MENIKAH DENGAN SANG DADDY

"Kamu tinggal disini sayang?" Tanya Max yang seribu kalinya.

"Iya, Dad. Bella tinggal disini." Jawab Bella dengan sabar menjawab pertanyaan Max.

Astaga!! Max tidak percaya ini? Bagaimana bisa Bella tinggal di rumah yang hampir runtuh seperti ini, Angin kencang pun datang pasti rumah ini akan roboh. Bahkan kandang kambing lebih bagus dari rumah Bella.

Max tidak bisa berkata-kata lagi, rasanya ia ingin marah kepada dirinya sendiri karena Bella harus tinggal di rumah kumuh seperti ini.

"Ayo kita masuk Dad" Ajak Arsen dengan semangat. Arsen menggandeng tangan Max untuk segera masuk. Bella juga mempersilahkan anak buah nya agar ikut masuk juga

"Mereka tak perlu ikut masuk sayang" Jawab Max. Ia takut rumah Bella roboh jika banyak orang yang ikut masuk. Max menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Tidak apa-apa Dad, tidak mungkin Paman-Paman ini di luar. Bella juga tidak ingin hanya ada kita di dalam. Takut menjadi fitnah"

Walau tidak setuju, tapi Max tetap mengangguk kan kepalanya. Arsen pun terlihat begitu lengket dengan Max. Nyatanya anak itu lebih rindu yang tidak terkira, Bella bisa melihat nya. Padahal Arsen tidak pernah mengungkit seorang Ayah selama ini.

Max menatap setiap sudut ruangan, hatinya meringis. Ini sangat buruk, di ruang tengah hanya ada satu lemari yang terbuat dari plastik. Tidak ada kursi atau pun semacam tv hanya ada lemari.

"Silahkan duduk, maaf kami tidak punya kursi" ucap Bella setelah melegar tikar." Sebentar yah Dad, Bella ambil minum dulu untuk kalian"

Pak Rw telah datang bersama dengan pak Nurdin selaku ayah nya Rayden dengan istrinya. Jelas Ibu Rayden harus membantu Bella yang kedatangan tamu dan membawa beberapa snack ataupun roti. Rani paham pasti Bella tidak punya apa-apa untuk di sungguhi kepada Tamunya.

Max mengadah kepalanya ke atas untuk menahan air matanya tidak keluar. Max tak ingin Arsen melihat kalau ia ingin menangis.

"Assalamualaikum Bella" Ucap pak nurdin.

"Waalaykumussalam kek Nurdin" Jawab Arsen dengan semangat. Ia bangkit dari pangkuan nya lalu menghampiri pak Nurdin dan pak Rt.

Mereka langsung terpana melihat tamu Bella, terutama dengan Rani. Matanya menganga melihat para pria tampan dan begitu gagah nya.

Nurdin menyenggol lengan istrinya agar segera tersadar.

"Eh! Arsen mana Mamak kamu?" tanya Rani, walaupun begitu ia masih mencuri-curi pandang ke arah para bule itu terutama kepada Max karena pria itu lah yang paling mencolok.

"Di dapur Nek, nenek bisa kesana" Jawab Rani. Lalu langsung pergi untuk segera menemui Bella.

"Aduhh... kakek gak bisa bahasa inggris lagi" Nurdin langsung menggaruk pelipis nya bingung bagaimana harus berkomunikasi dengan para bule ini. Pak Rw pun sama tidak tahu harus bicara seperti apa.

"Ini ayah nya Arsen pak Nurdin" Pak Rw menunjuk Max yang menatap mereka.

"Seram sekali nya pak Rw" bisik Nurdin. Melihat tampilan Max yang sangat menakutkan, apalagi auranya sangat kuat, membuat Nurdin sedikit takut.

Nurdin merasa kalau Max yang menatap nya seperti ingin memakan nya hidup-hidup. Padahal Max menatap Nurdin hanya bisa-biasa saja.

"Maaf Pak, saya Max. Suami nya Bella" Ucap Max yang mengerti dengan kebingungan oleh pak rw dan pak Nurdin.

"Apa? suami!!" Kaget Nurdin." Bukannya kalian sudah bercerai" Heran Nurdin. Karena penjelasan yang di berikan Bella adalah mereka sudah bercerai.

Sekarang Max yang kaget, Max mengerti dengan perkataan Bella yang berbohong pada semua warga bahwa mereka telah bercerai. Padahal ia pun mengatakan berbohong kepada warga kalau dirinya adalah suami Bella untuk mayoritas hubungannya dengan Bella.

"Maaf,pak. Maksudnya saya adalah mantan suaminya Bella" Max meralat ucapannya agar tidak memperpanjang masalah.

"Maaf, seperti nya anda orang kaya, tapi kenapa anda membiarkan Bella bekerja dengan keras?" walaupun takut, Nurdin tetap tak suka kepada Max, karena menurutnya Max telah melantarkan Bella dan Arsen. Bukan untuk Bella, setidaknya untuk Arsen.

Max terdiam tak bisa menjawab.

"Maaf semuanya, hanya ini yang bisa di sungguhi untuk kalian"

Max bernafas lega dengan kehadiran Bella, sehingga ia tak perlu menjawab Pertanyaan dari Pak Nurdin.

Arsen terlihat lengket dengan Max, ia memang sangat merindukan sang Daddy, Apalagi Bella tak pernah menjelekkan nama Max.

"Teteh Bella!!!" Seorang pria berseragam SMA berteriak memenuhi rumah.

Rayden datang dengan nafas ngos-ngosan, pria itu segera menghampiri Bella dan memeriksa seluruh tubuh Bella.

"Teteh Baik-baik saja?" Khawatir Rayden. Mendengar kabar bahwa ayahnya Arsen datang, Rayden langsung cabut dari kelas nya. Khawatir dengan keadaan Bella dan Arsen.

Max memicingkan matanya dengan tajam. Tak suka melihat Rayden memegang Bella.

"Ray, Teteh baik-baik aja" Jawab Bella tersenyum. Bella tahu Rayden sedang khawatir tentang nya. Selama ini pria ini lah yang selalu menjaga nya. Seorang janda di desa tentu banyak cobaan, terutama dengan para pria bujang dan bapak-bapak mesum.

"Ray dengar ayahnya Arsen datang Teh"

Ray ingin melihat wajah pria yang sudah menampakkan Bella. Padahal Bella adalah wanita yang sempurna menurut nya. Masih saja pria itu buta melihat kesempurnaan yang di milik Bella.

"Mana bajingan ituTeh, bilang sama Ray. Ray pasti akan membantu teteh" Ray pikir bahwa Max datang untuk mengambil hak asuh Arsen.

Rayden benar-benar tak memperdulikan sekitar nya.

"Apa mau mu?" Sahut Max begitu kesal, Wajah nya merah padam menahan emosinya agar tak memukul pria ingusan ini. Berani sekali ia menyentuh Bella di depan matanya?

"Ohhh...jadi kau pria anj1g itu"

Bukkk..

Tanpa aba-aba, Ray langsung memberikan bogem menta-mentah kepada Max. Membuat semua orang panik.

"Ini untuk mu karena sudah membuat tetap Bella harus berjuang sendiri"

Buk...

"Ini untuk mu karena kau sudah melantarkan Arsen." Emosi Rayden meledak-ledak. Kalau bisa ia akan membunuh pria yang tak bertanggung jawab ini.

Bukan karena tak bisa melawan balik, tàpi Max hanya terdiam tidak membalas Rayden. Iya tahu disini dirinya sangat bersalah. Ia pasrah dan menerima pukulan dari Rayden. Perkataan pria itu sangat benar.

DAN BUKKK.....

Pukulan terlahir ini sangat kuat sehingga mulut Max langsung mengeluarkan darah segar.

"Ray nak!! hikss hiks.." Rani ketakutan dan langsung memeluk Putranya erat. Takut Ray masih mau memukul Max.

"Pria bajingan ini harus di beri pelajaran Mak, gara-gara perbuatan nya Teteh Bella harus merasakan penderitaan yang besar. Teteh Bella sendirian mengurus Arsen Max, kasihan Teteh Bella" Rayden menangis dengan menatap tajam Max. Iya benci dengan pria di hadapan nya ini.

"Rayden!" lirih Bella menatap Rayden. Pria ini selalu menjadi garda yang terdepan untuk nya.

"Maaf" hanya itu yang bisa Max ucapkan.