Farid tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan jodohnya yang tidak pernah ia sangka. 32 tahun membujang bukan tanpa alasan. Ia pernah sangat mencintai seseorang namun ia ia dikhianati hingga dirinya terluka dan sulit untuk percaya lagi kepada seorang perempuan. Namun pada suatu saat ada seseorang yang dapat mengetuk hatinya. Siapakah dia? Tentu saja dia yang akan menjadi jodohnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan abi dan ummi
Keesokan harinya
Jam 5 pagi Farid baru saja bangun tidur. Ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu' kalau shalat Shubuh. Hampir saja ia kesiangan. Setelah selesai shalat, karena sangat mengantuk Farid tidur lagi.
Sementara di kamar tamu, Siena masih molor. Apa lagi ia sedang tidak bisa shalat. Ia bahkan lupa sedang tidur di mana. Bahkan saat ini ia sedang bermimpi indah.
Sudah jam 7 pagi. Saat ini kedua orang tua Farid sedang di jalan menuju rumah putra sulungnya. Entah kenapa Ummi ingin menyusul Farid karena handphone-nya masih tidak aktif. Dan ummi sengaja membawa makanan untuk sarapan.
10 menit kemudian, mereka sampai di rumah Farid. Security langsung membukakan pintu gerbang untik mereka.
"Apa tuanmu ada di rumah?"
"Eh iya tuan, den Farid semalam sampai jam 1."
"Ya sudah, terima kasih."
Abi Fatan melajukan kembali mobilnya sampai di halaman rumah Farid.
Kebetulan Bi' Surti sedang menyapu di depan rumah. Ia sangat terkejut saat mengetahui kedatangan orang tua Farid.
"Waduh gawat ini. Nyonya dan tuan datang ke sini. Mana den Farid belum bangun." Batinnya.
"Mbak Surti, Farid ada?"
"Eh, a-ada Nyonya. Itu masih di kamarnya. Mungkin masih tidur."
"Oh, ya sudah. Kami tunggu di dalam. Ini ada makanan tolong nanti disiapkan agar Farid bisa langsung sarapan nanti.'
"Ba-baik, Nyonya."
Bi' Surti nampak seperti orang kebingungan. Namun ia tetap melaksanakan perintah. Ia pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan.
"Mbak Surti, kenapa kok kayak kebingungan?" Tanya Parto, penjaga kebun yang kebetulan pergi ke dapur membuat kopi.
"Bingung, to. Semalam Den Farid bawa cewek."
"Apa?"
"Sst... jangan keras-keras, to! Tapi ceweknya tidur fi kamat tamu. Tadi malem den Farid pesan suruh jangan bilang nyonya dan tuan. Tapi ini sekarang mereka ada di sini. Gimana ini, to?"
"Waduh, aku juga nggak tahu kalau kayak gini mbak."
Bi' Surti berusaha untuk menelpon Farid, namun handphone-nya tidak aktif.
"Apa aku bangunin saja ke kamarnya ya? Tapi pasti dikunci pintunya. Aduh gimana ini!"
Sementara, Ummi dan Abi sedang duduk santai di ruang tengah. Jam sudah menunjukkan angka 8.
"Bi, ummi bangunin Farid dulu ya. Nanti magh nya kambuh kalau makannya terlalu siang."
"Iya, mi."
Ummi Nisa naik ke atas menuju kamar Farid.
tok tok tok
tok tok tok
"Farid, bangun!"
tok tok tok
Karena mendengar bunyi ketukan berkali-kali, akhirnya Farid pun terusik.
tok tok tok
"Farid, bangun!"
"Seperti suara ummi."
Farid pun beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.
ceklek
"Ummi."
"Iya ini ummi. Sudah jam 8 lewat. Sana mandi, lalu sarapan."
"Hem, iya mi."
Farid lupa jika di rumahnya ada Siena.Ia belum menyadari hal itu. Jadi, ia santai saja masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, Farid melakukan kebiasaannya shalat Dhuha empat rakaat. Setelah itu, ia turun ke bawah menemui orang tuanya. Bersamaan dengan itu, Evan datang membawa motor Siena.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
Farid menghampiri Evan.
"Bos, motornya sudah di depan ya. pekerjaanku sudah beres."
"Motor?"
"Yaelah bos. Motor pink yang semalem bis suruh ambil itu."
"Astagfirullah... Siena!"
Farid frustasi. Ia baru ingat jika Siena masih ada di kamar tamu.
"Siapa yang datang, rid?"
"Eh itu mi, Evan."
"Ajak sarapan bareng!"
"I-iya, mi."
"Bos, kenapa? Kok kayak frustasi gitu. Bos, aku nggak bisa lama-lama. Istriku sedang menunggu. Anakku mau lahir. Salam sama ummi."
"E e tunggu!"
"Duh nggak bisa bos, istriku sudah di rumah sakit. Ditunggu bonusnya, bos! Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam."
"Duh gimana ini?" Batin Farid.
Ummi mengajak Farid untuk sarapan.
"Ini ummi yang bawa makanan. Ayo makan!"
"I-iya, ummi. Kenapa ummi dan abi menyusulku?"
"Ummimu mengkhawatirkanmu. Handphone mu sama sekali tidak bisa dihubungi."
Farid hanya bisa menggaruk takutnya yang tidak gatal.
Sementara di kamar tamu, Siena baru saja bangun. Ia baru ingat jika sedang berada di rumah Farid. Ia pun segera bangun dan mandi. Setelah itu, ia memakai celana jeans dan kaos oblongnya. Perutnya sudah merasa nyaman. Sekarang yang ada ia sudah merasa lapar.
Farid dan kecuali orang tuanya baru selesai sarapan. Farid berharap kedua orang tuanya itu segera pulang dari rumahnya. Namun ternyata mereka masih duduk santai di ruang tengah.
"Ah, bagaimana caranya mengusir mereka." Batinnya.
Akhirnya Farid punya ide. Ia pergi mencari bi Surti untuk meminta bantuan.
"Bi', tolong pergi ruang tamu. Bilang sama,Siena jangan keluar kamar sampai nanti ada intruksi. Bibi pura-pura saja membersihkan kamar tamu."
"Baik, den."
Namun sebelum bibi melaksanakan tugasnya. Siena sudah keluar kamar membawa tas dan jaketnya. Dan siapa sangka ia langsung bertemu dengan kedua orang tua Farid.
Ummi terkejut melihat seorang perempuan batu keluar dari kamar tamu. Begitupun dengan Siena. Ia yang menyangka rumah tersebut sepi, ternyata ada orang lain selain Farid.
"E e.... pagi bu, Pak." Ucap Siena.
Ummi dan Abi mengerutkan keningnya.
"Ummi, abi...."
Farid tercengang di tempatnya.
"Duh, matilah kau Farid!" Batinnya.
"Pak Farid, saya pulang dulu. Terima kasih sudah membantu saya semalam. Saya tidak akan melupakan bantuan bapak." Ujar Siena dengan entengnya.
Sedangkan Farid saat ini ketar-ketir.
Ummi dan Abi memberi tatapan tajam kepada putranya. Mereka ingin penjelasan dari Farid. Putranya itu tidak pernah membawa pulang seorang perempuan yang mulai mahramnya.
"Eh.. ummi, Abi, nanti biar Farid jelaskan."
"Jelaskan sekarang juga!" Tegas Abi.
"Duh kayaknya saya salah tempat." Batin Siena.
Akhirnya terjadilah persidangan di ruang tengah. Farid dan Siena menjadi tersangka. Farid duduk di sofa sebelah kanan dan Siena di sebelah kiri. Sedangkan Ummi dan abi duduk di sofa panjang yang berada di tengah.
"Nama kamu siapa?"
"Siena, bu."
"Kamu ada hubungan apa dengan Farid?"
"Ti-tidak ada bu. Saya karyawan Pak Farid di hotel."
"Kenapa bisa kamu ikut Farid pulang ke rumah ini?"
"Itu bu, saat perjalanan semalam motor saya mati. Ada orang jahat yang mengganggu dan mengejar saya. Beruntungnya saya bertemu Pak Farid. Dan Pak Farid terpaksa membawa saya pulang ke sini karena... karena tempat kost saya sudah tutup kalau lewat dari jam 12 malam bu."
"Seperti di film saja."Sahut abi.
"Farid, mana monitor cctv di rumah ini? Abi ingin lihat."
"Untuk apa, bi?"
"Sini coba, abi mau lihat kok."
"Ba-baik, sebentar bi."
Farid pun menunjukkan monitor dari i-pad miliknya. Ia tidak ingat jika semalam ada kejadian yang tidak sengaja membuatnya dan Siena bersinggungan hingga membuatnya hampir saja khilaf.
Bersambung....
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
semangaatt teruuss