaikan kepada istrinya itu.
"Jadi, Mas Alex mau bicara apa?"
"Begini, sayang. Ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan." Alex membenahi posisi duduknya agar lebih nyaman.
"Yang pertama, mulai besok kamu sudah bisa masuk kerja. Tapi maaf, karena belum ada lowongan, aku belum bisa memberi jabatan untukmu."
"Ya ampun, Mas. Tidak apa, aku tidak mempermasalahkan hal itu. Sudah diterima untuk kerja saja aku sudah bersyukur. Terima kasih ya, Mas." Alexia terlihat begitu senang, karena akhirnya dia bisa bekerja kantoran.
"Terus-terus, Mas. Apa lagi yang ingin Mas sampaikan?" Imbuhnya.
"Dalam waktu dekat ini, Mas berencana mengadakan acara resepsi pernikahan kita. Bagaimana? Kamu mau kan?"
Alexia nampak menimbang-nimbang.
"Kalau aku sendiri tidak masalah, Mas. Aku setuju. Hanya, bagaimana dengan keluarga Mas Alex?"
Ya, hal yang menjadi pertimbangan Alexia. Karena sampai sekarang Ia belum tahu menahu perihal hubungan Alex dan ayah mertuanya.
"Itu akan menjadi urusanku, sayang. Kamu tidak perlu memikirkan hal itu."
Alex ingin semua tahu jika dirinya sudah menikah, agar nantinya tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Dan untuk keluarga ayahnya, sepertinya Ia harus bertemu langsung.
"Oh ya, kabar terakhir yang ingin aku sampaikan, Aris sudah ditangani polisi."
Alexia sama sekali tidak terkejut. Ia hanya manggut-manggut dan merasa bersyukur.
"Alhamdulillah kalau begitu, Mas. Dia pantas mendapatkannya."
"Apa kamu ingin tahu sesuatu tentangnya? Mungkin ini juga ada hubungannya dengan kakakmu itu."
Alexia mengerutkan keningnya. "Maksudnya, Mas."
"Jadi, ternyata Aris itu sudah memiliki istri siri. Dan sebelum penangkapan, kakakmu itu mengetahui Aris dan istrinya sedang melakukan senam di atas ranjang."
Alexia tersentak. Padahal tadi Sukma menunjukkan sikap seolah-olah dirinya tidak mengetahui apa-apa. Tapi, ini?
"Yang benar, Mas? Jadi, sebelum bertunangan dengan aku pun dia sudah mempunyai istri dong?"
Alex manggut-manggut.
Gila!
Satu kata yang Alexia lontarkan. Selama ini dia selalu memberi apapun yang Aris mau. Bahkan jika Aris meminta uang berapapun, Alexia akan mengusahakannya.
Cinta membuat kita menjadi buta, bo-doh, dan konyol.
Alex menatap Alexia, Ia meraih tangan Alexia dan mengecupnya. "Aku harap, kamu tidak memikirkan lelaki itu. Aku mau, hanya aku yang ada di dalam hatimu dan tak akan pernah terganti."
"Mas, ak-"
Cup!
Belum juga Alexia menjawab. Alex sudah menyosor bi-bir Alexia.
Kedua mata Alexia langsung membulat. Namun, lama-lama Ia menikmati luma-tan dan sesa-pan yang dilakukan suaminya, hingga Ia memejamkan mata. Keduanya saling mema-gut.
Hawa panas semakin menyelimuti mereka, negara api menyerang dengan begitu cepat. Hingga keduanya kini merasakan gairah yang begitu membara.
Alex melepas pagu-tannya. Nafas mereka terengah-engah. Keduanya saling menatap dengan tatapan bergelora.
"Apakah boleh?"
Alexia menjawabnya dengan anggukan.
Karena sudah mendapat lampu hijau, Alex tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia langsung mengendus dan melahap istrinya tanpa ampun.
Malam ini sepasang sejo-jol akhirnya mendayung perahu mengarungi lautan untuk bisa bertempur di Kutub Utara.
Tidak perlu dijelaskan secara panjang kali lebar kali sisi lah ya! Jempolnya sudah mulai keriting.
*****
Pagi telah menyapa, cuaca yang cerah secerah harapan mereka yang memiliki harapan.
Euughhh!
Alexia membuka matanya secara perlahan lalu Ia merenggangkan otot-ototnya. Ia merasa tubuhnya remuk dan tulangnya seperti ingin rontok.
Bagaimana tidak?
Alex menghajar Alexia tanpa ampun. Entah berapa wedang ronde yang mereka habiskan semalam. Pukul 03.00 WIB dini hari Ia baru bisa beristirahat.
Diliriknya jam di dinding sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB.
Alexia melotot karena Ia bangun kesiangan. Bahkan dirinya sampai bolong tidak melaksanakan kewajibannya.
"Astaga, aku kesiangan. Bagaimana ini?"
Lalu Ia menoleh kearah samping.
Kosong!
"Dimana Mas Alex?" Tanyanya heran.
Alexia hendak bangun, namun Ia langsung meringis ketika merasakan nyeri dan perih di bagian V nya.
"Sshhhh!! Kenapa rasanya seperti ini?"
Ceklek!
"Eh, sudah bangun?" Tiba-tiba Alex datang dari luar.
Alexia menatap suaminya. "Kok Mas Alex tidak membangunkan aku? Mas, dari mana?"
"Maaf, sayang. Kamu kelihatan sangat lelah, jadi aku sengaja tidak membangunkan mu. Ini aku dari dapur. Aku tahu pasti kamu akan kesulitan bangun jadi aku membawakan sarapan mu." Alex masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi roti selai dan susu.
Alexia tersenyum malu. "Terima kasih, Mas. Tapi, aku ingin ke kamar mandi dulu. Aku mau mandi dulu, bukankah hari ini aku harus berangkat kerja?"
Alex paham. Dengan cepat Ia meletakkan nampan ke atas meja.
"Eh Mas. Mau ngapain?"
"Sudah diam saja." Alex membopong Alexia menuju kamar mandi.
Tak hanya membantu istrinya ke kamar mandi, Alex juga membantu istrinya itu mandi. Istrinya hendak melayangkan protesnya lagi, namun Alex berhasil meyakinkan istrinya.
Alexia bernapas lega karena suaminya menepati ucapannya jika Ia hanya membantunya mandi dan tidak melakukan apa-apa.
Setelah mandi, Alex memberikan Alexia salep agar area yang perih bisa mereda.
Singkat waktu, mereka berdua telah siap. Mereka melangkah keluar dan berjalan sambil berpegangan tangan. Senyum bahagia terukir di wajah mereka berdua.
Alexia merasa pernikahan nya sudah sempurna. Ia berharap semoga mereka segera diberi momongan.
Sampainya di depan mereka bertemu dengan Ambar.
"Kamu mau kemana dengan penampilan seperti itu?"
Ambar memindai penampilan Alexia yang mengenakan pakaian formal.
"Oh, aku mau kerja, Ma." Jawabnya dengan senyum yang mengembang.
"Kerja?"